HEER
Pendeta Wehrmacht (Kriegspfarrer) Dr. Alois Beck di bulan September 1942, di hari-hari sebelum Pertempuran Stalingrad yang membawa bencana. Alois bertugas sebagai pendeta di front depan untuk Infanterie-Regiment 257/297.Infanterie Division/LI.Armeekorps/6.Armee/Heeresgruppe Süd, dan menghabiskan sebagian besar hari-harinya dengan memberikan pengharapan kepada prajurit yang terluka serta menuliskan surat yang akan dikirimkan ke kampung halaman mewakili mereka. Dr. Beck meyakini bahwa 'dari tiga cabang Wehrmacht, Angkatan Darat (Heer) adalah yang paling sedikit mendapat pengaruh ideologi Nasional-Sosialisme'. Kurang dalam jangka waktu enam bulan setelah foto ini diambil, Alois tertangkap pasukan Soviet di Stalingrad. Dia beruntung kemudian bisa kembali pulang ke Jerman dan menuliskan pengalaman perangnya dalam sebuah buku berjudul "Bis Stalingrad"
Para prajurit dari sebuah unit infanteri 6. Armee (Generalfeldmarschall Walther von Reichenau) menghadiri sebuah upacara keagamaan lapangan dengan dipimpin oleh seorang pendeta sebelum berangkat berperang melawan Rusia, beberapa saat sebelum dimulainya Unternehmen Barbarossa, Juni 1941. Mereka tidak diberitahu tujuan dari operasi mereka: gerak maju dari selatan General-Gouvernement (Polandia) melalui Kiev dan Dnieper
Sebuah foto studio yang memperlihatkan seorang pastor Wehrmacht tak dikenal dengan salib Katolik tergantung di lehernya. Kalau anda ingin membedakan antara prajurit Jerman biasa dengan pendeta militer, maka mudah saja: selain dari keberadaan salib dan selendang, maka tidak ditemukan adanya schulterklappen alias tanda pangkat bahu
Disini kita bisa melihat Kriegspfarrer yang berdiri paling kanan, kentara dari pita lengannya yang khas
Seorang pendeta dari Angkatan Darat Jerman sedang melaksanakan upacara keagamaan di udara terbuka di suatu tempat di Rusia, 20 Juli 1941
Sebuah altar lapangan sedang dipersiapkan untuk upacara yang diselenggarakan di sebuah wilayah sepi di front. Perhatikan bahwa altar tersebut ditutupi dengan kain bersimbol salib Jerman masa kekaisaran, yang merupakan simbol tradisional penghubung dengan kejayaan Prusia di masa lalu
Pfarrer Joseph Perau sedang bertugas dengan memakai seragam Wehrmacht
Pfarrer Joseph Perau dalam sebuah misa luar ruangan. Sekarang dia memakai seragam seorang pastor
Kriegspfarrer dalam sebuah upacara penguburan massal
Misa di Front Rusia. Perhatikan visor hat militer dari si Kriegspfarrer yang diletakkan di kursi!
Pfarrer Katz
Kriegspfarrer dalam upacara pemakaman di Odessa tanggal 14 Agustus 1941
Kriegspfarrer di pemakaman prajurit Heer
Pfarrer Schmidt dengan overcoatnya
Kriegspfarrer sedang menunggang kuda
Kriegspfarrer Heer dengan bekas luka yang kentara sekali terlihat di wajahnya
----------------------------------------------------------
AFRIKAKORPS
Foto ini diambil dalam upacara pemakaman Großadmiral a.D. Karl Dönitz tanggal 6 Januari 1981, dan memperlihatkan sebuah pemandangan menarik: seorang pendeta dengan seabrek medali militer zaman Perang Dunia II di pakaiannya, termasuk Deutsches Kreuz in Gold dan Eisernes Kreuz I klasse! Dia bernama Karl Keil (28 Januari 1917-30 Desember 1998), seorang Oberpfarrer (BGS) yang merupakan veteran Kriegsmarine. Anehnya, seperti terlihat dalam cuplikan artikel yang saya sertakan, dia tercatat tidak pernah menerima kedua medali prestisius tersebut, dan "hanya" dianugerahi Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938 (20 Desember 1939); Kriegsabzeichen für Minensuch-, Ubootsjagd- und Sicherungsverbände (14 Oktober 1943), Eisernes Kreuz II klasse (5 Desember 1943), dan Zerstörer-Kriegsabzeichen (12 Maret 1944). Apakah DKiG dan EK1 yang dipakainya adalah hasil bikinan sendiri? Tidak diketahui dengan pasti!
--------------------------------------------------------------
Foto koleksi pribadi Andrew HarrisPfarrer Joseph Perau dalam sebuah misa luar ruangan. Sekarang dia memakai seragam seorang pastor
Kriegspfarrer dalam sebuah upacara penguburan massal
Misa di Front Rusia. Perhatikan visor hat militer dari si Kriegspfarrer yang diletakkan di kursi!
Pfarrer Katz
Kriegspfarrer dalam upacara pemakaman di Odessa tanggal 14 Agustus 1941
Kriegspfarrer di pemakaman prajurit Heer
Pfarrer Schmidt dengan overcoatnya
Kriegspfarrer sedang menunggang kuda
Kriegspfarrer Heer dengan bekas luka yang kentara sekali terlihat di wajahnya
----------------------------------------------------------
AFRIKAKORPS
Oberstleutnant der Reserve Wilhelm Bach (5
November 1892 – 22 Desember 1942) adalah salah satu karakter yang
paling tidak biasa dalam tubuh Afrikakorps. Dia merupakan seorang mantan
pastor Lutheran yang juga salah satu komandan batalyon terbaik yang
dipunyai Erwin Rommel. Meskipun pangkatnya membuat ia selayaknya
dihormati, tapi dia adalah salah satu komandan Jerman yang paling
bersahabat, paling cu'ek dan paling santai yang berada di bawah komando
si Serigala Rumah Makan Padang eh Padang Pasir Rommel! Ketika Erwin
Rommel mencapai Afrika di bulan Februari 1941, dia diperkenalkan kepada
para perwira yang menyambutnya. Dia tidak tersenyum atau mencoba
bersikap bersahabat. Dia tahu tak ada waktu untuk beramah tamah dan
ngadu huntu karena dia harus menguji mereka dalam pertempuran terlebih
dahulu. Tapi ada satu orang perwira yang begitu dibenci Rommel pada
awalnya: dia adalah Hauptmann Bach, seorang veteran pertempuran Prancis
sama seperti Rommel dan peraih medali Eisernes Kreuz I klasse. Bach
pernah terluka di lututnya sehingga kemana-mana dia selalu membawa
tongkat. Rommel tidak menyukai kenyataan bahwa ada seorang komandan
pasukan "tidak sehat" di bawah komandonya, apalagi setelah dia
mengetahui bahwa Bach juga adalah seorang pendeta Lutheran. Seorang
pendeta bertempur??? Tak pernah terbayangkan! Beberapa bulan kemudian,
Rommel berbalik mencintai dan mengagumi Bach. "Si Pincang" ternyata
adalah master dari meriam artileri 88mm, sehingga seakan-akan benda
tersebut menyatu dalam dirinya. Berkali-kali dia memanfaatkan senjata
yang sejatinya ditujukan untuk melawan pesawat udara itu untuk
menghantam tank-tank Inggris yang mencoba mengancam posisi Jerman.
Bahkan meskipun kapten Bach tidak pernah terlihat memakai seragamnya
dengan benar (dan kadangkala tampak culun!), dia begitu dicintai para
bawahannya. Wajar saja, karena Bach tidak pernah menjaga jarak
sejengkalpun, dan dia menganggap para prajuritnya sebagai anak kandung
yang diperlakukan dengan penuh kehangatan. Bach adalah salah satu figur
yang paling mudah dikenali di seantero Afrikakorps... Rokok yang selalu
menempel di mulutnya, kumis ala Hitler dan kacamata miopik, semuanya
telah sama diketahui oleh para penembak artileri DAK. Major Bach pula
lah yang berhasil menahan serbuan 20.000 pasukan Inggris dari 12th Corps
di Halfaya Pass dengan hanya bermodalkan 4.000 orang saja! Dengan gagah
berani dia mempertahankan Halfaya Pass (biasa dinamakan dengan
"Hellfire Pass" oleh pihak Sekutu) sampai akhirnya pasokan suplainya
terputus dan dia sama sekali terkepung tanggal 17 Januari 1942 sehingga
kemudian terpaksa menyerah. Sebagai tawanan perang dia dikirimkan ke
Kanada dimana dia meninggal karena kanker (saya tidak mendapat data
kanker apa, tapi kemungkinan kanker paru-paru karena hobi merokoknya
yang gila-gilaan!) akhir tahun itu juga, tepatnya tanggal 22 Desember
1942. Rasa cinta pasukannya ditunjukkan dengan adanya sebuah tanda
peringatan dari kayu yang ditempatkan di sudut pemakaman dan terpisah
dari kuburannya. Wilhelm Bach sendiri dikuburkan di Woodland Cemetery
yang terletak di Kitchener, Ontario (Kanada). Dia dianugerahi
Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 9 Juli 1941 sebagai Hauptmann
der Reserve dan Kommandeur I.Bataillon /
Schützen-Regiment 104 / 5.leichte-Division / Deutsches Afrika-Korps
(DAK). Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz
II.Klasse (7 Mei 1915) dan I.Klasse (31 Januari 1920); Ehrenkreuz für
Frontkämpfer 1914/1918 (24 Oktober 1934); 1939 spange zum 1914 Eisernes
Kreuz II.Klasse (12 Juni 1940) dan I.Klasse (17 Juli 1940);
Verwundetenabzeichen in Schwarz; serta Infanterie-Sturmabzeichen in
Silber
Seorang Kriegspfarrer (Pendeta Perang) Wehrmacht memimpin upacara penguburan secara Protestan untuk Rittmeister Otto Ulrich Boesch yang terbunuh dalam pertempuran di Afrika Utara pada bulan Oktober 1941. Berdiri di belakangnya adalah para perwira tinggi Panzergruppe "Afrika", dari kiri ke kanan: General der Panzertruppe Erwin Rommel (Befehlshaber Panzergruppe "Afrika"), Generalmajor Alfred Gause (Chef des Generalstabes Panzergruppe "Afrika"), dan Oberstleutnant im Generalstab Siegfried Westphal (Ia Erster Generalstabsoffizier Panzergruppe "Afrika"). Kesemua orang dalam foto ini memakai tropenhelm (helm tropis) yang biasa digunakan oleh pasukan Jerman di medan perang beriklim tropis atau panas
Seorang Kriegspfarrer (Pendeta Perang) Wehrmacht memimpin upacara penguburan secara Protestan untuk Rittmeister Otto Ulrich Boesch yang terbunuh dalam pertempuran di Afrika Utara pada bulan Oktober 1941. Berdiri di belakangnya adalah para perwira tinggi Panzergruppe "Afrika", dari kiri ke kanan: General der Panzertruppe Erwin Rommel (Befehlshaber Panzergruppe "Afrika"), Generalmajor Alfred Gause (Chef des Generalstabes Panzergruppe "Afrika"), dan Oberstleutnant im Generalstab Siegfried Westphal (Ia Erster Generalstabsoffizier Panzergruppe "Afrika"). Kesemua orang dalam foto ini memakai tropenhelm (helm tropis) yang biasa digunakan oleh pasukan Jerman di medan perang beriklim tropis atau panas
----------------------------------------------------------
KRIEGSMARINE
Oberpfarrer Kriegsmarine memberikan penghormatan terakhir (alias salam Nazi!) terhadap prajurit Wehrmacht yang gugur dalam tugas
Foto ini diambil dalam upacara pemakaman Großadmiral a.D. Karl Dönitz tanggal 6 Januari 1981, dan memperlihatkan sebuah pemandangan menarik: seorang pendeta dengan seabrek medali militer zaman Perang Dunia II di pakaiannya, termasuk Deutsches Kreuz in Gold dan Eisernes Kreuz I klasse! Dia bernama Karl Keil (28 Januari 1917-30 Desember 1998), seorang Oberpfarrer (BGS) yang merupakan veteran Kriegsmarine. Anehnya, seperti terlihat dalam cuplikan artikel yang saya sertakan, dia tercatat tidak pernah menerima kedua medali prestisius tersebut, dan "hanya" dianugerahi Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938 (20 Desember 1939); Kriegsabzeichen für Minensuch-, Ubootsjagd- und Sicherungsverbände (14 Oktober 1943), Eisernes Kreuz II klasse (5 Desember 1943), dan Zerstörer-Kriegsabzeichen (12 Maret 1944). Apakah DKiG dan EK1 yang dipakainya adalah hasil bikinan sendiri? Tidak diketahui dengan pasti!
--------------------------------------------------------------
Sumber :
Buku "Bis Stalingrad" karya Dr. Alois Beck
Buku "Bis Stalingrad" karya Dr. Alois Beck
Buku "The Onslaught; The German Drive to Stalingrad Documented in 150 Unpublished Colour Photographs" karya Max Hastings
www.flemishmilitariacollection.be
www.history.ucsb.edu
www.kriegspfarrer.tripod.com
www.photo-war.com
www.reibert.info
www.reparations.tumblr.com
www.wehrmacht-awards.com
No comments:
Post a Comment