Sebuah pesawat Messerschmitt Bf 110 E-1 dari 6.Staffel/Zerstörergeschwader 26 sedang diisi bahan bakar di lapangan udara Dugino yang ditutupi salju, musim dingin 1941/1942. II./ZG 26 bermarkas di lapangan udara ini dari pertengahan Oktober 1941 s/d Maret 1942 dan terlibat dalam pertempuran di sekitar Dugino bersama dengan Lw.-gefechtsverband Pirmann. Perhatikan noda knalpot di mesin kiri, juga bekas oli di pintu kiri bagian bawah pesawat serta noda mesiu di sekitar sepasang MG FF yang terpasang di bagian hidung! Dua buah bom SC 250kg digantungkan di ETC 250. Zerstörer ini kebanyakan terbang dalam misi menghantam target darat dari pangkalannya di Dugino. Truk tangkinya dilengkapi dengan emblem Staffel dari 6./ZG 26 di bagian kiri, sementara di bagian kanannya adalah emblem Geschwader. Demi menjamin bahwa mesin bisa langsung menyala setelah diisi, maka si mesin ditutup dengan terpal untuk mencegahnya beku!
Oberleutnant Fritz Schulze-Dickow (3 Kills) dianugerahi Ritterkreuz tanggal 7 Maret 1942. Staffelkapitän 8./ZG 26 "Horst Wessel" ini tampak sedang berpose bersama anjing peliharaannya di atas pesawat Messerschmitt Bf 110C-6 yang dipilotinya, tak lama setelah pulang dari misi penyerangan terhadap pasukan darat Inggris di Fuka, Mesir, tanggal 8 Juli 1942
---------------------------------------------------------------------------
PERAIH RITTERKREUZ
Oberleutnant Sophus Baagoe (4 Maret 1915 – 14 Mei 1941) sudah menjadi pilot Luftwaffe saat Perang Dunia II pecah dan ikut berpartisipasi dalam Pertempuran Prancis dimana dia mengklaim empat kemenangan pertamanya (yang pertama diraih atas pesawat pemburu Morane Prancis tanggal 12 Mei 1940). Sebagai anggota Zerstörergeschwader 26 "Horst Wessel", dia secara eksklusif menerbangkan pesawat pemburu berat Messerschmitt Bf 110 bermesin ganda. Baagoe menambah 9 lagi jumlah kemenangannya dalam Pertempuran Britania melawan pesawat-pesawat pemburu RAF yang lebih ringan dan lincah sehingga membuat skornya menjadi 13. Kemenangan terakhir diperolehnya saat invasi Jerman ke Yunani. Dia dan gunner-nya, Oberfeldwebel Becker, kemudian gugur di tengah kecamuk Pertempuran Kreta. Terdapat perbedaan pendapat mengenai bagaimana dia menjemput kematiannya: apakah oleh tembakan anti pesawat udara atau oleh pesawat musuh. Versi paling meyakinkan menyebutkan bahwa dia terbunuh oleh pilot pesawat Gladiator bersayap ganda dari Selandia Baru bernama D.F. Westenra dari No. 112 Squadron RAF. Saat itu Baagoe sedang menembaki sebuah landasan udara di Heraklion ketika pesawat Bf 110 D-3 (W.Nr. 4290) yang dipilotinya ditembak sehingga jatuh di pantai utara Kreta. Jenazahnya dikebumikan di Kriegsgräberstätte Maleme, Blok 1 kuburan 480. Sophus Baagoe kemudian dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes secara anumerta tanggal 14 Juni 1941 sebagai Oberleutnant dan Flugzeugführer di 5.Staffel / II.Gruppe / Zerstörergeschwader 26 (ZG) "Horst Wessel" / VIII.Fliegerkorps / Luftflotte 4. Sepanjang karirnya, dia meraih 14 fliegerabschuß dari 95 feindlug. Hebatnya, 8 kemenangannya diraih atas pesawat Spitfire yang bahkan pesawat sekelas Bf 109 pun selalu kesulitan dalam menghadapinya! Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Flugzeugführerabzeichen; Eisernes Kreuz II.Klasse (13 Mei 1940) dan I.Klasse (30 Juni 1940); serta Frontflugspange für Zerstörer in Silber
Oberleutnant Fritz Schulze-Dickow (3 Kills) dianugerahi Ritterkreuz tanggal 7 Maret 1942. Staffelkapitän 8./ZG 26 "Horst Wessel" ini tampak sedang berpose bersama anjing peliharaannya di atas pesawat Messerschmitt Bf 110C-6 yang dipilotinya, tak lama setelah pulang dari misi penyerangan terhadap pasukan darat Inggris di Fuka, Mesir, tanggal 8 Juli 1942
---------------------------------------------------------------------------
PERAIH RITTERKREUZ
Oberleutnant Sophus Baagoe (4 Maret 1915 – 14 Mei 1941) sudah menjadi pilot Luftwaffe saat Perang Dunia II pecah dan ikut berpartisipasi dalam Pertempuran Prancis dimana dia mengklaim empat kemenangan pertamanya (yang pertama diraih atas pesawat pemburu Morane Prancis tanggal 12 Mei 1940). Sebagai anggota Zerstörergeschwader 26 "Horst Wessel", dia secara eksklusif menerbangkan pesawat pemburu berat Messerschmitt Bf 110 bermesin ganda. Baagoe menambah 9 lagi jumlah kemenangannya dalam Pertempuran Britania melawan pesawat-pesawat pemburu RAF yang lebih ringan dan lincah sehingga membuat skornya menjadi 13. Kemenangan terakhir diperolehnya saat invasi Jerman ke Yunani. Dia dan gunner-nya, Oberfeldwebel Becker, kemudian gugur di tengah kecamuk Pertempuran Kreta. Terdapat perbedaan pendapat mengenai bagaimana dia menjemput kematiannya: apakah oleh tembakan anti pesawat udara atau oleh pesawat musuh. Versi paling meyakinkan menyebutkan bahwa dia terbunuh oleh pilot pesawat Gladiator bersayap ganda dari Selandia Baru bernama D.F. Westenra dari No. 112 Squadron RAF. Saat itu Baagoe sedang menembaki sebuah landasan udara di Heraklion ketika pesawat Bf 110 D-3 (W.Nr. 4290) yang dipilotinya ditembak sehingga jatuh di pantai utara Kreta. Jenazahnya dikebumikan di Kriegsgräberstätte Maleme, Blok 1 kuburan 480. Sophus Baagoe kemudian dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes secara anumerta tanggal 14 Juni 1941 sebagai Oberleutnant dan Flugzeugführer di 5.Staffel / II.Gruppe / Zerstörergeschwader 26 (ZG) "Horst Wessel" / VIII.Fliegerkorps / Luftflotte 4. Sepanjang karirnya, dia meraih 14 fliegerabschuß dari 95 feindlug. Hebatnya, 8 kemenangannya diraih atas pesawat Spitfire yang bahkan pesawat sekelas Bf 109 pun selalu kesulitan dalam menghadapinya! Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Flugzeugführerabzeichen; Eisernes Kreuz II.Klasse (13 Mei 1940) dan I.Klasse (30 Juni 1940); serta Frontflugspange für Zerstörer in Silber
Sumber :
Majalah "Luftwaffe im Focus" edisi No.1 tahun 2002
www.flickr.com
www.luftwaffe.cz
No comments:
Post a Comment