Kru ekspedisi duduk istirahat di sebelah pesawat Heinkel He 111 (identitas V4 + DA) dari KG 1 di sebuah lapangan udara Jerman, September 1939
Setelah lapangan udara Luftwaffe di Afrika Utara ini berhasil diduduki pasukan Inggris, maka giliran pesawat-pesawat Jerman yang masih tertinggal untuk diteliti lebih lanjut. Tampak di latar depan sisa-sisa dari Heinkel He 111 dan di tengah adalah Messerschmitt Bf 109. Di latar belakang adalah sebuah Hurricane Inggris yang mendarat di bekas landasan yang telah mendapat pemboman masif dari udara sehingga membuat pesawat-pesawat Jerman yang tak sempat mengudara menjadi hancur dan berujung jadi lekdut (rongsokan)
Heinkel He 111 unjuk gigi dalam Frederick 2000 Airshow
Heinkel He 111 koleksi Norwegian Aviation Museum
Diagram Heinkel He 111
Setelah lapangan udara Luftwaffe di Afrika Utara ini berhasil diduduki pasukan Inggris, maka giliran pesawat-pesawat Jerman yang masih tertinggal untuk diteliti lebih lanjut. Tampak di latar depan sisa-sisa dari Heinkel He 111 dan di tengah adalah Messerschmitt Bf 109. Di latar belakang adalah sebuah Hurricane Inggris yang mendarat di bekas landasan yang telah mendapat pemboman masif dari udara sehingga membuat pesawat-pesawat Jerman yang tak sempat mengudara menjadi hancur dan berujung jadi lekdut (rongsokan)
Heinkel He 111 unjuk gigi dalam Frederick 2000 Airshow
Heinkel He 111 koleksi Norwegian Aviation Museum
Diagram Heinkel He 111
Salah satu pengebom yang masuk jajaran "the most famous" dalam arsenal Nazi Hitler adalah Heinkel He 111. Bahkan pesawat ini disebut juga sebagai salah satu pesawat dalam jajaran paling tersohor semasa Perang Dunia II!
He 111 dilahirkan dari pabrik yang awalnya tidak terkenal sama sekali. Namun dengan pesawat ini, Ernst Heinkel Flug zeugwerke (nama pabrik tersebut), berkembang pesat menjadi raksasa industri pesawat dengan jumlah karyawan 50.000 orang!
Diproduksi sebanyak 8.000 unit, pengebom He 111 menjadi standar pesawat pengebom Luftwaffe semasa dunia masuk dalam kancah peperangan terbesar 1939-1945 dan merupakan satu rangkaian dari pembangunan Reichsluftfahrtministerium (KLM-Reich Air Ministry) atau kementerian Angkatan Udara yang didirikan Hitler pada tahun 1933. Dengan membentuk badan ini tampak Hitler sangat menginginkan angkatan udara lerman menjadi mesin penggebuk yang dapat diandalkan.
Ihwal keberhasilan Heinkel menggolkan He 111 tidak terlepas dari waktu yang tepat ketika Hitler sedang getol-getolnya mengkampanyekan pembuatan pesawat pengebom. Secara kebetulan pabrik Heinkel yang berlokasi di Warnemunde tengah menyelesaikan konstruksi prototipe pesawat penumpang He 70. Ibarat gayung bersambut, terjadilah kesepakatan. Rancangan pesawat penumpang lantas dirombak oleh desainer Siegfried Günter menjadi He 111.
He 111 ditenagai dua mesin baling-baling. Bentuk badannya tampak seperti selongsong yang mengerucut ke bagian belakang dengan panjang 17,3 meter. Sementara dua sayapnya yang mempunyai bentuk ujung sayap setengah lingkaran mempunyai panjang bentangan 22,5 meter. Untuk mempertahankan diri, pesawat dilengkapi kanon di bagian depan, atas dan bagian perut.
Dengan penerbangan prototipe kedua He 111V2 pada Mei 1935, prototipe kedua ini tetap dalam versi penumpang dengan nama Rostock. Sementara prototipe ketiga He 111V3 merupakan prototipe kedua dari versi pengebom. Model ini diperkenalkan kepada publik pada 10 Januari 1936 di Berlin Tempelhof Airport. Pada model pengebom kedua ini pula He-111 dilengkapi kanon bergerak (movable cannon) B-Stand kaliber 20 mm yang ditempatkan di bagian perut (dorsal).
Prototipe keempat He-111V4, merupakan pembaruan prototipe versi sipil. Sayapnya sudah menggunakan all metal. Pesawat ini disiapkan untuk maskapai Lufthansa. Sayang, pada saat taxy untuk melakukan uji terbang pesawat ini menembak gedung hingga mengalami kehancuran yang berat! He 111V4 tidak lagi terlihat riwayatnya. Kiprah He 111 di Luftwaffe lebih mulus dibandingkan di penerbangan sipil. Varian pertama pengebom ini, He 111B mulai masuk jajaran dinas AU Jerman pada akhir 1936.
Tidak lama setelah memasuki masa dinas, terjadi pergolakan politik yang menyebabkan perang sipil di Spanyol. Jerman yang membantu kelompok Nasionalis melalui pengiriman Condor Legion dengan pesawat pengebom Junkers Ju 52 mengalami pukulan telak dari penempur penempur biplane Soviet Polikarpov I-15 yang membantu kubu Republik. Maka pada tahun 1937 dikirimlah pengebom He 111B dan Dornier Do 17. Pesawat-pesawat yang tergabung dalam Kampfgruppe 88 (K/88) melakukan penghancuran terkonsentrasi ke kelompok Republik.
Dengan bantuan ini Spanyol ibarat mendapatkan darah baru. Serangan fighter fighter Soviet tidak lagi segencar sebelumnya. Sebab, pengebom-pengebom Jerman Heinkel dan Dornier mampu terbang lebih tinggi ketimbang penempur Soviet. Sebaliknya, kelompok Nasionalis bisa me!akukan pembalasan yang seimbang. Ketika Perang Sipil di Spanyol berakhir pada bulan Mei 1939, Jerman hanya kehilangan 22 buah He 111 plus 15 unit yang rusak dari 95 unit pengebom ini yang dikirimkan! Selebihnya, ketika Jerman pulang kampung, pengebom-pengebom Heinkel mereka dihibahkan kepada AU Spanyol. salah satu pelajaran berharga yang didapat He 111B di Perang Sipil Spanyol adalah tipisnya lapisan pelindung tangki bahan bakar. Tidak heran bila ia sangat rentan terhadap tembakan peluru musuh. Akibatnya, selain menyebabkan kebocoran dan pesawat tidak bisa kembali ke pangkalan, kebocoran ini juga bisa menimbulkan kebakaran. Oleh karena itu He 111 kemudian dilapisi dengan bahan antibocor, self sealing covering. Lapisan fiber selulosa ini secara otomatis akan menutup lubang akibat tembakan.
Tanggal 2 September 1939 atau satu hari setelah pembukaan serangan ke Polandia dilakukan, Luftwaffe mengerahkan sekitar 781 unit He 111 sebagai penyerang garis depan.
He 111 merupakan tipe pengebom yang mudah dikendalikan. Setidaknya begitulah pengakuan pilot Leutnant Walter Leber yang tergabung dalam KG 53 saat melakukan penyerbuan ke Polandia menggunakan tipe P dan H , “Heinkel adalah pesawat yang mudah dikendalikan. Sangat kuat dan berkecepatan tinggi untuk masanya. Satu kelemahannya adalah, senjata pertahanan dirinya masih lemah,” cetus Leber. Pada medan tempur ini angka kehilangan He 111 berkurang karena sistem perlindungan tangki telah digunakan.
Sistem pertahanan diri yang lemah dari He 111 benar-benar terasa saat pesawat masuk dalam kancah perang “Battle of Brittain” musim panas 1940.
He 111 mati-matian bertempur menghadang serangan fighter-fighter Inggris dan gempuran kanon anti serangan udara dari darat.
Sekuat-kuatnya lapisan pelindung pesawat akhirnya banyak juga He 111 yang jebol.
Salah satunya sebagaimana diceritakan Oberleutnant Peter Schierning, navigator He 111 dari KG53. Saat itu ketika rombongan He-111 terbang menuju ke London Timur tiba-tiba pesawatnya kena hantam tembakan salvo kanon antipesawat. Asap hitam mengepul dari mesin sebelah kanan. Pilot secepatnya memerintahkan bom dimuntahkan. Pesawat keluar dari formasi, berbalik arah dan berupaya masuk ke dalam perlindungan awan.
Untuk sesaat trik ini lumayan mujarab. Tapi, manakala pesawat keluar dari awan tiba-tiba sepasang Hawker Hurricane dari Skadron 229 dan Supermarine Spitfire dari Skadron 19 menyerang dari belakang. Dibokong dan diberondong dari samping seperti itu jelas membuat He-111 kelabakan. Akibatnya, gunner He 111 tewas. Pilot terus coba melarikan pesawat hingga akhirnya lepas. Dicarilah tempat pendaratan darurat. Di Steplahurs, Kent, pesawat itu mendarat. Misi yang hampir menjadi bumerang. Para awak yang masih hidup segera keluar dari pesawat.
Tahun 1942 dua grup He 111 dari KG 26 melakukan fungsi sebagai pesawat torpedo-bomber.
Pengebom ini ditugaskan melakukan penghancuran kapal-kapal pembawa logistik yang meluncur ke Uni Soviet dari Norwegia Utara. Salah satu misi yang berhasil dilakukan adalah pengeboman konvoi kapal Inggris PQ 18 pada tanggal 13 september tahun itu. Konvoi terdiri dari kapal pengawal HMS Avenger, berikut juga pesawat-penempur Sea Hurricane. 40
pendukung. HMS Avenger sendiri masih selamat akibat perlindungan senjata antiserangan udara. Enam He 111 mengalami kerusakan namun masih berhasil kembali ke pangkalan.
Antara tahun 1942-1943 He 111 terbang ke Stalingrad guna ikut memberikan dukungan kepada AD keenam (German 6th Army) yang bertugas di kota penting itu. Tidak kurang 165 unit He 111 diturunkan dalam misi ini dari total sekitar 490 dari berbagai jenis pesawat yang diperintahkan Hitler di Front Timur tersebut. Dalam misi ini pula He 111 mengalami banyak kerusakan landing gear akibat pangkalan kasar yang digunakan.
Awal tahun 1945 merupakan masa-masa sulit bagi operasional He 111. Jerman mengalami berbagai kehancuran akibat pengeboman Sekutu. Yang lebih parah lagi, pengeboman itu berhasil melumpuhkan kilang-kilang minyak yang notabene amat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pesawat. Tanggal 9 April, kurang lebih satu bulan sebelum masa kehancuran Jerman, KG4 dan KG5 melaporkan hanya punya sisa 37 He 111, itu pun yang masih siap terbang jumlahnya tidak lebih dari 20 unit!
Bagi Nazi Jerman, dengan segala keterbatasan yang kian kentara amatlah sulit untuk mengaktifkan lagi He 111.
Begitu pun dengan nasib He 177 Greif sebagai penerus pengebom He 111. Greif tidak bisa diteruskan dan hanya sedikit saja yang berhasil dibuat.
Spesifikasi (He 111H-16):
Mesin: Dua buah 1.350-hp Jumo 211F-2 inverted V-12 piston engines
Berat: Kosong 19,136 lbs., Maximal saat Take-off 30,865 lbs.
Bentang sayap: 74ft. 1.75in.
Panjang: 53ft. 9.5in.
Tinggi: 13ft. 1.25in.
Kemampuan:
Kecepatan maksimum di atas permukaan air: 227 mph
Ketinggian maksimum: 21,980 ft.
Jarak jangkau: 1,212 mil
Persenjataan:
Satu buah kanon 20-mm MG FF;
Satu buah 13-mm (0.51-inch) MG 131 machine gun;
Tiga buah 7.92-mm (0.31-inch) MG 81Z machine guns;
Internal bomb-load seberat 2.205 pounds.
Sumber :
www.aeroflight.co.uk
www.commons.wikimedia.org
www.picsdigger.com
www.richard-seaman.com
www.topmdi.net
www.waralbum.ru
No comments:
Post a Comment