Pada tahun 1945, ketika situasi Perang Dunia II semakin memburuk bagi Jerman, rezim Nazi mulai menggelar program darurat pelatihan Panzerfaust bagi warga sipil—termasuk anggota Volkssturm, remaja Hitlerjugend, hingga pria lansia yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman militer—untuk menghadapi majunya pasukan Sekutu dan Soviet di semua front. Pelatihan ini berlangsung secara tergesa-gesa di kota-kota yang terancam, biasanya dilakukan di lapangan terbuka atau halaman sekolah, dengan instruktur dari Wehrmacht yang memberikan penjelasan singkat tentang cara menggunakan Panzerfaust—senjata anti-tank sekali pakai yang sederhana namun berdaya hancur tinggi. Para peserta diajarkan teknik membidik, jarak tembak efektif sekitar 30–60 meter, prosedur keselamatan agar tidak terkena semburan balik roket, serta taktik penyergapan tank musuh dari sudut bangunan atau reruntuhan kota. Meskipun pelatihan ini digambarkan propaganda sebagai “pertahanan rakyat terakhir,” kenyataannya banyak peserta yang nyaris tidak siap menghadapi pertempuran nyata, sehingga program ini mencerminkan putus asanya Jerman pada bulan-bulan terakhir perang dan tragisnya upaya memobilisasi penduduk sipil dalam kancah peperangan yang hampir pasti akan berakhir dalam waktu dekat dengan kekalahan.
Sumber :
Die Deutsche Wochenschau No. 755 - 22 Maret 1945
No comments:
Post a Comment