Pada tanggal 22 Juni 1940, di hutan Compiègne, Prancis secara resmi menyerah kepada Jerman dalam sebuah upacara yang penuh simbolisme dan perhitungan historis. Adolf Hitler dengan sengaja memilih lokasi - dan bahkan gerbong kereta yang sama, tempat Jerman menandatangani kekalahannya pada akhir Perang Dunia I di tahun 1918 - sebagai bentuk pembalasan yang telak terhadap penghinaan masa lalu. Delegasi Prancis dipimpin oleh Jenderal Charles Huntziger, sementara pihak Jerman diwakili oleh Generaloberst Wilhelm Keitel (Chef der Oberkommando der Wehrmacht) dan staf tinggi Wehrmacht lainnya. Hitler sendiri menyempatkan untuk hadir pada awal pertemuan di tanggal 21 Juni, berdiri diam dengan ekspresi dingin saat teks perjanjian dibacakan, lalu meninggalkan tempat sebelum penandatanganan dilakukan, sebagai isyarat bahwa keputusan akhir sudah tidak dapat diganggu gugat.
Perjanjian itu menetapkan pembagian wilayah Prancis: bagian utara dan barat termasuk Paris ditempati oleh Jerman, sedangkan bagian selatan dibiarkan di bawah pemerintahan kolaborator Vichy yang dipimpin oleh Marsekal Pétain. Bagi Jerman, momen Compiègne adalah kemenangan moral dan politik yang luar biasa—sebuah pembalasan sejarah atas penghinaan 1918, sementara bagi Prancis, hari itu menandai runtuhnya kebanggaan nasional dan berakhirnya Republik Ketiga setelah enam minggu perang yang menghancurkan.
Perjanjian itu menetapkan pembagian wilayah Prancis: bagian utara dan barat termasuk Paris ditempati oleh Jerman, sedangkan bagian selatan dibiarkan di bawah pemerintahan kolaborator Vichy yang dipimpin oleh Marsekal Pétain. Bagi Jerman, momen Compiègne adalah kemenangan moral dan politik yang luar biasa—sebuah pembalasan sejarah atas penghinaan 1918, sementara bagi Prancis, hari itu menandai runtuhnya kebanggaan nasional dan berakhirnya Republik Ketiga setelah enam minggu perang yang menghancurkan.
Sumber :
Die Deutsche Wochenschau No. 512 - 26 Juni 1940
No comments:
Post a Comment