U-31, sebuah kapal selam tipe VIIA, dengan senjata dek cepat-tembak 88mm sedang beraksi. Selongsong peluru disimpan di sebuah magasin di bawah ruang radio, dan mereka harus dibawa ke lokasi meriam dengan menggunakan rantai manusia melalui beberapa lubang masuk kecil dan jalur yang berliku! Mesiu disimpan di sebuah tabung kertas karton yang mempunyai lapisan lilin atau ditutup secara tersendiri dalam sebuah kontainer hampa udara. Kontainer metal ini begitu apiknya dibuat sehingga mesiu yang ditemukan di reruntuhan U-boat 50 tahun setelah perang berakhir ternyata masih dalam kondisi yang sangat bagus! Meskipun foto ini rada butek, tapi kita bisa melihat alat pengarah sasaran optis yang terdapat di kedua sisi meriam
U-415 berada di bawah komando Kapitänleutnant Kurt Neide sampai dengan bulan Juni 1943. Bulan itu menjadi saat dimana senjata anti serangan udara di atas dek U-boat semakin diperkuat. Kapten pengganti Neide adalah Oberleutnant zur See Herbert Werner, yang seusai perang menerbitkan memoarnya yang berjudul "Iron Coffins". Dalam foto ini kita bisa melihat seorang awak kapal selam mengarahkan senjata anti-pesawat 20mm dan menembakkannya. Meskipun senjata ini tidak efektif dalam menghadapi pesawat yang besar, cepat, dan mempunyai lapisan pelindung yang baik, tapi setidaknya pengoperasiannya tidak terlalu sulit. Sayangnya, si penembak sendiri tidak mendapat perlindungan perisai besi dari kemungkinan tembakan balasan pesawat terbang
Dari foto yang diambil dari atas menara pengawas ini, kita bisa melihat senjata dek andalan U-boat tipe VII yaitu meriam 88 Angkatan Laut yang merupakan hasil pengembangan divisi penelitian Kriegsmarine. Dengan nama resmi 8,8cm Schiffskanone C/35 in Unterseebootslafette (atau disingkat "8.8cm Sk C/35 in Ubts LC/35"). Yang jelas senjata ini tidak ada hubungannya dengan meriam Flak atau anti-tank 88 yang terkenal milik Heer, bahkan peluru amunisinya sendiri tidak sama!
Seorang petugas torpedo harus selalu mengawasi "belut"nya. Setiap empat atau lima hari sekali, torpedo yang telah siap digunakan harus dikeluarkan dari tabungnya untuk kepentingan pemeliharaan (salah satu tugas yang paling dibenci awak U-boat!). Dengan lima buah tabung torpedo yang ada di kapal selam tipe VII, biasanya pemeliharaan satu torpedo memakan waktu satu hari agar dapat mempersiapkan sebanyak mungkin torpedo apabila diperlukan. "Belut" yang ada di foto ini adalah dari jenis G7e, sementara ruangan torpedo depan yang kita lihat disini memperlihatkan tiga dari empat buah tabung serta lintasan di atasnya yang digunakan untuk mengerek torpedo yang akan digunakan. Yang menarik adalah, bila anda memperbesar foto ini dengan mikroskop (WTF!), maka anda akan melihat tulisan "Rozmarie" yang terdapat di bagian kanan atas torpedo!
Foto ini memperlihatkan posisi kemudi di dalam menara pengawas U-124, sebuah kapal selam dari tipe IXB, dengan pipa suara menyembul di dekat mulut petugas. Tangannya berada di tombol untuk menggerakkan sirip ekor ke bagian kanan – terdapat tombol lainnya yang mengarahkan ke tujuan yang berlawanan. Karena sulitnya mempertahankan posisi saat cuaca buruk, maka disediakan gagang tambahan untuk operator agar dia dapat mencengkeramnya dengan satu tangan tanpa mengganggu kerja tangan lainnya. Salah satu gagang ini terlihat di atas tangan kanan si petugas. Sirip ekor dan peluncur biasanya dikendalikan secara elektris dengan menekan tombol-tombol yang tersedia, meskipun terdapat juga roda kemudi dengan fungsi sama yang hanya digunakan pada saat darurat (litsrik mati). Penggunaannya bukanlah hal yang mudah dan butuh tenaga kedua tangan. Bila mekanisme manual ini juga rusak, maka cara terakhir adalah mengoperasikannya dari kompartemen belakang, dengan duplikat kontrol peluncur depan juga tersedia di ruang torpedo haluan
Foto ini memperlihatkan posisi kemudi di dalam menara pengawas U-124, sebuah kapal selam dari tipe IXB, dengan pipa suara menyembul di dekat mulut petugas. Tangannya berada di tombol untuk menggerakkan sirip ekor ke bagian kanan – terdapat tombol lainnya yang mengarahkan ke tujuan yang berlawanan. Karena sulitnya mempertahankan posisi saat cuaca buruk, maka disediakan gagang tambahan untuk operator agar dia dapat mencengkeramnya dengan satu tangan tanpa mengganggu kerja tangan lainnya. Salah satu gagang ini terlihat di atas tangan kanan si petugas. Sirip ekor dan peluncur biasanya dikendalikan secara elektris dengan menekan tombol-tombol yang tersedia, meskipun terdapat juga roda kemudi dengan fungsi sama yang hanya digunakan pada saat darurat (litsrik mati). Penggunaannya bukanlah hal yang mudah dan butuh tenaga kedua tangan. Bila mekanisme manual ini juga rusak, maka cara terakhir adalah mengoperasikannya dari kompartemen belakang, dengan duplikat kontrol peluncur depan juga tersedia di ruang torpedo haluan
Sumber :
Buku "Wolfpacks At War: The U-Boat Experience In WWII" oleh Jak Mallmann Showell
No comments:
Post a Comment