Pada tanggal 22 Juni 1941, Hitler melancarkan serangan untuk menaklukkan Uni Soviet. Propaganda Nazi menyebut serangan ini sebagai sebuah “Perang Salib melawan Komunisme”. Banyak orang Eropa yang dengan antusias menanggapi seruan Nazi untuk “menyelamatkan Eropa dari ancaman gerombolan Yahudi-Asia” dan bergabung dengan usaha peperangan Jerman di Front Timur. Di antaranya adalah sebuah resimen Kroasia.
Pada musim semi 1941, Wehrmacht menaklukkan Yugoslavia dan memecah-belah negeri Balkan tersebut menjadi sejumlah zona pendudukan Poros. Atas perintah Hitler, bekas provinsi Kroasia, Bosnia, dan Herzegovina dibentuk menjadi sebuah negara boneka yang disebut sebagai Negara Kroasia Merdeka di bawah pimpinan Ante Pavelić, ketua organisasi Ustasa yang terkenal brutal.
Untuk membalas jasa Jerman yang membantu pendirian negara Kroasia Merdeka, Pavelić dan para bawahannya sepakat untuk mendukung serangan Jerman ke Uni Soviet dan bergabung dengan “semua bangsa yang cinta kebebasan untuk melawan Komunisme”.
Pada tanggal 23 Juni 1941, sehari setelah Operasi Barbarossa dilancarkan, Pavelić menyampaikan pernyataan kepada Hitler bahwa dia ingin mengirimkan pasukan darat, laut, dan udara Kroasia “sesegera mungkin” untuk berjuang bersama sekutu Jerman mereka di Front Timur. Pada tanggal 1 Juli 1941, Hitler meluluskan permintaan itu dan pada hari berikutnya Pavelić langsung membuka pendaftaran bagi para sukarelawan Kroasia yang akan dikirimkan ke Front Timur.
Menurut rencana awal, Kroasia akan mengirimkan kontingen darat berupa sebuah resimen yang terdiri atas 4.000 orang. Namun ternyata jumlah sukarelawan yang mendaftar begitu membludak sehingga pada tanggal 15 Juli 1941 telah terhitung 9.000 orang pelamar! Karena itu didakanlah seleksi ketat untuk menyaring para sukarelawan.
Unit sukarelawan Kroasia itu dinamakan sebagai Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369, atau Resimen Infanteri Pendukung Kroasia ke-369. Resimen ini terdiri atas tiga batalyon dan beranggotakan sekitar 3.895 orang perwira, bintara dan prajurit. Dua batalyon di antaranya terdiri atas para sukarelawan Kroasia, sementara satu batalyon beranggotakan kaum Muslim Bosnia. Mereka mengenakan seragam, perlengkapan, dan tanda pangkat Jerman. Namun, ciri khas negara asalnya dapat dilihat dari panji ‘papan catur’ Kroasia yang terdiri atas 24 kotak merah-putih yang disulam di lengan kiri seragam mereka serta ditempelkan di sisi kiri stahlhelm (helm baja) mereka.
Resimen yang berkekuatan tiga batalyon infanteri dan sebuah kompi artileri ini dipimpin oleh kolonel Ivan Markulj. Mereka mendapatkan pelatihan dasar di kota Stokerau, Austria. Setelah pelatihannya selesai, resimen ini kemudian dikirimkan ke Dollersheim, Jerman, dimana mereka mendapatkan perlengkapannya dan mengucapkan sumpah setia kepada Führer, Poglavnik (gelar resmi dari Pavelić), Jerman, dan negara Kroasia Merdeka. Mereka kemudian mendapatkan pelatihan akhir selama tiga minggu.
Pada tanggal 15 Agustus 1941, Resimen ke-369 dikirimkan ke Uni Soviet dengan kereta api melalui Slovakia dan Hungaria. Setibanya di Dongena di Bessarabia, para prajurit Kroasia berbaris dengan berjalan kaki sejauh 750 kilometer melintasi Ukraina untuk mencapai garis depan!
Perjalanan ini menghabiskan waktu selama 35 hari, dimana para prajurit hanya memperoleh waktu istirahat satu hari. Setelah tiba di tempat tujuan mereka di Budniskaja, Ukraina, resimen ini diberikan waktu istirahat selama satu minggu. Selama perjalanan berbaris ini, 187 orang prajurit ambruk karena kelelahan sehingga dipulangkan ke negerinya. Dua orang lainnya dieksekusi karena meninggalkan pos jaganya tanpa izin. Di Budniskaja sendiri, sejumlah bintara berpengalaman Jerman bergabung dengan resimen Kroasia itu untuk membantu pelatihan akhirnya dan membiasakan mereka untuk bertugas di garis depan.
Ditempatkan di bawah komando 100.Jäger-Division Jerman, resimen Kroasia ini dikirimkan ke front Kharkov pada bulan September 1941. Mereka terlibat dalam pertempuran sengit melawan Tentara Merah selama serangan balasan Soviet pada musim dingin 1941-1942. selain itu, resimen ini juga bertempur melawan kaum gerilyawan serta pasukan reguler Soviet di Kharkov dan seputar wilayah sekitarnya seperti Petrusani, Kremencuga, Poltava, Saroki, Balti, Pervomajsk, Kirovgrad, Petropavlovsk, Taranovka, Grisin, Stalino, Vasiljevka, Aleksandrovka, Ivanovka, dan Garbatovo. Pada tanggal 31 Mei 1942, sebuah pernyataan militer Jerman memberikan ucapan selamat atas keberhasilan sukarelawan Kroasia yang telah berhasil menangkap 5.000 orang tawanan. Banyak di antara tawanan itu sendiri, khususnya orang Rusia dan Ukraina, lebih memilih menyerahkan diri kepada pasukan Kroasia karena menganggap akan mendapatkan perlakuan lebih baik dari mereka sebagai sesama orang Slavia!
Pada saat Jerman melancarkan serangan ke Rusia selatan pada musim panas 1942, Resimen ke-389 menjadi bagian dari 6.Armee yang bergerak dari Voronezh ke Stalingrad. Dalam pertempuran sengit satu lawan satu yang berlangsung antara tanggal 25-27 Juli 1942 di Kolkhoz (Pertanian Kolektif) Proljet Kultura di dekat Selivanov, resimen Kroasia itu kehilangan 46 prajurit yang tewas serta 176 lainnya terluka.
Pada akhir Agustus hingga akhir September 1942, Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369 diistirahatkan dan disusun kembali dengan para rekrutan yang baru tiba dari Kroasia. Mereka juga mendapatkan komandan yang baru, Oberst Viktor Vitez Pavicić.
Untuk memperkuat moral pasukan, pada tanggal 24 September 1942 sebelumnya, Ante Pavelić mengunjungi resimen tersebut di Golubinskaya, di pinggiran Stalingrad, dan membagi-bagikan medali kepada sejumlah anggotanya.
Sejumlah prajurit Kroasia juga mendapatkan medali Eisernes Kreuzes dari Jerman atas tindakan keberanian serta kepahlawanan mereka. Pada bulan September 1942, Leutnant Josip Zambata dan seorang muslim Bosnia, Feldwebel Dzafer Babović, mendapatkan medali Eisernes Kreuz II klasse atas keberanian mereka dalam pertempuran di sektor selatan Stalingrad. Hauptmann Geza Majberger, yang memimpin 1.Bataillon, juga mendapatkan medali serupa secara anumerta atas peranannya dalam pertempuran di sekitar Manojlin selama serangan musim panas 1942.
Pada tanggal 26 September 1942, Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369 diperintahkan untuk bergerak lagi dan mendapatkan kehormatan sebagai satu-satunya unit sekutu Jerman yang memasuki Stalingrad. Namun kehormatan itu sendiri segera berbalik menghantui resimen Kroasia tersebut.
Pada pukul 11.30 malam tanggal 26 September 1942, para prajurit Kroasia dari 1.Bataillon memasuki kota Stalingrad. Mereka diikuti oleh sisa resimen menjelang pagi di hari berikutnya.
Sebagaimana yang dialami oleh rekan-rekan Jerman mereka, Stalingrad segera berbalik menjadi neraka bagi para prajurit Kroasia. Setelah memasuki kota Stalingrad yang telah menjadi reruntuhan dan terbakar hebat, seorang komandan Zug (peleton) dari 3.Kompanie, Leutnant Bucar, mencatat bahwa mereka harus “berlindung di parit-parit dan bunker karena musuh menyerang kami dengan artileri, pesawat terbang, dan roket Katyusha.” Sekalipun peletonnya tidak mengalami kerugian, dua peleton Kroasia yang beroperasi bersama peleton Bucar mengalami kerugian berat, demikian pula dengan unit transportasinya yang kehilangan 10 prajurit, 40 kuda, dan truk yang membawa amunisi mereka.
Dalam pertempuran sengit dari rumah ke rumah, dan seringkali menjadi duel satu lawan satu, Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369 menderita kerugian besar. Hauptmann Ivan Corić, komandan 2.Bataillon, menulis bagaimana dia diperintahkan agar melancarkan suatu serangan di tengah-tengah gempuran roket Katyusha, artileri, dan serangan udara Soviet.
“Pada malam 26/27 September, pesawat Rusia terbang begitu rendah dan membomi daerah dimana batalyon seharusnya berada... hanya beberapa ratus meter setelah bergerak, kami digempur oleh tembakan artileri yang begitu gencar, dan anakbuahku mulai mati bergelimpangan satu demi satu... pesawat-pesawat Soviet dengan mudah memergoki kami dan membomi kami dengan bom fosfor yang menimbulkan kebakaran hebat. Banyak prajuritku yang terbakar. Itu benar-benar pemandangan yang mengerikan...”
Pada tanggal 13 Oktober 1942, kekuatan resimen itu merosot sehingga hanya tinggal sebuah batalyon yang lemah dan dua kompi independen yang berantakan. Hanya tersisa 983 orang prajurit dari kekuatan awal resimen maupun semua tenaga pengganti yang tiba dari tempat pelatiha di Stokerau. Sekalipun demikian, resimen itu masih tetap mampu bergerak hingga 800 meter ke sektor utara Stalingrad.
Pada tanggal 16 Oktober 1942, Generalleutnant Werner Sanne menganugerahkan medali Eisernes Kreuz I klasse kepada Feldwebel Dragutin Podobnik atas keberanian yang diperlihatkannya selama perebutan pabrik “Oktober Merah” pada tanggal 30 September. Oberst Viktor Vitez Pavicić juga mendapatkan medali yang sama atas kepemimpinannya di Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369.
Pabrik “Oktober Merah” sendiri terus-menerus menjadi medan pertempuran bagi para prajurit Kroasia dan Jerman. Sementara Tentara Merah melancarkan serangan balasan di sepanjang jalur kereta api di dekat kawasan tersebut, penduduk sipil Soviet menembaki para prajurit Jerman dan Kroasia yang beroperasi disana. Akibatnya, mereka menembaki semua penduduk sipil yang berada di zona pertempuran.
Pertempuran mati-matian yang sengit di Stalingrad membuat Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369 menderita korban yang sangat besar. Pada akhir November 1942, resimen tersebut hanya tinggal memiliki 5 orang perwira , 9 bintara, dan 110 orang prajurit yang siap tempur! Pengepungan Tentara Merah atas 6.Armee sendiri membuat jatah makanan prajurit dikurangi. Kini, mereka hanya memperoleh 120 gram daging kuda serta apa pun roti yang masih ada. Jatah makanan ini sangat tidak memadai bagi para prajurit yang terus menerus terlibat pertempuran.
Saat bulan Desember tiba, para prajurit Kroasia menjadi korban akibat cuaca yang membeku, kelaparan, serta kekurangan amunisi dan senjata. Keadaan memburuk dengan cepat saat sungai Volga menjadi cukup keras untuk dilewati oleh Tentara Merah pada 17 Desember 1942, sehingga memberikan akses lainnya bagi pasukan Soviet untuk mengepung Stalingrad. Pada tanggal 16 Januari 1943, Tentara Merah melancarkan serangan gencar terhadap posisi-posisi pasukan Kroasia, sementara sisa-sisa Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369 berusaha keras untuk bertahan. Kekurangan makanan, amunisi, obat-obatan, dan perbekalan, jelas-jelas memberikan loceng akhir kematian bagi 6.Armee beserta resimen Kroasia mereka yang loyal.
Oberst Pavicić meminta 100.Jäger-Division agar mencopotnya dari jabatan komandan resimen karena tidak memiliki prajurit lagi. Hanya tinggal beberapa orang yang terluka, dan dia merasa dirinya sudah tidak berguna lagi. Setelah menunjuk Oberstleutnant Marko Mesić, komandan artileri resimen tersebut, sebagai penggantinya, Pavicić berusaha meloloskan diri dari Stalingrad. Nasib akhir komandan Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369 ini tidak terlalu jelas. Sebuah laporan menyatakan bahwa pesawat terbang yang ditumpanginya ditembak jatuh. Laporan lainnya menyebutkan bahwa dia ditangkap karena berusaha meninggalkan posnya tanpa perintah dan dijatuhi hukuman mati oleh komandan divisinya.
Pada tanggal 23 Januari 1943, 18 orang prajurit Kroasia yang terluka diterbangkan keluar dari Stalingrad. Mereka adalah orang Kroasia terakhir yang beruntung dapat meninggalkan kota itu hidup-hidup, di antara mereka terdapat Feldwebel Jurić, pencatat serta pembawa buku catatan harian perang Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369. Satu-satunya tulisan dalam buku itu setelah tanggal 23 Januari 1943 adalah: “2 Februari 1943. Stalingrad telah jatuh”.
Mesić dan sisa-sisa anakbuahnya menyerah kepada Tentara Merah pada tanggal 2 Februari 1943 di gedung Angkatan Udara Soviet di apa yang tersisa dari kota Stalingrad. Dengan demikian, riwayat Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369 pun berakhir.
Namun sejarah Hrvatska Legija (Legiun Kroasia) belum berakhir disini. Sebaliknya, terdapat dua kisah saling bertentangan yang mengikuti nasib resimen Kroasia ini. Mesić dan sisa-sisa anakbuahnya kemudian bergabung dengan Brigade Sukarelawan Yugoslavia ke-1 yang berada di bawah komando Moskow demi menyelamatkan diri dari kematian di kamp tawanan Soviet. Mereka kemudian dikirimkan ke Yugoslavia pada akhir tahun 1944, dimana Tito sengaja mengorbankan mereka dalam pertempuran mematikan melawan pasukan Jerman yang lebih kuat. Mesić sendiri kemudian ditangkap dan dihukum mati oleh rezim Tito dengan tuduhan sebagai pengkhianat.
Sisa-sisa Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369 sendiri, yang diungsikan karena sakit atau terluka, kemudian dikirimkan ke Stokerau. Mereka digabungkan dengan batalyon pengganti resimen tersebut dan dibentuk menjadi sebuah divisi infanteri Kroasia-Jerman yang baru, 369. (Kroatische) Infanterie-Division. Nomor divisi itu sendiri diberikan untuk menghormati Verstarken Kroatischen Infanterie-Regiment 369. Mereka bertempur melawan kaum Partisan Yugoslavia hingga berakhirnya Perang Dunia II.
Sumber :
Buku “Der Freiwillige; Kisah-Kisah Sukarelawan Asing Dalam Tentara Hitler” karya Nino Oktorino (produksi Gaco Books)
No comments:
Post a Comment