Para anggota unit penyelamat laut-udara Jerman (Seenotflugstaffeln) yang beroperasi di atas Selat Inggris pada tahun 1940 kemudian menyadari bahwa status mereka sebagai tukang tolong tidak menjamin mereka untuk selamat dan berbalik menjadi korban. Setelah didudukinya Prancis, Luftflotte 3 langsung mendirikan tiga buah pusat penyelamatan laut-udara di Boulogne, Cherbourg dan Brest. Hal ini sebagai reaksi Luftwaffe terhadap makin meningkatnya pertempuran udara antara pesawat Jerman dan Inggris di atas Selat. Pada musim panas 1940 unit-unit Seenotflugstaffeln menerbangkan pesawat apung Heinkel He 59 yang tidak bersenjata dan dicat warna putih serta palang merah besar di badan dan sayapnya. Karena Inggris meyakini bahwa pesawat-pesawat semacam ini hanyalah kamuflase belaka demi menyembunyikan status sebenarnya sebagai pesawat pengintai, maka RAF mengumumkan bahwa mereka layak dijadikan sebagai target serangan sehingga sebagai akibatnya beberapa He 59 menjadi korban. Luftwaffe langsung bertindak cepat dengan merubah cat pesawat He 59 dari putih menjadi kamuflase yang didominasi warna abu-abu serta menambahkan persenjataan pertahanan kepada para awaknya. Selain itu, pesawat-pesawat Seenotflugstaffeln selalu mendapatkan kawalan pesawat pemburu bilamana dimungkinkan. Foto di atas memperlihatkan sebuah pesawat penyelamat laut-udara Heinkel He 59 B “??+?G” (Werknummer 1824) dari Seenotstaffel 3 (sebelumnya bernama Seenotflugstaffel 3, dinamai ulang bulan Desember 1940). Pesawat ini telah dicat kamuflase dan mendapatkan tambahan dua buah senapan mesin di bagian depan dan belakang. Lambang staffel tertera di bawah ruang awak senapan mesin depan, dan berbentuk seekor burung albatros dengan cincin kehidupan dalam perisai biru. Perhatikan juga lingkaran DF besar yang dapat ditinggikan. Tanggal 14 Oktober 1941 kamuflase serta persenjataan yang diusung oleh pesawat ini tetap tidak mampu menyelamatkannya. Dalam sebuah misi penyelamatan, Heinkel tersebut berpapasan dengan delapan pesawat pemburu Inggris hanya satu kilometer lepas pantai Belgia di dekat Raverside, barat Ostende, dan ditembak jatuh dalam gulungan api ke laut. Untungnya dua awak pesawat ini, observer Oberfeldwebel Siegfried Wessel dan pilot Unteroffizier Josef Raab, hanya mengalami luka-luka
Sumber :
Majalah "Luftwaffe im Focus" Spezial No.1 tahun 2003
No comments:
Post a Comment