MONOKEL DI MATA KANAN
Generalmajor Carl Anders (31 Agustus 1893 - 28 Januari 1972) pertama kali masuk Angkatan Darat Kekaisaran Jerman tanggal 1 April 1912. Dalam kancah Perang Dunia Pertama dia terluka parah di bagian kepala yang mengakibatkan kehilangan penglihatan di mata kirinya. Karenanya dia digolongkan sebagai "garnisonsdienstfähig Heimat" (lebih cocok untuk tugas garnisun di tanah kelahiran). Anders rupanya sudah kadung "jatuh cinta" pada hingar bingar front pertempuran sehingga dia meminta untuk ditempatkan kembali di lapangan, dan permintaannya dipenuhi! Akibat dari Peranjian versailles seusai perang, Anders diberhentikan dari dinas aktif tanggal 10 September 1919 meskipun dia masih menerima dana pensiun bulanan dan "Recht zum Tragen der Regimentsuniform" (hak untuk mengenakan seragam resimen). Setelah kemiliterannya diaktifkan kembali tak lama sesudah Hitler naik ke tampuk kekuasaan, dia mulai menapaki jenjang karir dengan menempati berbagai posisi, dari komandan kompi, batalyon, resimen sampai divisi. Dalam apa yang dinamakan sebagai "Hube-Kessel" atau "Wandernen Kessel", 254. Infanterie-Division, dimana Anders bergabung sebagai komandan resimen, bertugas sebagai penjaga garis belakang pasukan utama Jerman dan menjadi unit terakhir yang meloloskan diri dari pengepungan Soviet. Anders menunjukkan kesigapannya dalam memimpin pasukannya untuk bertahan dari serangan musuh yang berkali lipat sekaligus mundur dengan teratur. Dia dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 4 Mei 1944 sebagai Oberst dan Kommandeur Grenadier-Regiment 484 / 254.Infanterie-Division / XXXXVI.Panzerkorps / 1.Panzerarmee / Heeresgruppe Nordukraine. Di akhir perang dia menjabat sebagai komandan 88. Infanterie-Division. Dia dan divisinya menyerah ke tangan pasukan Rusia tanggal 31 Januari 1945 dan baru dibebaskan tanggal 28 Oktober 1955. Medali dan penghargaan lain yang diraihnya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse dan I.Klasse; 1914 Verwundetenabzeichen in Silber (27 Mei 1917); Ehrenkreuz für Frontkämpfer; Wehrmacht-Dienstauszeichnung IV Klasse (2 Oktober 1936); Kriegs-Erinnerungs-Medaille mit Schwertern (Austria); Kriegs-Erinnerungs-Medaille mit Schwertern (Hungaria); Wehrmacht Dienstauszeichnung III Klasse (21 April 1938); 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (25 Oktober 1939) dan I.Klasse (26 Oktober 1939); Medaille Winterschlacht im Osten 1941/1942; serta Deutsches Kreuz in Gold #70/1 (14 Februari 1942)
Generalleutnant Günther Angern (5 Maret 1893 – 2 Februari 1943) masuk dinas militer tanggal 1 April 1911 dan telah berpangkat Oberleutnant di akhir Perang Dunia Pertama. Dia bertugas di berbagai unit kavaleri dalam masa antar-perang, serta menjadi Oberst dan Kommandeur 3. Schützen-Brigade saat Perang Dunia II pecah. Tanggal 4 Desember 1939 gantian 11. Schützen-Brigade yang merasakan kepemimpinannya, dan disnilah Angern mendapatkan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 7 Agustus 1940 sebagai Oberst dan Kommandeur 11.Schützen-Brigade / II.Armeekorps / 4.Armee / Heeresgruppe B setelah dia ikut berpartisipasi dalam terobosan pasukan Jerman di sekitar jembatan Anzien dan St. Datharine, sebelah utara Arras, tanggal 23 Mei 1940, juga penyeberangan di Bethune (St. Aubin) dan Dampierre tanggal 10 Juni 1940. Rekomendasinya masuk tanggal 18 Juli 1940, dikonfirmasi tanggal 26 Juli 1940, dan disetujui tanggal 5 Agustus 1940. Angern menjadi komandan 11. Panzer-Division tanggal 15 Agustus 1941, dan hanya berselang 9 hari kemudian terluka parah dalam pertempuran sehingga tampuk kepemimpinannya berganti lagi Hans-Karl Freiherr von Esebeck! Setelah sembuh dia menjadi komandan divisi panzer yang lain, 16. Panzer-Division, periode 25 September 1942 - 2 Februari 1943. Di tanggal yang terakhir inilah sang perwira berbakat memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di kantong Stalingrad saat 6. Armee menyerah pada Tentara Merah. Medali dan penghargaan lain yang diraihnya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse dan I.Klasse; Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918 (1934); Dienstauszeichnung der Wehrmacht I.Klasse 25 jahre (2 Oktober 1936); Magyar Érdemrend Középkereszt je (Hungaria, 26 Oktober 1938); 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (18 September 1939) dan I.Klasse (9 Oktober 1939); Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938; Medaille zur Erinnerung an die Heimkehr des Memellandes (1939); Panzerkampfabzeichen in Bronze; Voenen Orden "Za Hrabrost" III.Stepen 1.klas (Bulgaria); 1939 Verwundetenabzeichen in Silber; Anerkennungsurkunde des Oberbefehlshabers des Heeres (7 Juli 1941); Ehrenblattspange des Heeres und Waffen-SS (22 Juli 1941); serta Deutsches Kreuz in Gold (8 Maret 1942)
Oberst Andreas von Aulock (23 Maret 1893 – 23 Juni 1968) lahir dari keluarga bangsawan Silesia yang mempunyai sejarah militer panjang. Seperti banyak dari anggota keluarganya, dia memilih karir di kemiliteran dengan menjadi anggota 6. Thüringischen Infanterie-Regiment Nr. 95 tanggal 22 Maret 1912. Seperti sebagian besar perwira "tua" Wehrmacht lainnya, Aulock ikut bertempur dalam Perang Dunia Pertama dan cukup berprestasi dengan meraih dua kelas Eisernes Kreuzes. Dalam Perang Dunia II dia menjadi komandan resimen dari 79. Infanterie-Division dan memimpin pasukannya dalam Pertempuran Stalingrad yang super brutal. Unitnya hancur lebur di neraka Rusia tersebut, tapi untunglah Aulock ditarik keluar sebelum pasukan 6. Armee benar-benar menyerah. Setelah sempat menjadi Führerreserve, Aulock dipanggil bertugas kembali di unit lamanya yang dibentuk ulang setelah musnah di Stalingrad. Dia dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes #2294 tanggal 6 November 1943 sebagai Oberst dan Komandeur Grenadier-Regiment 226 / 79.Infanterie-Division / XXXXIV.Armee-Korps / 17.Armee / Heeresgruppe A setelah mematahkan serangan Rusia ke jembatan Kuban. Dia juga sempat menjadi pengganti sementara sebagai komandan 79. Infanterie-Division dari tanggal 19 s/d 22 Oktober 1943. Setelah mengikuti pelatihan lanjutan di Artillerieschule, Aulock ditransfer ke Front Barat untuk menjadi komandan Festung (Benteng) St. Malo yang dikepung oleh pasukan Amerika. Disini dia mengeluarkan ikrarnya yang terkenal: "Aku akan bertempur sampai orang terakhir, bahkan bila orang terakhir itu adalah aku sendiri!" dan ini dibuktikannya sendiri. Selama tiga minggu penuh pasukan Amerika membombardir benteng kuno di St. Malo yang telah dirubah menjadi perangkap mematikan oleh 12.000 orang pasukan Jerman yang bertahan. Berkali-kali serangan dilancarkan dan berkali-kali pula serangan tersebut gagal. Meskipun sedikit demi sedikit wilayah yang diduduki Jerman berpindah ke tangan musuh, Aulock tetap tidak menyerah. Meskipun warga lokal dan pendeta yang dihormati disana memohonnya untuk menyerah, Aulock tetap teguh dengan pendiriannya. Ketika akhirnya hubungan dengan markas besar Wehrmacht benar-benar terputus dan Amerika melancarkan serangan bom-bakar yang keji, barulah dia memutuskan untuk menyerahkan diri bersama dengan 400 orang dari anakbuahnya yang masih tersisa. Hitler tidak tutup mata, dan pada tanggal 16 Agustus 1944 (dua hari sebelum Aulock menyerah) dia dianugerahi Eichenlaub #551 sebagai Oberst dan Festungskommandant St. Malo / Oberbefehlshaber West. BTW, Aulock dipromosikan menjadi Oberst tanggal 16 Maret 1942 dan tiga tahun kemudian dia masih berpangkat sama, hal yang tidak biasa bagi perwira berprestasi dengan segambreng medali seperti dirinya! Ternyata ada kejadian menarik mengenai hal ini: dia mempunyai kakak bernama Hubertus von Aulock yang sama-sama berpangkat Oberst tapi kalah mentereng prestasinya dibandingkan dengan sang adik. Saat Aulock muda menerima Eichenlaub, dia sebenarnya sekaligus dipromosikan menjadi Generalmajor der Reserve, tapi karena sebuah kesalahan administrasi oleh Oberkommando der Wehrmacht, malah kakaknya yang mendapatkannya! Konyolnya lagi, kesalahan ini tetap berlanjut dan Andreas von Aulock harus pasrah menerima kenyataan bahwa dirinya tidak jadi naik pangkat! Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (9 September 1914) dan I.Klasse (23 Februari 1915); Preußische Ehrenkreuz III. Klasse mit Schwertern (28 Maret 1917); Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918; 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (27 November 1939) dan I.Klasse (21 Juni 1940); Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42 (1942); Kubanschild; serta Deutsches Kreuz in Gold #4/3 (27 Oktober 1941). Namanya juga disebutkan dalam berita Wehrmachtbericht edisi 18 Agustus 1944
Generalmajor Ludwig Bieringer (12 Agustus 1892–22 Januari 1975)
General der Infanterie Dietrich von Choltitz (9 November 1894 - 5 November 1966)
Generalmajor Ingo von Collani (24 September 1900 - 14 Desember 1969)
General der Flieger Kuno Heribert Fütterer (2 April 1894 - 24 Agustus 1963)
General der Infanterie z.V. Hermann Geyer dalam foto yang diambil di Front Timur tahun 1941/1942. Ketika Perang Dunia II pecah dia sebenarnya sudah pensiun tapi kemudian diaktifkan kembali (zur Verfügung). Ternyata dia menunjukkan prestasi yang mengesankan sehingga diganjar dengan Ritterkreuz tanggal 25 Juni 1940. Dia bunuh diri tanggal 10 April 1946. Perhatikan nomor "119" di schulterklappen-nya! Ini karena dia adalah "Erlaubnis zum Tragen der Uniform des IR 119" ketika dia pensiun di bulan April 1939
Eckhard von Geyso (pangkat terakhir Generalmajor) dianugerahi Deutsches Kreuz in Gold tanggal 18 Oktober 1941 sebagai Oberst dan Kommandeur Infanterie-Regiment 121. Selain itu, dia juga mendapat Anerkennungsurkunde des Oberbefehlshabers des Heeres pada tanggal 4 Oktober 1941. Penghargaan yang terakhir diberikan kepada para komandan korps, divisi, resimen atau batalyon yang memperlihatkan pemahaman yang baik akan hal-hal teknis di wilayah di belakang front
Generalleutnant Ernst Goettke (12 Oktober 1885 - 22 Oktober 1966)
Oberstleutnant im Generalstab Heinz-Günther Guderian, anak dari jenderal panzer terkenal Generaloberst Heinz Guderian
Oberst Heinz Heggenreiner dari unit Gebirgsjäger. Dalam foto dari tahun 1936 ini dia masih berpangkat sebagai Hauptmann di 1.Kompanie, 99. Gebirgsjäger Regiment, Garmisch-Partenkirchen
Generalleutnant Konrad-Oskar Heinrichs (5 Mei 1890 - 8 September 1944)
Oberst Harry Herrmann (27 Mei 1909 - 12 Maret 1995)
Generalmajor Rudolf Höfer (12 Maret 1892 - 11 Juni 1961)
Generalmajor Gerhard Jordan (1 Juni 1893 - 27 Maret 1964)
Generalleutnant Richard Koll adalah perwira dari 6. Panzer-Division yang kemudian menjadi Chef Kraftfahrzeug Instandsetzungswesens (Kepala Perbaikan Kendaraan Bermotor) bulan Juli 1943, lalu diikuti dengan mengikuti kursus pelatihan komandan divisi bulan November 1943. Bulan Januari 1944 dia mengambil alih komando 1.Panzer-Division dari Generalleutnant Walter Krüger yang pindah menangani LVIII.Panzerkorps. Ternyata Koll tidak menunjukkan hasil yang memuaskan saat memimpin divisinya dalam usaha pembebasan pasukan Jerman yang terperangkap di Kantong Cherkassy (Februari 1944). Akibatnya, atasannya General der Panzertruppe Hermann Breith mencopot Koll dari jabatannya dengan catatan yang kurang baik tanggal 21 Februari 1944. Sang jenderal berpengalaman lalu dikembalikan ke posisinya yang semula sebagai tukang reparasi di satuan yang kini berubah namanya menjadi Wehrmacht-Kraftfahrzeugwesens!
Generalleutnant Rudolf-Eduard Licht (11 Juni 1890 - 14 September 1978)
Oberst Enno-Erich von Limburg-Hetlingen (5 November 1893 - 26 Agustus 1977)
Generalleutnant Max Lindig (11 Juli 1887 - 26 April 1961)
Generalmajor Hubert Lütkenhaus (9 Juni 1891 - 18 Desember 1972)
Generalfeldmarschall Walter Model (24 Januari 1891 - 21 April 1945), tak diragukan lagi, adalah master peperangan defensif terbaik yang dimiliki oleh Jerman dalam Perang Dunia II (1939-1945). Saat Wehrmacht sedang jaya-jayanya di awal-awal peperangan, nama seperti Erwin Rommel, Heinz Guderian dan Erich von Manstein menjadi identik dengan kemenangan dan menjadi idola seluruh rakyat Jerman. Tapi ketika pasukan Hitler berbalik ditekan dimana-mana dari pertengahan sampai dengan akhir perang, maka nama Walter Model lah yang paling mencuat diantara semuanya! Saat Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, dia masih menjadi Kepala Staff IV. Armeekorps dengan pangkat Generalmajor. Kecemerlangannya dalam merancang strategi dan juga dalam memimpin pasukannya membuatnya naik pangkat menjadi dua tingkat hanya dalam waktu dua tahun! Saat pasukan Jerman kelabakan oleh serangan balik Soviet di musim dingin tahun 1941/42, Model ditunjuk oleh Hitler untuk memimpin front yang paling terancam di Rzhev, dimana di kiri, kanan dan depannya adalah musuh semua! Kegigihannya - ditambah dengan mental pantang menyerah - membuat wilayah yang dipimpinnya berubah menjadi "meat grinder" (penggiling daging) bagi setiap pasukan musuh yang berani menyerang. Jenderal Model membangun pertahanan berlapis yang luar biasa sulit untuk ditembus, sementara pasukan cadangan selalu siap sedia manakala satu wilayah Jerman diterobos oleh Rusia. Dalam kurun waktu 15 bulan saja (Januari 1942 s/d Maret 1943), perebutan wilayah Rzhev telah membuat Rusia menderita korban dua juta orang, serta tercatat sebagai kekalahan paling memalukan bagi jenderalnya yang paling brilian, Georgy Zhukov! Meskipun pada akhirnya pasukan Jerman harus mundur, tapi mereka melakukannya bukan karena kalah dalam pertempuran, melainkan karena sebagian unit-unitnya dipindahkan ke Selatan demi membantu 6. Armee yang kewalahan dalam Pertempuran Stalingrad. Rzhev telah membuat nama Model melambung tinggi, dan menbuatnya dijuluki sebagai "Löwe der Abwehr" (Singa Pertahanan). Ujian selanjutnya dari sang jenderal adalah saat dia harus mempertahankan wilayah Orel dari pasukan Rusia yang berkekuatan 5:1. Dibutuhkan tiga minggu pertempuran brutal, korban setengah juta manusia serta hancurnya 2.500 tank sebelum Tentara Merah akhirnya berhasil menguasai Orel, dan itupun bisa terjadi setelah Model, lagi-lagi, diperintahkan untuk menarik mundur pasukannya demi menyeimbangkan posisi dengan pasukan Jerman di front lain yang telah terlebih dahulu balik badan! Begitu dahsyatnya reputasi Model sehingga di akhir tahun 1943 tersebut dia dicopot dari jabatannya sebagai panglima pasukan garis depan, dan diperintahkan oleh Hitler untuk standby, siap untuk dikirim kembali ke front manakala situasi pertempuran telah kritis. Dengan kata lain, kini dia telah menjelma menjadi "Pemadam Kebakaran sang Führer", yang diharapkan dapat memadamkan setiap bencana terburuk yang terjadi! Kepercayaan Hitler tersebut tidak disia-siakannya, dan pada awal tahun 1944 dia mampu memindahkan secara utuh pasukan Jerman di utara Uni Soviet - yang terdesak berat - menuju ke garis pertahanan baru di Estonia, sebuah prestasi yang membuatnya mendapat kenaikan pangkat luar biasa menjadi Generalfeldmarschall. Tak cukup dengan itu, beberapa bulan kemudian dia ditunjuk untuk mempertahankan Ukraina dari Tentara Merah. Seperti sebelumnya, anakbuah Stalin harus merelakan 5.000 tank dan lebih dari satu juta tentara yang menjadi korban sebelum akhirnya mereka merebut Ukraina dari tangan Model! Baru saja menghela nafas, kembali Model ditunjuk oleh Hitler untuk menstabilkan wilayah tengah Front Timur yang acak-acakan setelah Operasi Bagration Soviet di musim panas tahun 1944. Meskipun harus menghadapi kekuatan yang berlipat-lipat ganda - 4:1 manusia, 11:1 tank, 10:1 artileri, dan 8:1 pesawat udara - untuk kesekian kalinya manusia satu ini mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, dan berhasil menunda kekalahan Jerman sampai berbulan-bulan kemudian. Hitler yang berhutang budi langsung mengganjar Model dengan medali tertinggi yang bisa dipersembahkan oleh Jerman: Brillanten, yang hanya dimiliki oleh 27 orang saja di seantero Wehrmacht! Tidak itu saja, dengan bangga sang pemimpin Jerman menyebut Model sebagai "Marsekalku yang terbaik"! Walter Model kemudian diungsikan ke Front Barat, untuk menghadang gerak maju Sekutu yang seakan tak tertahankan setelah pendaratan di Normandia beberapa bulan sebelumnya. Dengan kegigihan dan sikap pantang menyerah yang sama, dia berhasil menstabilkan front dan membuat pasukan gabungan Amerika, Inggris dan Prancis terhenti di perbatasan Jerman. Upaya Sekutu untuk menerobos pertahanan Wehrmacht berujung dengan kegagalan dalam Operasi Market Garden dan Pertempuran Hutan Hürtgen. Ini terbukti menjadi kemenangan terakhir Model, karena dalam dua kancah peperangan berikutnya - Pertempuran Bulge dan Kantong Ruhr - dia harus merelakan reputasinya ternodai. Kesimpulannya: bahkan seorang dewa perang seperti Model pun tak dapat lagi menolong kondisi pasukan Jerman yang sudah hancur-hancuran, yang pasukan terdepannya kini diisi oleh orang-orang yang terlalu tua atau terlalu muda! Di bulan April 1945, ketika dihadapkan pada pilihan untuk menyerah kepada musuhnya (Marsekal Montgomery), Model memilih untuk pergi ke hutan seorang diri, lalu menembak kepalanya dengan pistol yang dibawanya. Salah satu pahlawan terbesar Jerman dalam Perang Dunia II tersebut kini telah tiada, dan jenazahnya kemudian dikuburkan dalam satu liang lahat bersama dengan seorang prajurit biasa yang "kebetulan" terbunuh di hari yang sama. Sebagai penutup, saya bawakan ucapan yang umum dibawakan oleh prajurit Jerman di Front Timur pada saat itu: "Dimana ada Model, maka tak akan ada hal yang salah". Biografi singkatnya bisa dilihat DISINI
Foto yang luar biasa keren yang memperlihatkan Oberleutnant Musil dari Panzer-Pionier-Kompanie "Hermann Göring". Dia memakai Sonderbekleidung Der Deutschen Panzertruppen (Seragam Hitam Pasukan Lapis Baja Jerman) dengan schirmmütze (topi perwira) biru Luftwaffe. Perhatikan pula ärmelstreifen "General Göring" versi awal serta monokel yang menempel di matanya!
Generalleutnant Kurt Oppenländer (11 Februari 1892 – 17 Maret 1947)
General der Artillerie Herbert Osterkamp (7 Mei 1894 - 11 Agustus 1966)
Generalleutnant Rudolf Peschel (21 April 1894 - 30 Juni 1944)
Generalleutnant Alfred von Puttkamer
General der Artillerie Dr.phil. h.c. Friedrich von Rabenau (10 Oktober 1884 - 12 April 1945)
General der Infanterie Hermann Recknagel (18 Juli 1892 - 23 Januari 1945) adalah jenderal peraih Schwerter #104 (23 Oktober 1944) zum Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (5 Agustus 1940) mit Eichenlaub #319 (6 November 1943) yang nasibnya berakhir mengenaskan setelah ditembak oleh Partisan di antara Piotrków Trybunalski dan Tomaszów Mazowiecki, Polandia
Generalfeldmarschall Walther von Reichenau (Oberbefehlshaber 6. Armee) dalam sebuah foto studio yang diambil pada tanggal 13 November 1941. Disini kita bisa melihat dengan jelas monokel (kacamata tunggal) yang tertempel di mata kanannya. Benda satu ini menjadi salah satu ciri khas jenderal-jenderal Jerman dalam Perang Dunia I dan II (terutama yang berasal dari Prusia). Selain Reichenau, perwira-perwira tinggi Wehrmacht lain yang mengenakannya diantaranya adalah Hans Krebs, Werner Freiherr von Fritsch, Walter Model, Dietrich von Saucken, Dietrich von Choltitz, Hugo Sperrle, dan "saudara kembar" Reichenau, Georg Stumme (saking miripnya tampang mereka berdua!)
Generalleutnant Rudolf Reichert (24 November 1893 – 10 Maret 1967)
Generalleutnant Carl Rodenburg (17 Mei 1894 - 5 November 1992) adalah jenderal Jerman yang menjadi komandan 76. Infanterie-Division dalam Pertempuran Stalingrad. Dia kemudian ditawan oleh Soviet tanggal 31 Januari 1943 dan baru dilepaskan tahun 1955. Sang jenderal peraih Ritterkreuz (8 Oktober 1942) dan Eichenlaub (31 Januari 1943) ini meninggal dunia tahun 1992 dalam usia 98 tahun!
Oberst Carl Seber dalam sebuah foto yang diambil di Helsinki, Finlandia, pada tanggal 28 Oktober 1941. Seber (19 Januari 1883 - 12 November 1945) ditugaskan ke Finlandia oleh petinggi Luftstreitkräfte (Satuan Udara Kekaisaran Jerman) pada tahun 1918 untuk membantu pendirian Angkatan Udara negara Skandinavia tersebut. Meskipun tugasnya telah selesai, orang Jerman satu ini memutuskan untuk tetap tinggal di Finlandia dan menjadi petani biasa. Di akhir tahun 1934 dia baru kembali ke Jerman dan aktif kembali di kemiliteran dengan bergabung ke Luftwaffe yang baru didirikan. Karena spesialisasinya adalah Finlandia, Seber kembali ditugaskan ke negara tersebut, dan kali ini dengan menjadi komandan garnisun lokal Jerman di Helsinki yang hanya berkekuatan sekitar 300 orang (meskipun dengan pangkat Kolonel yang disandangnya, seharusnya Seber membawahi minimal 1000-5000 orang!). Carl Seber pensiun dari kemiliteran pada bulan Januari 1945. Seusai perang dia ditangkap oleh pasukan Soviet dan dijatuhi hukuman mati beberapa bulan kemudian karena dituduh "nyambi" menjadi perwira Abwehr (dinas intelijen Jerman) selama masa tugasnya di Finlandia. Ironisnya, vonis ini baru dianulir pada tahun 1999 oleh Pengadilan Tinggi Rusia dan nama Seber direhabilitasi, meskipun sang perwira sendiri telah lama dieksekusi di bulan November 1945!
Generalfeldmarschall Hugo Sperrle
Generalleutnant Herbert Stimmel (30 Juni 1886 - 16 Juli 1946)
General der Panzertruppe Georg Stumme. Sebelum menjadi jenderal pasukan panzer dia sempat menjadi jenderal pasukan kavaleri (General der Kavallerie). Jenderal ini terbunuh dalam pertempuran di padang pasir El-Alamein bulan Oktober tahun 1942
Generalmajor Max Sümmermann (9 Juni 1890 - 10 Desember 1941)
Generalleutnant Wilhelm Süßmann dari Fallschirmjäger yang terbunuh dalam pertempuran di pulau Kreta tanggal 20 Mei 1941
Generalmajor Adolf Voigt (28 Juli 1889 - 1 Januari 1982)
General der Artillerie Helmuth Weidling (2 November 1891 – 17 November 1955) dikenal sebagai komandan terakhir Verteidigungsbereichs Berlin (Wilayah Pertahanan Berlin) dalam Pertempuran Berlin tahun 1945. Di awal kampanye di Polandia tahun 1939 Weidling berpangkat Oberst dan Kommandeur Artillerie-Regiment 56. Dia menapaki jalur promosi dengan cepat seiring dengan kemenangan yang diraihnya dalam berbagai medan pertempuran, dan pada tanggal 20 Oktober 1943 sudah menjadi General der Artillerie. Pada tanggal 10 April 1945 dia dipindahkan dari jabatannya dan menjadi Führerreserve, juga terancam dihukum mati oleh Hitler karena adanya kesalahpahaman yang serius mengenai kinerjanya. Untungnya tanggal 23 April hukumannya dibatalkan dan malah dia ditunjuk sebagai komandan pertahanan Jerman di Berlin dalam melawan Tentara Merah yang seakan tak tertahankan. Bukannya senang, Weidling malah menjawab kepada si pembawa pesan: "Lebih baik bagiku untuk mati dieksekusi!". Tapi jiwa prajuritnya yang pantang menolak perintah akhirnya membawanya untuk menyetujui penempatannya yang terbaru. Pada awalnya dia mencanangkan untuk bertempur sampai hari penghabisan, meskipun dia merasa marah melihat digunakannya para anggota Hitlerjugend yang masih muda untuk ikut bertempur (beberapa di antaranya bahkan baru berusia 12 tahun!). Di bawah komandonya, pasukan Jerman bertahan mati-matian melawan musuh yang berkekuatan jauh lebih kuat, dan baru pada tanggal 2 Mei 1945 menyerah, itupun setelah mengetahui Hitler telah tewas dan tidak ada lagi harapan untuk terus bertempur. Sang jenderal yang demen memakai monokel ini meninggal tahun 1955 dalam tahanan Rusia. BTW, dalam foto di atas (yang diambil tak lama setelah penganugerahan Eichenlaub #408 tanggal 2 Februari 1944), di bawah Eisernes Kreuz I.Klasse, dia mengenakan Erinnerungsabzeichen für die Besatzung der Luftschiffeyang didapatnya dalam Perang Dunia Pertama saat masih menjadi Oberleutnant dan komandan balon Zeppelin LZ113. Baris medalinya, dari kiri ke kanan: 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse, Ritterkreuz des Königlichen Hausordens von Hohenzollern mit Schwertern, Österreichisches Militärverdienstkreuz III. Klasse mit der Kriegsdekoration, Ehrenkreuz für Frontkämpfer, Wehrmacht-Dienstauszeichnung I.Klasse, Wehrmacht-Dienstauszeichnung III.Klasse, Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938. Medali terakhir rada sulit, tapi kemungkinan adalah Braunschweig Kriegsverdienstkreuz. Ada yang punya pendapat berbeda?
Generalleutnant Otto Will (25 Juli 1891 - 29 September 1963)
-------------------------------------------------------------
MONOKEL DI MATA KIRI
Generalmajor Edgar Arndt (1 Juli 1892 - 24 Agustus 1944)
Oberstleutnant Hans-Dieter von Basse 16 Juni 1916 - 16 April 1945) bergabung dengan Infanterie-Regiment 47 tanggal 20 Oktober 1936. Setelah menjadi instruktur di Kriegschule Dresden, dia dipindahkan ke Infanterie-Regiment 51 dimana dia bertugas sebagai Zugführer (Komandan Peleton). Bersama dengan unitnya Basse ikut serta dalam invasi Jerman ke Prancis tahun 1940. Pada tanggal 22 Januari 1943 dia menjadi Kompaniechef (Komandan Kompi) di Füsilier-Regiment "Großdeutschland". Setelah dipromosikan menjadi Major tanggal 20 Februari 1944, Basse dipercaya untuk menjadi Komandan Batalyon SPW di resimennya. Dalam pertempuran sengit melawan pasukan Soviet di Vilkaviškis (Latvia) tanggal 12 Agustus 1944, Basse bersama dengan batalyonnya mati-matian mempertahankan sebuah jembatan vital dari serbuan bergelombang musuh yang berusaha menerobos pertahanan Jerman. Sang Bataillonskommandeur menyadari peran penting jembatan tersebut karena bila Tentara Merah berhasil menembus pertahanannya maka wilayah antara Heeresgruppe Nord dan Heeresgruppe Mitte yang kosong akan "terbelah dua" sehingga mengancam eksistensi Wehrmacht di Front Timur secara keseluruhan. Begitu dahsyatnya pertempuran yang terjadi di bibir jembatan sehingga setelah serangan bertubi-tubi Soviet mentok di tangan anakbuah Basse yang tidak bergeming, Komandan Resimen Horst Niemack dengan bangga menjuluki Batalyon Basse sebagai "Löwen-Bataillon" (Batalyon Singa) dan merekomendasikan komandannya untuk dianugerahi Ritterkreuz. Rekomendasi tersebut diterima dan Basse secara resmi dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 10 September 1944 sebagai Major dan Kommandeur I.Bataillon / Panzer-Füsilier-Regiment "Großdeutschland" / Panzergrenadier-Division "Großdeutschland" / XXXIX.Panzerkorps / 3.Panzerarmee / Heeresgruppe Mitte, bersama dengan Unteroffizier Hans Roeger dari 1. Kompanie. Pada tanggal 20 Desember 1944 Basse diangkat sebagai Führer Panzerkorps-Füsilier-Regiments "Großdeutschland", dilanjutkan dengan penunjukan sebagai Kommandeur Panzertruppenschule Bergen und Regimentsführer-Lehrgang. Jabatan yang terakhir tidak sempat dipegangnya karena situasi front pertempuran yang memburuk membuat Basse terus berkomitmen di medan perang. Sang perwira berdedikasi ini dinyatakan musnah bersama dengan seluruh anakbuahnya dalam pertempuran penghabisan di Bahnhof Godnicken (Samland) tanggal 16 April 1945. Jenazahnya ditemukan dengan luka tembak di kepala! Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Ärmelband Großdeutschland; Eisernes Kreuz II.Klasse (17 Juni 1940); Infanterie-Sturmabzeichen in Silber (4 Desember 1940); Eisernes Kreuz I.Klasse (18 Juli 1941); Medaille Winterschlacht im Osten (23 Juli 1942); Nahkampfspange in Silber; serta Deutsches Kreuz in Gold (12 Maret 1944)
Generalmajor Hans-Joachim Baurmeister (28 Oktober 1898 - 12 Februari 1950)
General der Panzertruppe Hans Cramer (13 Juli 1896 - 28 Oktober 1968) adalah veteran Perang Dunia Pertama yang kemudian melanjutkan karir militer di Reichswehr dan Wehrmacht. Pada saat Perang Dunia II pecah, dia telah menjadi seorang Oberstleutnant dan komandan batalyon. Pada akhir tahun 1940 Cramer mendapatkan pelatihan tambahan untuk menjadi seorang komandan resimen panzer. Dia kemudian ditempatkan di 15. Panzer-Division dan menjadi Komandan Panzer-Regiment 8. Atas keberhasilannya sebagai Regimentskommandeur dalam tugasnya di Afrika Utara, Cramer dianugerahi medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 27 Juni 1941 serta Deutsches Kreuz in Gold pada tanggal 5 Maret 1942. Setelah sempat mencicipi posisi perwira staff di periode 1942-1943, Cramer dipercaya sebagai Komandan Afrikakorps pada bulan Maret 1943. Hanya berselang dua bulan kemudian dia - dan ratusan ribu pasukan Axis lainnya di Afrika Utara - dipaksa untuk menyerahkan diri pada pasukan Sekutu. Cramer sempat ditawan di Inggris, sebelum dikembalikan ke Jerman pada bulan Mei 1944 dalam program pertukaran tawanan yang disponsori oleh Palang Merah Internasional. Meskipun dia masih sempat menjalani tugas aktif di lapangan, peristiwa kudeta gagal tanggal 20 Juli 1944 membuat Cramer dicurigai oleh Gestapo (karena statusnya sebagai mantan tawanan perang). Pada tanggal 26 Juli 1944 dia dipenjarakan, dan pada bulan September 1944 diberhentikan secara tidak hormat dari Wehrmacht. Cramer sendiri selamat sampai akhir perang, dan baru meninggal pada tahun 1968. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Schaumburg-Lippisches Kreuz für treue Dienste (1914); 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse; Fürstlich Lippisches Kriegsehrenkreuz für Heldenmütige Tat; Fürstlich Lippisches Kriegsverdienstkreuz; Verwundetenabzeichen 1918 (1 Juni 1919); Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914-1918; Wehrmacht-Dienstauszeichnung IV. bis I. Klasse (10 Agustus 1939); 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (19 September 1939) und I.Klasse (3 Oktober 1939); Panzerkampfabzeichen in Silber (4 Oktober 1941); Komturkreuz des Kolonialordens Stern von Italien (7 Mei 1942); serta Ärmelband “Afrika”
Oberst Dr.-Ing Albrecht Adolf Heinrich Peter Czimatis (18 April 1897 - 22 Desember 1984) adalah perwira artileri dari Prusia yang pertama kali bertugas di Altmärkisches Feldartillerie-Regiment Nr. 40 tanggal 24 Maret 1915. Dia tetap berada di Reichsheer diantara dua perang dunia. Pada tahun 1932 Czimatis lulus dari kuliahnya dengan gelar Doktor Teknik. Dia dianugerahi Deutsches Kreuz in Gold tanggal 2 Juli 1942 sebagai Kommandeur Artillerie-Regiment 83 / 100.Jäger-Division / XXXX.Armeekorps / 6.Armee / Heeresgruppe Süd. Pada akhir Pertempuran Stalingrad (5 Januari 1943) dia diperintahkan untuk mengambil alih komando 305. Infanterie-Division dari Oberst im Generalstab Bernhard Steinmetz yang terluka, dan keesokan harinya mendapat "limpahan" sisa-sisa prajurit dari 79. Infanterie-Division! Setelah ditawan oleh Tentara Merah, Czimatis menjadi anggota Nationalkomitee Freies Deutschland, organisasi anti-Nazi yang dibentuk oleh para tawanan Jerman di Rusia. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (12 Agustus 1916); 1914 Eisernes Kreuz I.Klasse (26 September 1918); Baden Order of the Zähringer Löwen; 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse
Generalleutnant der Luftwaffe Gotthard Frantz (5 Mei 1888 - 21 Januari 1973)
Generaloberst Werner Freiherr von Fritsch, mantan Kepala Staff Angkatan Darat Jerman yang disingkirkan oleh skandal homoseksualitas
General der Flieger Ulrich Kessler (3 November 1894 – 27 Maret 1983)
Generalmajor Hermann Kruse (16 September 1887 - 13 September 1962)
Generalmajor z.V. Georg von Niebecker (5 November 1877 - 25 Agustus 1947)
Generalmajor Friedrich-Wilhelm Otte (22 September 1898 – 8 Mei 1944)
Generalleutnant Otto-Ernst Ottenbacher (18 November 1888 – 7 Januari 1975)
General der Panzertruppe Dietrich von Saucken (16 Mei 1892 - 27 September 1980) adalah jenderal pasukan panzer Jerman dalam Perang Dunia II, salah satu dari hanya 27 orang di seantero Wehrmacht / SS yang dianugerahi penghargaan super bergengsi: Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub, Schwerter und Brillanten (keriting dah tuh lidah!). Dia adalah tipikal perwira Prusia totok, baik penampilan maupun kepribadiannya. Monokel (kacamata tunggal) tidak pernah lepas dari mata kirinya, pedang di pinggangnya, dan penampilannya yang kaku pun seakan menegaskan dari mana dia berasal. Meskipun begitu, Saucken pada awalnya justru mempunyai cita-cita menjadi seniman, tapi kemudian dia memilih untuk mendaftar di Angkatan Darat Prusia pada tahun 1910 tak lama setelah lulus SMA. Dia ikut bertempur dalam Perang Dunia Pertama (1914-1918), begitu juga dalam kekacauan yang terjadi sesudahnya, dimana Saucken bergabung dengan unit Freikorps lokal demi membendung pemberontakan kaum Komunis Jerman. Pada tahun 1921 dia ditarik menjadi anggota Reichswehr (Angkatan Bersenjata Republik Weimar), dan menjadi ahli dalam bahasa Rusia setelah ditugaskan ke Uni Soviet pada tahun 1927. Pada saat Perang Dunia II pecah (1 September 1939), Saucken sudah menjadi Komandan Resimen Kavaleri dengan pangkat Oberst. Dia ikut ambil bagian dalam kampanye militer Jerman di Prancis, Balkan dan Rusia. Dalam kancah Pertempuran Moskow di akhir tahun 1941, Saucken diangkat sebagai Komandan 4. Panzer-Division. Dia memimpin unit barunya dengan begitu semriwing, sehingga diganjar dengan medali Ritterkreuz (6 Januari 1942) beserta turunannya, Eichenlaub (22 Agustus 1943) dan Schwerter (30 Januari 1944). Satu lagi yang terakhir, Brillanten, dia dapatkan pada tanggal 8 Mei 1945 saat perang baru saja berakhir di Eropa. Meskipun notabene seorang pahlawan Jerman, Saucken tidak pernah menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap "braune Bande" (gerombolan coklat) alias orang-orang Nazi. Ketika dia diperintahkan oleh Hitler untuk mengambil-alih komando 2. Armee pada bulan Maret 1945, dia datang ke markas sang Führer dengan "tangan kirinya secara santuy diselonjorkan di pedang kavaleri yang selalu dibawanya, sementara monokel terpasang di salah satu matanya". Von Saucken lalu memberi hormat tradisional tentara dan membungkuk sedikit. Tak terbayangkan, karena ini adalah tiga "pelanggaran berat" sekaligus: Dia sama sekali tidak memberikan salam Nazi dengan mengangkat tangannya dan meneriakkan 'Heil Hitler' (seperti yang tertera dalam peraturan resmi semenjak 20 Juli 1944), dia tidak menyerahkan senjatanya untuk disimpan saat masuk... dan dia tetap memakai monokelnya tanpa terganggu saat memberi salam pada Hitler! Ketika diberitahu oleh Hitler bahwa dia akan berada di bawah perintah dari Albert Forster yang merupakan Gauleiter (Gubernur Nazi) di Danzig, Saucken "langsung memandang Hitler di matanya... dan menghentakkan kedua tangannya dengan keras di meja marmer tempat menyimpan peta, dia menjawab 'Aku tak akan pernah menempatkan diriku, Herr Hitler, di bawah perintah dari seorang Gauleiter'. Dengan melakukan ini Saucken telah jelas-jelas menentang perintah langsung dari Hitler dan, lebih-lebih lagi, tidak memanggil pemimpin Jerman yang ditakuti itu dengan sebutan Mein Führer! Yang lebih mengejutkan lagi bagi semua yang hadir disitu, Hitler tampak pasrah pada kehendak jenderalnya yang keras kepala tapi berotak brilian ini, tidak murka seperti biasanya, dan dengan tenang membalas, "baik Saucken, pegang komando untuk dirimu sendiri". Hitler dan Saucken berpisah tanpa berjabat tangan, dan si jenderal Prusia itu meninggalkan ruangan dengan sedikit saja menggerakkan badannya ke bawah untuk membungkuk tanda hormat! Ingat beibeh, ini bukan berarti bahwa pribadinya bertipe pemberontak dan semangat tempurnya telah menurun sehingga dia tampak sangat tidak menghormati pemimpinnya sendiri. Ini adalah hasil keteguhan seorang didikan staf jenderal Prusia sejati yang memegang teguh sumpah keprajuritan. Bolehlah dia kurang hormat sama Hitler, tapi perintah Hitler diturutinya sampai akhir. Bukankah dia baru menyerah satu hari setelah semua pasukan Jerman lain menurunkan senjatanya? Bukankah dia telah mendarmabaktikan seluruh tenaga dan pikirannya untuk negaranya, sehingga anaknyapun telah menjadi "tumbal" dari perjuangannya? Bukankah semua penghargaan dan medali yang telah diraihnya menjadi pertanda dari kedahsyatannya di medan pertempuran? Tentunya Hitler tidak akan memilih Saucken kalau tahu jenderalnya ini memang selembek perkedel dan bukannya "mutu manikam" yang tak tergoyahkan badai sedahsyat apapun! Kekerasan hatinya ini tampak ketika di hari-hari akhir Perang Dunia II, saat Karl Dönitz (pengganti Hitler sebagai pemimpin Jerman) mengirimkan sebuah pesawat demi mengevakuasi jenderalnya yang berharga ini agar terhindar dari tangkapan Rusia. Lalu apa reaksi Saucken? Bukannya berterimakasih dan buru-buru naik pesawat, dia malah menolak mentah-mentah tawaran Dönitz dan lebih memilih masuk penjara Rusia yang terkenal brutal bersama dengan pasukan yang sangat dicintainya! Soviet pun tidak mampu menundukkan keteguhannya dalam bersikap. Ketika dia disuruh untuk menandatangani sebuah surat pernyataan palsu, Saucken menolak dengan keras sehingga akibatnya dia harus menerima vonis palu hakim kerja paksa selama 20 tahun, dimasukkan dalam sel terpisah, dan mendapat siksaan begitu berat sehingga harus menggunakan kursi roda di sisa akhir hidupnya! Biografi singkatnya bisa dilihat DISINI
General der Infanterie Friedrich-August Schack (27 Maret 1892 – 24 Juli 1968)
Generalleutnant Otto Will (25 Juli 1891 - 29 September 1963)
-------------------------------------------------------------
MONOKEL TIDAK DIPAKAI
General der Infanterie Paul Laux (11 November 1887 - 2 September 1944)
Sumber :Generalmajor Carl Anders (31 Agustus 1893 - 28 Januari 1972) pertama kali masuk Angkatan Darat Kekaisaran Jerman tanggal 1 April 1912. Dalam kancah Perang Dunia Pertama dia terluka parah di bagian kepala yang mengakibatkan kehilangan penglihatan di mata kirinya. Karenanya dia digolongkan sebagai "garnisonsdienstfähig Heimat" (lebih cocok untuk tugas garnisun di tanah kelahiran). Anders rupanya sudah kadung "jatuh cinta" pada hingar bingar front pertempuran sehingga dia meminta untuk ditempatkan kembali di lapangan, dan permintaannya dipenuhi! Akibat dari Peranjian versailles seusai perang, Anders diberhentikan dari dinas aktif tanggal 10 September 1919 meskipun dia masih menerima dana pensiun bulanan dan "Recht zum Tragen der Regimentsuniform" (hak untuk mengenakan seragam resimen). Setelah kemiliterannya diaktifkan kembali tak lama sesudah Hitler naik ke tampuk kekuasaan, dia mulai menapaki jenjang karir dengan menempati berbagai posisi, dari komandan kompi, batalyon, resimen sampai divisi. Dalam apa yang dinamakan sebagai "Hube-Kessel" atau "Wandernen Kessel", 254. Infanterie-Division, dimana Anders bergabung sebagai komandan resimen, bertugas sebagai penjaga garis belakang pasukan utama Jerman dan menjadi unit terakhir yang meloloskan diri dari pengepungan Soviet. Anders menunjukkan kesigapannya dalam memimpin pasukannya untuk bertahan dari serangan musuh yang berkali lipat sekaligus mundur dengan teratur. Dia dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 4 Mei 1944 sebagai Oberst dan Kommandeur Grenadier-Regiment 484 / 254.Infanterie-Division / XXXXVI.Panzerkorps / 1.Panzerarmee / Heeresgruppe Nordukraine. Di akhir perang dia menjabat sebagai komandan 88. Infanterie-Division. Dia dan divisinya menyerah ke tangan pasukan Rusia tanggal 31 Januari 1945 dan baru dibebaskan tanggal 28 Oktober 1955. Medali dan penghargaan lain yang diraihnya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse dan I.Klasse; 1914 Verwundetenabzeichen in Silber (27 Mei 1917); Ehrenkreuz für Frontkämpfer; Wehrmacht-Dienstauszeichnung IV Klasse (2 Oktober 1936); Kriegs-Erinnerungs-Medaille mit Schwertern (Austria); Kriegs-Erinnerungs-Medaille mit Schwertern (Hungaria); Wehrmacht Dienstauszeichnung III Klasse (21 April 1938); 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (25 Oktober 1939) dan I.Klasse (26 Oktober 1939); Medaille Winterschlacht im Osten 1941/1942; serta Deutsches Kreuz in Gold #70/1 (14 Februari 1942)
Generalleutnant Günther Angern (5 Maret 1893 – 2 Februari 1943) masuk dinas militer tanggal 1 April 1911 dan telah berpangkat Oberleutnant di akhir Perang Dunia Pertama. Dia bertugas di berbagai unit kavaleri dalam masa antar-perang, serta menjadi Oberst dan Kommandeur 3. Schützen-Brigade saat Perang Dunia II pecah. Tanggal 4 Desember 1939 gantian 11. Schützen-Brigade yang merasakan kepemimpinannya, dan disnilah Angern mendapatkan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 7 Agustus 1940 sebagai Oberst dan Kommandeur 11.Schützen-Brigade / II.Armeekorps / 4.Armee / Heeresgruppe B setelah dia ikut berpartisipasi dalam terobosan pasukan Jerman di sekitar jembatan Anzien dan St. Datharine, sebelah utara Arras, tanggal 23 Mei 1940, juga penyeberangan di Bethune (St. Aubin) dan Dampierre tanggal 10 Juni 1940. Rekomendasinya masuk tanggal 18 Juli 1940, dikonfirmasi tanggal 26 Juli 1940, dan disetujui tanggal 5 Agustus 1940. Angern menjadi komandan 11. Panzer-Division tanggal 15 Agustus 1941, dan hanya berselang 9 hari kemudian terluka parah dalam pertempuran sehingga tampuk kepemimpinannya berganti lagi Hans-Karl Freiherr von Esebeck! Setelah sembuh dia menjadi komandan divisi panzer yang lain, 16. Panzer-Division, periode 25 September 1942 - 2 Februari 1943. Di tanggal yang terakhir inilah sang perwira berbakat memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di kantong Stalingrad saat 6. Armee menyerah pada Tentara Merah. Medali dan penghargaan lain yang diraihnya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse dan I.Klasse; Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918 (1934); Dienstauszeichnung der Wehrmacht I.Klasse 25 jahre (2 Oktober 1936); Magyar Érdemrend Középkereszt je (Hungaria, 26 Oktober 1938); 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (18 September 1939) dan I.Klasse (9 Oktober 1939); Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938; Medaille zur Erinnerung an die Heimkehr des Memellandes (1939); Panzerkampfabzeichen in Bronze; Voenen Orden "Za Hrabrost" III.Stepen 1.klas (Bulgaria); 1939 Verwundetenabzeichen in Silber; Anerkennungsurkunde des Oberbefehlshabers des Heeres (7 Juli 1941); Ehrenblattspange des Heeres und Waffen-SS (22 Juli 1941); serta Deutsches Kreuz in Gold (8 Maret 1942)
Oberst Andreas von Aulock (23 Maret 1893 – 23 Juni 1968) lahir dari keluarga bangsawan Silesia yang mempunyai sejarah militer panjang. Seperti banyak dari anggota keluarganya, dia memilih karir di kemiliteran dengan menjadi anggota 6. Thüringischen Infanterie-Regiment Nr. 95 tanggal 22 Maret 1912. Seperti sebagian besar perwira "tua" Wehrmacht lainnya, Aulock ikut bertempur dalam Perang Dunia Pertama dan cukup berprestasi dengan meraih dua kelas Eisernes Kreuzes. Dalam Perang Dunia II dia menjadi komandan resimen dari 79. Infanterie-Division dan memimpin pasukannya dalam Pertempuran Stalingrad yang super brutal. Unitnya hancur lebur di neraka Rusia tersebut, tapi untunglah Aulock ditarik keluar sebelum pasukan 6. Armee benar-benar menyerah. Setelah sempat menjadi Führerreserve, Aulock dipanggil bertugas kembali di unit lamanya yang dibentuk ulang setelah musnah di Stalingrad. Dia dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes #2294 tanggal 6 November 1943 sebagai Oberst dan Komandeur Grenadier-Regiment 226 / 79.Infanterie-Division / XXXXIV.Armee-Korps / 17.Armee / Heeresgruppe A setelah mematahkan serangan Rusia ke jembatan Kuban. Dia juga sempat menjadi pengganti sementara sebagai komandan 79. Infanterie-Division dari tanggal 19 s/d 22 Oktober 1943. Setelah mengikuti pelatihan lanjutan di Artillerieschule, Aulock ditransfer ke Front Barat untuk menjadi komandan Festung (Benteng) St. Malo yang dikepung oleh pasukan Amerika. Disini dia mengeluarkan ikrarnya yang terkenal: "Aku akan bertempur sampai orang terakhir, bahkan bila orang terakhir itu adalah aku sendiri!" dan ini dibuktikannya sendiri. Selama tiga minggu penuh pasukan Amerika membombardir benteng kuno di St. Malo yang telah dirubah menjadi perangkap mematikan oleh 12.000 orang pasukan Jerman yang bertahan. Berkali-kali serangan dilancarkan dan berkali-kali pula serangan tersebut gagal. Meskipun sedikit demi sedikit wilayah yang diduduki Jerman berpindah ke tangan musuh, Aulock tetap tidak menyerah. Meskipun warga lokal dan pendeta yang dihormati disana memohonnya untuk menyerah, Aulock tetap teguh dengan pendiriannya. Ketika akhirnya hubungan dengan markas besar Wehrmacht benar-benar terputus dan Amerika melancarkan serangan bom-bakar yang keji, barulah dia memutuskan untuk menyerahkan diri bersama dengan 400 orang dari anakbuahnya yang masih tersisa. Hitler tidak tutup mata, dan pada tanggal 16 Agustus 1944 (dua hari sebelum Aulock menyerah) dia dianugerahi Eichenlaub #551 sebagai Oberst dan Festungskommandant St. Malo / Oberbefehlshaber West. BTW, Aulock dipromosikan menjadi Oberst tanggal 16 Maret 1942 dan tiga tahun kemudian dia masih berpangkat sama, hal yang tidak biasa bagi perwira berprestasi dengan segambreng medali seperti dirinya! Ternyata ada kejadian menarik mengenai hal ini: dia mempunyai kakak bernama Hubertus von Aulock yang sama-sama berpangkat Oberst tapi kalah mentereng prestasinya dibandingkan dengan sang adik. Saat Aulock muda menerima Eichenlaub, dia sebenarnya sekaligus dipromosikan menjadi Generalmajor der Reserve, tapi karena sebuah kesalahan administrasi oleh Oberkommando der Wehrmacht, malah kakaknya yang mendapatkannya! Konyolnya lagi, kesalahan ini tetap berlanjut dan Andreas von Aulock harus pasrah menerima kenyataan bahwa dirinya tidak jadi naik pangkat! Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (9 September 1914) dan I.Klasse (23 Februari 1915); Preußische Ehrenkreuz III. Klasse mit Schwertern (28 Maret 1917); Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918; 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (27 November 1939) dan I.Klasse (21 Juni 1940); Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42 (1942); Kubanschild; serta Deutsches Kreuz in Gold #4/3 (27 Oktober 1941). Namanya juga disebutkan dalam berita Wehrmachtbericht edisi 18 Agustus 1944
Generalmajor Ludwig Bieringer (12 Agustus 1892–22 Januari 1975)
General der Infanterie Dietrich von Choltitz (9 November 1894 - 5 November 1966)
Generalmajor Ingo von Collani (24 September 1900 - 14 Desember 1969)
General der Flieger Kuno Heribert Fütterer (2 April 1894 - 24 Agustus 1963)
General der Infanterie z.V. Hermann Geyer dalam foto yang diambil di Front Timur tahun 1941/1942. Ketika Perang Dunia II pecah dia sebenarnya sudah pensiun tapi kemudian diaktifkan kembali (zur Verfügung). Ternyata dia menunjukkan prestasi yang mengesankan sehingga diganjar dengan Ritterkreuz tanggal 25 Juni 1940. Dia bunuh diri tanggal 10 April 1946. Perhatikan nomor "119" di schulterklappen-nya! Ini karena dia adalah "Erlaubnis zum Tragen der Uniform des IR 119" ketika dia pensiun di bulan April 1939
Eckhard von Geyso (pangkat terakhir Generalmajor) dianugerahi Deutsches Kreuz in Gold tanggal 18 Oktober 1941 sebagai Oberst dan Kommandeur Infanterie-Regiment 121. Selain itu, dia juga mendapat Anerkennungsurkunde des Oberbefehlshabers des Heeres pada tanggal 4 Oktober 1941. Penghargaan yang terakhir diberikan kepada para komandan korps, divisi, resimen atau batalyon yang memperlihatkan pemahaman yang baik akan hal-hal teknis di wilayah di belakang front
Generalleutnant Ernst Goettke (12 Oktober 1885 - 22 Oktober 1966)
Oberstleutnant im Generalstab Heinz-Günther Guderian, anak dari jenderal panzer terkenal Generaloberst Heinz Guderian
Oberst Heinz Heggenreiner dari unit Gebirgsjäger. Dalam foto dari tahun 1936 ini dia masih berpangkat sebagai Hauptmann di 1.Kompanie, 99. Gebirgsjäger Regiment, Garmisch-Partenkirchen
Generalleutnant Konrad-Oskar Heinrichs (5 Mei 1890 - 8 September 1944)
Oberst Harry Herrmann (27 Mei 1909 - 12 Maret 1995)
Generalmajor Rudolf Höfer (12 Maret 1892 - 11 Juni 1961)
Generalmajor Gerhard Jordan (1 Juni 1893 - 27 Maret 1964)
Generalleutnant Richard Koll adalah perwira dari 6. Panzer-Division yang kemudian menjadi Chef Kraftfahrzeug Instandsetzungswesens (Kepala Perbaikan Kendaraan Bermotor) bulan Juli 1943, lalu diikuti dengan mengikuti kursus pelatihan komandan divisi bulan November 1943. Bulan Januari 1944 dia mengambil alih komando 1.Panzer-Division dari Generalleutnant Walter Krüger yang pindah menangani LVIII.Panzerkorps. Ternyata Koll tidak menunjukkan hasil yang memuaskan saat memimpin divisinya dalam usaha pembebasan pasukan Jerman yang terperangkap di Kantong Cherkassy (Februari 1944). Akibatnya, atasannya General der Panzertruppe Hermann Breith mencopot Koll dari jabatannya dengan catatan yang kurang baik tanggal 21 Februari 1944. Sang jenderal berpengalaman lalu dikembalikan ke posisinya yang semula sebagai tukang reparasi di satuan yang kini berubah namanya menjadi Wehrmacht-Kraftfahrzeugwesens!
Generalleutnant Rudolf-Eduard Licht (11 Juni 1890 - 14 September 1978)
Oberst Enno-Erich von Limburg-Hetlingen (5 November 1893 - 26 Agustus 1977)
Generalleutnant Max Lindig (11 Juli 1887 - 26 April 1961)
Generalmajor Hubert Lütkenhaus (9 Juni 1891 - 18 Desember 1972)
Generalfeldmarschall Walter Model (24 Januari 1891 - 21 April 1945), tak diragukan lagi, adalah master peperangan defensif terbaik yang dimiliki oleh Jerman dalam Perang Dunia II (1939-1945). Saat Wehrmacht sedang jaya-jayanya di awal-awal peperangan, nama seperti Erwin Rommel, Heinz Guderian dan Erich von Manstein menjadi identik dengan kemenangan dan menjadi idola seluruh rakyat Jerman. Tapi ketika pasukan Hitler berbalik ditekan dimana-mana dari pertengahan sampai dengan akhir perang, maka nama Walter Model lah yang paling mencuat diantara semuanya! Saat Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, dia masih menjadi Kepala Staff IV. Armeekorps dengan pangkat Generalmajor. Kecemerlangannya dalam merancang strategi dan juga dalam memimpin pasukannya membuatnya naik pangkat menjadi dua tingkat hanya dalam waktu dua tahun! Saat pasukan Jerman kelabakan oleh serangan balik Soviet di musim dingin tahun 1941/42, Model ditunjuk oleh Hitler untuk memimpin front yang paling terancam di Rzhev, dimana di kiri, kanan dan depannya adalah musuh semua! Kegigihannya - ditambah dengan mental pantang menyerah - membuat wilayah yang dipimpinnya berubah menjadi "meat grinder" (penggiling daging) bagi setiap pasukan musuh yang berani menyerang. Jenderal Model membangun pertahanan berlapis yang luar biasa sulit untuk ditembus, sementara pasukan cadangan selalu siap sedia manakala satu wilayah Jerman diterobos oleh Rusia. Dalam kurun waktu 15 bulan saja (Januari 1942 s/d Maret 1943), perebutan wilayah Rzhev telah membuat Rusia menderita korban dua juta orang, serta tercatat sebagai kekalahan paling memalukan bagi jenderalnya yang paling brilian, Georgy Zhukov! Meskipun pada akhirnya pasukan Jerman harus mundur, tapi mereka melakukannya bukan karena kalah dalam pertempuran, melainkan karena sebagian unit-unitnya dipindahkan ke Selatan demi membantu 6. Armee yang kewalahan dalam Pertempuran Stalingrad. Rzhev telah membuat nama Model melambung tinggi, dan menbuatnya dijuluki sebagai "Löwe der Abwehr" (Singa Pertahanan). Ujian selanjutnya dari sang jenderal adalah saat dia harus mempertahankan wilayah Orel dari pasukan Rusia yang berkekuatan 5:1. Dibutuhkan tiga minggu pertempuran brutal, korban setengah juta manusia serta hancurnya 2.500 tank sebelum Tentara Merah akhirnya berhasil menguasai Orel, dan itupun bisa terjadi setelah Model, lagi-lagi, diperintahkan untuk menarik mundur pasukannya demi menyeimbangkan posisi dengan pasukan Jerman di front lain yang telah terlebih dahulu balik badan! Begitu dahsyatnya reputasi Model sehingga di akhir tahun 1943 tersebut dia dicopot dari jabatannya sebagai panglima pasukan garis depan, dan diperintahkan oleh Hitler untuk standby, siap untuk dikirim kembali ke front manakala situasi pertempuran telah kritis. Dengan kata lain, kini dia telah menjelma menjadi "Pemadam Kebakaran sang Führer", yang diharapkan dapat memadamkan setiap bencana terburuk yang terjadi! Kepercayaan Hitler tersebut tidak disia-siakannya, dan pada awal tahun 1944 dia mampu memindahkan secara utuh pasukan Jerman di utara Uni Soviet - yang terdesak berat - menuju ke garis pertahanan baru di Estonia, sebuah prestasi yang membuatnya mendapat kenaikan pangkat luar biasa menjadi Generalfeldmarschall. Tak cukup dengan itu, beberapa bulan kemudian dia ditunjuk untuk mempertahankan Ukraina dari Tentara Merah. Seperti sebelumnya, anakbuah Stalin harus merelakan 5.000 tank dan lebih dari satu juta tentara yang menjadi korban sebelum akhirnya mereka merebut Ukraina dari tangan Model! Baru saja menghela nafas, kembali Model ditunjuk oleh Hitler untuk menstabilkan wilayah tengah Front Timur yang acak-acakan setelah Operasi Bagration Soviet di musim panas tahun 1944. Meskipun harus menghadapi kekuatan yang berlipat-lipat ganda - 4:1 manusia, 11:1 tank, 10:1 artileri, dan 8:1 pesawat udara - untuk kesekian kalinya manusia satu ini mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, dan berhasil menunda kekalahan Jerman sampai berbulan-bulan kemudian. Hitler yang berhutang budi langsung mengganjar Model dengan medali tertinggi yang bisa dipersembahkan oleh Jerman: Brillanten, yang hanya dimiliki oleh 27 orang saja di seantero Wehrmacht! Tidak itu saja, dengan bangga sang pemimpin Jerman menyebut Model sebagai "Marsekalku yang terbaik"! Walter Model kemudian diungsikan ke Front Barat, untuk menghadang gerak maju Sekutu yang seakan tak tertahankan setelah pendaratan di Normandia beberapa bulan sebelumnya. Dengan kegigihan dan sikap pantang menyerah yang sama, dia berhasil menstabilkan front dan membuat pasukan gabungan Amerika, Inggris dan Prancis terhenti di perbatasan Jerman. Upaya Sekutu untuk menerobos pertahanan Wehrmacht berujung dengan kegagalan dalam Operasi Market Garden dan Pertempuran Hutan Hürtgen. Ini terbukti menjadi kemenangan terakhir Model, karena dalam dua kancah peperangan berikutnya - Pertempuran Bulge dan Kantong Ruhr - dia harus merelakan reputasinya ternodai. Kesimpulannya: bahkan seorang dewa perang seperti Model pun tak dapat lagi menolong kondisi pasukan Jerman yang sudah hancur-hancuran, yang pasukan terdepannya kini diisi oleh orang-orang yang terlalu tua atau terlalu muda! Di bulan April 1945, ketika dihadapkan pada pilihan untuk menyerah kepada musuhnya (Marsekal Montgomery), Model memilih untuk pergi ke hutan seorang diri, lalu menembak kepalanya dengan pistol yang dibawanya. Salah satu pahlawan terbesar Jerman dalam Perang Dunia II tersebut kini telah tiada, dan jenazahnya kemudian dikuburkan dalam satu liang lahat bersama dengan seorang prajurit biasa yang "kebetulan" terbunuh di hari yang sama. Sebagai penutup, saya bawakan ucapan yang umum dibawakan oleh prajurit Jerman di Front Timur pada saat itu: "Dimana ada Model, maka tak akan ada hal yang salah". Biografi singkatnya bisa dilihat DISINI
Foto yang luar biasa keren yang memperlihatkan Oberleutnant Musil dari Panzer-Pionier-Kompanie "Hermann Göring". Dia memakai Sonderbekleidung Der Deutschen Panzertruppen (Seragam Hitam Pasukan Lapis Baja Jerman) dengan schirmmütze (topi perwira) biru Luftwaffe. Perhatikan pula ärmelstreifen "General Göring" versi awal serta monokel yang menempel di matanya!
Generalleutnant Kurt Oppenländer (11 Februari 1892 – 17 Maret 1947)
General der Artillerie Herbert Osterkamp (7 Mei 1894 - 11 Agustus 1966)
Generalleutnant Rudolf Peschel (21 April 1894 - 30 Juni 1944)
Generalleutnant Alfred von Puttkamer
General der Artillerie Dr.phil. h.c. Friedrich von Rabenau (10 Oktober 1884 - 12 April 1945)
General der Infanterie Hermann Recknagel (18 Juli 1892 - 23 Januari 1945) adalah jenderal peraih Schwerter #104 (23 Oktober 1944) zum Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (5 Agustus 1940) mit Eichenlaub #319 (6 November 1943) yang nasibnya berakhir mengenaskan setelah ditembak oleh Partisan di antara Piotrków Trybunalski dan Tomaszów Mazowiecki, Polandia
Generalfeldmarschall Walther von Reichenau (Oberbefehlshaber 6. Armee) dalam sebuah foto studio yang diambil pada tanggal 13 November 1941. Disini kita bisa melihat dengan jelas monokel (kacamata tunggal) yang tertempel di mata kanannya. Benda satu ini menjadi salah satu ciri khas jenderal-jenderal Jerman dalam Perang Dunia I dan II (terutama yang berasal dari Prusia). Selain Reichenau, perwira-perwira tinggi Wehrmacht lain yang mengenakannya diantaranya adalah Hans Krebs, Werner Freiherr von Fritsch, Walter Model, Dietrich von Saucken, Dietrich von Choltitz, Hugo Sperrle, dan "saudara kembar" Reichenau, Georg Stumme (saking miripnya tampang mereka berdua!)
Generalleutnant Rudolf Reichert (24 November 1893 – 10 Maret 1967)
Generalleutnant Carl Rodenburg (17 Mei 1894 - 5 November 1992) adalah jenderal Jerman yang menjadi komandan 76. Infanterie-Division dalam Pertempuran Stalingrad. Dia kemudian ditawan oleh Soviet tanggal 31 Januari 1943 dan baru dilepaskan tahun 1955. Sang jenderal peraih Ritterkreuz (8 Oktober 1942) dan Eichenlaub (31 Januari 1943) ini meninggal dunia tahun 1992 dalam usia 98 tahun!
Oberst Carl Seber dalam sebuah foto yang diambil di Helsinki, Finlandia, pada tanggal 28 Oktober 1941. Seber (19 Januari 1883 - 12 November 1945) ditugaskan ke Finlandia oleh petinggi Luftstreitkräfte (Satuan Udara Kekaisaran Jerman) pada tahun 1918 untuk membantu pendirian Angkatan Udara negara Skandinavia tersebut. Meskipun tugasnya telah selesai, orang Jerman satu ini memutuskan untuk tetap tinggal di Finlandia dan menjadi petani biasa. Di akhir tahun 1934 dia baru kembali ke Jerman dan aktif kembali di kemiliteran dengan bergabung ke Luftwaffe yang baru didirikan. Karena spesialisasinya adalah Finlandia, Seber kembali ditugaskan ke negara tersebut, dan kali ini dengan menjadi komandan garnisun lokal Jerman di Helsinki yang hanya berkekuatan sekitar 300 orang (meskipun dengan pangkat Kolonel yang disandangnya, seharusnya Seber membawahi minimal 1000-5000 orang!). Carl Seber pensiun dari kemiliteran pada bulan Januari 1945. Seusai perang dia ditangkap oleh pasukan Soviet dan dijatuhi hukuman mati beberapa bulan kemudian karena dituduh "nyambi" menjadi perwira Abwehr (dinas intelijen Jerman) selama masa tugasnya di Finlandia. Ironisnya, vonis ini baru dianulir pada tahun 1999 oleh Pengadilan Tinggi Rusia dan nama Seber direhabilitasi, meskipun sang perwira sendiri telah lama dieksekusi di bulan November 1945!
Generalfeldmarschall Hugo Sperrle
Generalleutnant Herbert Stimmel (30 Juni 1886 - 16 Juli 1946)
General der Panzertruppe Georg Stumme. Sebelum menjadi jenderal pasukan panzer dia sempat menjadi jenderal pasukan kavaleri (General der Kavallerie). Jenderal ini terbunuh dalam pertempuran di padang pasir El-Alamein bulan Oktober tahun 1942
Generalmajor Max Sümmermann (9 Juni 1890 - 10 Desember 1941)
Generalleutnant Wilhelm Süßmann dari Fallschirmjäger yang terbunuh dalam pertempuran di pulau Kreta tanggal 20 Mei 1941
Generalmajor Adolf Voigt (28 Juli 1889 - 1 Januari 1982)
General der Artillerie Helmuth Weidling (2 November 1891 – 17 November 1955) dikenal sebagai komandan terakhir Verteidigungsbereichs Berlin (Wilayah Pertahanan Berlin) dalam Pertempuran Berlin tahun 1945. Di awal kampanye di Polandia tahun 1939 Weidling berpangkat Oberst dan Kommandeur Artillerie-Regiment 56. Dia menapaki jalur promosi dengan cepat seiring dengan kemenangan yang diraihnya dalam berbagai medan pertempuran, dan pada tanggal 20 Oktober 1943 sudah menjadi General der Artillerie. Pada tanggal 10 April 1945 dia dipindahkan dari jabatannya dan menjadi Führerreserve, juga terancam dihukum mati oleh Hitler karena adanya kesalahpahaman yang serius mengenai kinerjanya. Untungnya tanggal 23 April hukumannya dibatalkan dan malah dia ditunjuk sebagai komandan pertahanan Jerman di Berlin dalam melawan Tentara Merah yang seakan tak tertahankan. Bukannya senang, Weidling malah menjawab kepada si pembawa pesan: "Lebih baik bagiku untuk mati dieksekusi!". Tapi jiwa prajuritnya yang pantang menolak perintah akhirnya membawanya untuk menyetujui penempatannya yang terbaru. Pada awalnya dia mencanangkan untuk bertempur sampai hari penghabisan, meskipun dia merasa marah melihat digunakannya para anggota Hitlerjugend yang masih muda untuk ikut bertempur (beberapa di antaranya bahkan baru berusia 12 tahun!). Di bawah komandonya, pasukan Jerman bertahan mati-matian melawan musuh yang berkekuatan jauh lebih kuat, dan baru pada tanggal 2 Mei 1945 menyerah, itupun setelah mengetahui Hitler telah tewas dan tidak ada lagi harapan untuk terus bertempur. Sang jenderal yang demen memakai monokel ini meninggal tahun 1955 dalam tahanan Rusia. BTW, dalam foto di atas (yang diambil tak lama setelah penganugerahan Eichenlaub #408 tanggal 2 Februari 1944), di bawah Eisernes Kreuz I.Klasse, dia mengenakan Erinnerungsabzeichen für die Besatzung der Luftschiffeyang didapatnya dalam Perang Dunia Pertama saat masih menjadi Oberleutnant dan komandan balon Zeppelin LZ113. Baris medalinya, dari kiri ke kanan: 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse, Ritterkreuz des Königlichen Hausordens von Hohenzollern mit Schwertern, Österreichisches Militärverdienstkreuz III. Klasse mit der Kriegsdekoration, Ehrenkreuz für Frontkämpfer, Wehrmacht-Dienstauszeichnung I.Klasse, Wehrmacht-Dienstauszeichnung III.Klasse, Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938. Medali terakhir rada sulit, tapi kemungkinan adalah Braunschweig Kriegsverdienstkreuz. Ada yang punya pendapat berbeda?
Generalleutnant Otto Will (25 Juli 1891 - 29 September 1963)
-------------------------------------------------------------
MONOKEL DI MATA KIRI
Generalmajor Edgar Arndt (1 Juli 1892 - 24 Agustus 1944)
Oberstleutnant Hans-Dieter von Basse 16 Juni 1916 - 16 April 1945) bergabung dengan Infanterie-Regiment 47 tanggal 20 Oktober 1936. Setelah menjadi instruktur di Kriegschule Dresden, dia dipindahkan ke Infanterie-Regiment 51 dimana dia bertugas sebagai Zugführer (Komandan Peleton). Bersama dengan unitnya Basse ikut serta dalam invasi Jerman ke Prancis tahun 1940. Pada tanggal 22 Januari 1943 dia menjadi Kompaniechef (Komandan Kompi) di Füsilier-Regiment "Großdeutschland". Setelah dipromosikan menjadi Major tanggal 20 Februari 1944, Basse dipercaya untuk menjadi Komandan Batalyon SPW di resimennya. Dalam pertempuran sengit melawan pasukan Soviet di Vilkaviškis (Latvia) tanggal 12 Agustus 1944, Basse bersama dengan batalyonnya mati-matian mempertahankan sebuah jembatan vital dari serbuan bergelombang musuh yang berusaha menerobos pertahanan Jerman. Sang Bataillonskommandeur menyadari peran penting jembatan tersebut karena bila Tentara Merah berhasil menembus pertahanannya maka wilayah antara Heeresgruppe Nord dan Heeresgruppe Mitte yang kosong akan "terbelah dua" sehingga mengancam eksistensi Wehrmacht di Front Timur secara keseluruhan. Begitu dahsyatnya pertempuran yang terjadi di bibir jembatan sehingga setelah serangan bertubi-tubi Soviet mentok di tangan anakbuah Basse yang tidak bergeming, Komandan Resimen Horst Niemack dengan bangga menjuluki Batalyon Basse sebagai "Löwen-Bataillon" (Batalyon Singa) dan merekomendasikan komandannya untuk dianugerahi Ritterkreuz. Rekomendasi tersebut diterima dan Basse secara resmi dianugerahi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes tanggal 10 September 1944 sebagai Major dan Kommandeur I.Bataillon / Panzer-Füsilier-Regiment "Großdeutschland" / Panzergrenadier-Division "Großdeutschland" / XXXIX.Panzerkorps / 3.Panzerarmee / Heeresgruppe Mitte, bersama dengan Unteroffizier Hans Roeger dari 1. Kompanie. Pada tanggal 20 Desember 1944 Basse diangkat sebagai Führer Panzerkorps-Füsilier-Regiments "Großdeutschland", dilanjutkan dengan penunjukan sebagai Kommandeur Panzertruppenschule Bergen und Regimentsführer-Lehrgang. Jabatan yang terakhir tidak sempat dipegangnya karena situasi front pertempuran yang memburuk membuat Basse terus berkomitmen di medan perang. Sang perwira berdedikasi ini dinyatakan musnah bersama dengan seluruh anakbuahnya dalam pertempuran penghabisan di Bahnhof Godnicken (Samland) tanggal 16 April 1945. Jenazahnya ditemukan dengan luka tembak di kepala! Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Ärmelband Großdeutschland; Eisernes Kreuz II.Klasse (17 Juni 1940); Infanterie-Sturmabzeichen in Silber (4 Desember 1940); Eisernes Kreuz I.Klasse (18 Juli 1941); Medaille Winterschlacht im Osten (23 Juli 1942); Nahkampfspange in Silber; serta Deutsches Kreuz in Gold (12 Maret 1944)
Generalmajor Hans-Joachim Baurmeister (28 Oktober 1898 - 12 Februari 1950)
General der Panzertruppe Hans Cramer (13 Juli 1896 - 28 Oktober 1968) adalah veteran Perang Dunia Pertama yang kemudian melanjutkan karir militer di Reichswehr dan Wehrmacht. Pada saat Perang Dunia II pecah, dia telah menjadi seorang Oberstleutnant dan komandan batalyon. Pada akhir tahun 1940 Cramer mendapatkan pelatihan tambahan untuk menjadi seorang komandan resimen panzer. Dia kemudian ditempatkan di 15. Panzer-Division dan menjadi Komandan Panzer-Regiment 8. Atas keberhasilannya sebagai Regimentskommandeur dalam tugasnya di Afrika Utara, Cramer dianugerahi medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 27 Juni 1941 serta Deutsches Kreuz in Gold pada tanggal 5 Maret 1942. Setelah sempat mencicipi posisi perwira staff di periode 1942-1943, Cramer dipercaya sebagai Komandan Afrikakorps pada bulan Maret 1943. Hanya berselang dua bulan kemudian dia - dan ratusan ribu pasukan Axis lainnya di Afrika Utara - dipaksa untuk menyerahkan diri pada pasukan Sekutu. Cramer sempat ditawan di Inggris, sebelum dikembalikan ke Jerman pada bulan Mei 1944 dalam program pertukaran tawanan yang disponsori oleh Palang Merah Internasional. Meskipun dia masih sempat menjalani tugas aktif di lapangan, peristiwa kudeta gagal tanggal 20 Juli 1944 membuat Cramer dicurigai oleh Gestapo (karena statusnya sebagai mantan tawanan perang). Pada tanggal 26 Juli 1944 dia dipenjarakan, dan pada bulan September 1944 diberhentikan secara tidak hormat dari Wehrmacht. Cramer sendiri selamat sampai akhir perang, dan baru meninggal pada tahun 1968. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Schaumburg-Lippisches Kreuz für treue Dienste (1914); 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse; Fürstlich Lippisches Kriegsehrenkreuz für Heldenmütige Tat; Fürstlich Lippisches Kriegsverdienstkreuz; Verwundetenabzeichen 1918 (1 Juni 1919); Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914-1918; Wehrmacht-Dienstauszeichnung IV. bis I. Klasse (10 Agustus 1939); 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (19 September 1939) und I.Klasse (3 Oktober 1939); Panzerkampfabzeichen in Silber (4 Oktober 1941); Komturkreuz des Kolonialordens Stern von Italien (7 Mei 1942); serta Ärmelband “Afrika”
Oberst Dr.-Ing Albrecht Adolf Heinrich Peter Czimatis (18 April 1897 - 22 Desember 1984) adalah perwira artileri dari Prusia yang pertama kali bertugas di Altmärkisches Feldartillerie-Regiment Nr. 40 tanggal 24 Maret 1915. Dia tetap berada di Reichsheer diantara dua perang dunia. Pada tahun 1932 Czimatis lulus dari kuliahnya dengan gelar Doktor Teknik. Dia dianugerahi Deutsches Kreuz in Gold tanggal 2 Juli 1942 sebagai Kommandeur Artillerie-Regiment 83 / 100.Jäger-Division / XXXX.Armeekorps / 6.Armee / Heeresgruppe Süd. Pada akhir Pertempuran Stalingrad (5 Januari 1943) dia diperintahkan untuk mengambil alih komando 305. Infanterie-Division dari Oberst im Generalstab Bernhard Steinmetz yang terluka, dan keesokan harinya mendapat "limpahan" sisa-sisa prajurit dari 79. Infanterie-Division! Setelah ditawan oleh Tentara Merah, Czimatis menjadi anggota Nationalkomitee Freies Deutschland, organisasi anti-Nazi yang dibentuk oleh para tawanan Jerman di Rusia. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (12 Agustus 1916); 1914 Eisernes Kreuz I.Klasse (26 September 1918); Baden Order of the Zähringer Löwen; 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse
Generalleutnant der Luftwaffe Gotthard Frantz (5 Mei 1888 - 21 Januari 1973)
Generaloberst Werner Freiherr von Fritsch, mantan Kepala Staff Angkatan Darat Jerman yang disingkirkan oleh skandal homoseksualitas
General der Flieger Ulrich Kessler (3 November 1894 – 27 Maret 1983)
Generalmajor Hermann Kruse (16 September 1887 - 13 September 1962)
Generalmajor z.V. Georg von Niebecker (5 November 1877 - 25 Agustus 1947)
Generalmajor Friedrich-Wilhelm Otte (22 September 1898 – 8 Mei 1944)
Generalleutnant Otto-Ernst Ottenbacher (18 November 1888 – 7 Januari 1975)
General der Panzertruppe Dietrich von Saucken (16 Mei 1892 - 27 September 1980) adalah jenderal pasukan panzer Jerman dalam Perang Dunia II, salah satu dari hanya 27 orang di seantero Wehrmacht / SS yang dianugerahi penghargaan super bergengsi: Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes mit Eichenlaub, Schwerter und Brillanten (keriting dah tuh lidah!). Dia adalah tipikal perwira Prusia totok, baik penampilan maupun kepribadiannya. Monokel (kacamata tunggal) tidak pernah lepas dari mata kirinya, pedang di pinggangnya, dan penampilannya yang kaku pun seakan menegaskan dari mana dia berasal. Meskipun begitu, Saucken pada awalnya justru mempunyai cita-cita menjadi seniman, tapi kemudian dia memilih untuk mendaftar di Angkatan Darat Prusia pada tahun 1910 tak lama setelah lulus SMA. Dia ikut bertempur dalam Perang Dunia Pertama (1914-1918), begitu juga dalam kekacauan yang terjadi sesudahnya, dimana Saucken bergabung dengan unit Freikorps lokal demi membendung pemberontakan kaum Komunis Jerman. Pada tahun 1921 dia ditarik menjadi anggota Reichswehr (Angkatan Bersenjata Republik Weimar), dan menjadi ahli dalam bahasa Rusia setelah ditugaskan ke Uni Soviet pada tahun 1927. Pada saat Perang Dunia II pecah (1 September 1939), Saucken sudah menjadi Komandan Resimen Kavaleri dengan pangkat Oberst. Dia ikut ambil bagian dalam kampanye militer Jerman di Prancis, Balkan dan Rusia. Dalam kancah Pertempuran Moskow di akhir tahun 1941, Saucken diangkat sebagai Komandan 4. Panzer-Division. Dia memimpin unit barunya dengan begitu semriwing, sehingga diganjar dengan medali Ritterkreuz (6 Januari 1942) beserta turunannya, Eichenlaub (22 Agustus 1943) dan Schwerter (30 Januari 1944). Satu lagi yang terakhir, Brillanten, dia dapatkan pada tanggal 8 Mei 1945 saat perang baru saja berakhir di Eropa. Meskipun notabene seorang pahlawan Jerman, Saucken tidak pernah menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap "braune Bande" (gerombolan coklat) alias orang-orang Nazi. Ketika dia diperintahkan oleh Hitler untuk mengambil-alih komando 2. Armee pada bulan Maret 1945, dia datang ke markas sang Führer dengan "tangan kirinya secara santuy diselonjorkan di pedang kavaleri yang selalu dibawanya, sementara monokel terpasang di salah satu matanya". Von Saucken lalu memberi hormat tradisional tentara dan membungkuk sedikit. Tak terbayangkan, karena ini adalah tiga "pelanggaran berat" sekaligus: Dia sama sekali tidak memberikan salam Nazi dengan mengangkat tangannya dan meneriakkan 'Heil Hitler' (seperti yang tertera dalam peraturan resmi semenjak 20 Juli 1944), dia tidak menyerahkan senjatanya untuk disimpan saat masuk... dan dia tetap memakai monokelnya tanpa terganggu saat memberi salam pada Hitler! Ketika diberitahu oleh Hitler bahwa dia akan berada di bawah perintah dari Albert Forster yang merupakan Gauleiter (Gubernur Nazi) di Danzig, Saucken "langsung memandang Hitler di matanya... dan menghentakkan kedua tangannya dengan keras di meja marmer tempat menyimpan peta, dia menjawab 'Aku tak akan pernah menempatkan diriku, Herr Hitler, di bawah perintah dari seorang Gauleiter'. Dengan melakukan ini Saucken telah jelas-jelas menentang perintah langsung dari Hitler dan, lebih-lebih lagi, tidak memanggil pemimpin Jerman yang ditakuti itu dengan sebutan Mein Führer! Yang lebih mengejutkan lagi bagi semua yang hadir disitu, Hitler tampak pasrah pada kehendak jenderalnya yang keras kepala tapi berotak brilian ini, tidak murka seperti biasanya, dan dengan tenang membalas, "baik Saucken, pegang komando untuk dirimu sendiri". Hitler dan Saucken berpisah tanpa berjabat tangan, dan si jenderal Prusia itu meninggalkan ruangan dengan sedikit saja menggerakkan badannya ke bawah untuk membungkuk tanda hormat! Ingat beibeh, ini bukan berarti bahwa pribadinya bertipe pemberontak dan semangat tempurnya telah menurun sehingga dia tampak sangat tidak menghormati pemimpinnya sendiri. Ini adalah hasil keteguhan seorang didikan staf jenderal Prusia sejati yang memegang teguh sumpah keprajuritan. Bolehlah dia kurang hormat sama Hitler, tapi perintah Hitler diturutinya sampai akhir. Bukankah dia baru menyerah satu hari setelah semua pasukan Jerman lain menurunkan senjatanya? Bukankah dia telah mendarmabaktikan seluruh tenaga dan pikirannya untuk negaranya, sehingga anaknyapun telah menjadi "tumbal" dari perjuangannya? Bukankah semua penghargaan dan medali yang telah diraihnya menjadi pertanda dari kedahsyatannya di medan pertempuran? Tentunya Hitler tidak akan memilih Saucken kalau tahu jenderalnya ini memang selembek perkedel dan bukannya "mutu manikam" yang tak tergoyahkan badai sedahsyat apapun! Kekerasan hatinya ini tampak ketika di hari-hari akhir Perang Dunia II, saat Karl Dönitz (pengganti Hitler sebagai pemimpin Jerman) mengirimkan sebuah pesawat demi mengevakuasi jenderalnya yang berharga ini agar terhindar dari tangkapan Rusia. Lalu apa reaksi Saucken? Bukannya berterimakasih dan buru-buru naik pesawat, dia malah menolak mentah-mentah tawaran Dönitz dan lebih memilih masuk penjara Rusia yang terkenal brutal bersama dengan pasukan yang sangat dicintainya! Soviet pun tidak mampu menundukkan keteguhannya dalam bersikap. Ketika dia disuruh untuk menandatangani sebuah surat pernyataan palsu, Saucken menolak dengan keras sehingga akibatnya dia harus menerima vonis palu hakim kerja paksa selama 20 tahun, dimasukkan dalam sel terpisah, dan mendapat siksaan begitu berat sehingga harus menggunakan kursi roda di sisa akhir hidupnya! Biografi singkatnya bisa dilihat DISINI
General der Infanterie Friedrich-August Schack (27 Maret 1892 – 24 Juli 1968)
Generalleutnant Otto Will (25 Juli 1891 - 29 September 1963)
-------------------------------------------------------------
MONOKEL TIDAK DIPAKAI
General der Infanterie Paul Laux (11 November 1887 - 2 September 1944)
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
Foto koleksi NARA Archives Amerika Serikat
Foto koleksi pribadi Harry von Gebhardt
www.atlantikwall.superforum.fr
www.audiovis.nac.gov.pl
www.commons.wikimedia.org
www.flickr.com
www.forosegundaguerra.com
www.forum.axishistory.com
www.ritterkreuztraeger-1939-45.de
www.sotasampo.fi
www.thirdreichcolorpictures.blogspot.com
www.wehrmacht-awards.com
No comments:
Post a Comment