MAKAN AYAM
Prajurit Wehrmacht dari 6. Armee menikmati makan siang dengan goreng ayam yang lezat di Stalingrad, musim panas 1942. Sedikit yang menduga nasib apa yang akan menimpa mereka hanya beberapa bulan kemudian!
-----------------------------------------------------------------------
MAKAN KACANG POLONG
Dua orang prajurit DAK (Deutsches Afrikakorps) terlihat sedang memakan ransum mereka di medan perang Afrika Utara. Masalah jatah makanan seperti ini harus lah mendapat penanganan yang serius dari seksi suplai dan perbekalan Wehrmacht, karena tidak hanya berkaitan dengan sekedar memindahkan makanan Eropa lalu memakannya di tempat tropis. Iklim yang panas akan membuat sebagian besar "kudapan bule" tersebut menjadi cepat basi, sehingga makanan-makanan semacam kentang dan roti terpaksa harus digantikan dengan roti hitam terbungkus karton serta kacang polong dan makanan kaleng lainnya. Beras juga sebenarnya ikut dibagikan sebagai jatah, meskipun makanan utamanya tetap lah roti Kommisbrot Jerman ataupun Maisbrot Italia yang dilapisi oleh minyak zaitun sebagai pengganti mentega (karena yang disebut terakhir ini akan cepat memuai di tengah panas yang menyengat). Pada prakteknya, kombinasi roti dan zaitun kurang disukai oleh pasukan Jerman maupun Italia karena rasanya yang dianggap "aneh". Jatah minyak zaitun tentara Axis biasanya dibungkus dalam kaleng produksi Italia bertuliskan AM, yang merupakan singkatan dari "Administrazione Militare" (Administrasi Militer). Bagi prajurit-prajurit Jerman, singkatan tersebut sering diartikan secara bercanda sebagai "Alte Mann" (Orang Tua), sementara rekan seperjuangan mereka dari Italia secara bisik-bisik menyebutnya sebagai "Asinus Mussolini" (Pantat Mussolini) karena rasa hambar dan baunya yang tengik, sementara sebagian lainnya - lebih sadis lagi - menamainya sebagai "Arabio Morte" (Mayat Orang Arab)! Kaleng-kaleng makanan hasil rampasan dari Inggris yang berisi daging kornet, roti putih, selai, biskuit dan buah kalengan dianggap sebagai sebuah makanan mewah karena begitu sulit untuk mendapatkannya, dan merupakan sebuah tambahan yang didamba-dambakan oleh prajurit-prajurit Afrikakorps di luar jatah ransum mereka yang monoton. Konyolnya, tentara-tentara Inggris sendiri menganggap bahwa ransum mereka kurang menarik dan lebih menyukai jatah makanan milik musuh mereka Jerman! Di luar dari makanan kaleng, terkadang pasukan Jerman menikmati daging segar yang berasal dari sembelihan kambing atau babi. Jenis makanan satu ini terbilang sulit didapatkan karena persediaannya yang terbatas dan, yang lebih penting lagi, menyimpannya tak bisa lama-lama. Dari semuanya, komoditas paling penting di wilayah gurun pasir tentunya adalah air. Karena sangat vital dalam menyambung kehidupan dan membuat kendaraan perang tetap bergerak, maka sangat penting untuk membawanya kemanapun dalam jumlah yang memadai. Untuk mengakomodasinya, maka tentara Jerman menggunakan kontainer khusus yang dijuluki orang-orang Inggris sebagai "Jerrycan" (Kaleng Jerman), dan yang kemudian menyebar penggunaannya di Indonesia dengan nama yang hampir sama: "jerigen". Satu jerigen rata-rata mampu menampung 17 liter air, bahan bakar atau oli, dan penampung versi Jerman dianggap lebih baik kualitasnya dibandingkan kaleng minyak Inggris yang rentan bocor. Untuk membedakan apakah jerigen tersebut diisi air atau minyak, maka pasukan Afrikakorps secara khusus menandai kaleng air mereka dengan "X" putih besar. Tanda ini sekaligus membuat tentara-tentara Hitler tidak salah saat harus menuang air atau minyak ke jerigen kosong yang tersedia, karena apabila terjadi kesalahan semacam itu maka airnya pun akan terbuang karena tak dapat diminum (sebuah pelajaran berharga yang baru ditemukan oleh pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Kongo pada tahun 1960-an!)
-----------------------------------------------------------------------
MAKAN MANISAN
Foto hasil jepretan Kriegsberichter Fritz Moosmüller dari Propaganda-Kompanie "Afrika" ini memperlihatkan Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") yang sedang menyantap buah kalengan sambil berdiri di atas Sd.Kfz. 250/3 leichter Funkpanzerwagen Ausf.A "Greif" (Grifon) plat nomor WH 37036, yang dilengkapi dengan MG 34 (Maschinengewehr 34). Laras senapan mesin tersebut telah ditutupi dengan kain tebal untuk mencegahnya dimasuki oleh debu dan kotoran. Di sebelah Rommel - yang kini wajahnya telah menjadi coklat akibat terpapar oleh debu dan sinar matahari - adalah Oberst Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Panzerarmee "Afrika"). Sang Kepala Staff terlihat sedang sama-sama sibuk melahap kaleng berisi buah persik... yang beberapa waktu sebelumnya telah dirampas dari stok ransum milik pasukan Inggris dan Australia yang mempertahankan wilayah Tobruk! Foto ini sendiri diambil pada tanggal 19-20 Juni 1942, pada saat jatuhnya kota pantai Libya yang strategis tersebut ke tangan Jerman. BTW, dalam peperangan di Afrika Utara, tentara-tentara Afrikakorps Jerman biasa menggunakan kendaraan, perlengkapan, amunisi serta makanan hasil rampasan dari musuh. Di latar belakang kita bisa melihat mobil pengintai lapis baja Humber buatan Inggris (kiri), sementara lebih belakang lagi adalah truk CMP Chevrolet atau Ford model awal buatan Kanada
Seorang perwira Jerman di reruntuhan kota Saarbrücken, ibukota Saarland, awal musim panas tahun 1945. Foto ini diambil di Schillerplatz dengan puing-puing Staatstheater di latar belakang. Caption asli dari AP (Associated Press) berbunyi: "Perwira Nazi ini memakan jatah makanannya serta sekaleng C-Ration (Ransum C) di reruntuhan Saarbrücken. Hari dimana kita menjemur cucian kita di Siegfried Line, adalah hari dimana Seventh Army bertemu dengan Third Army di barat Kaiserslautern". Schirmmütze dan sculterklappen-nya mengindikasikan bahwa dia adalah anggota Feuerschutzpolizei (Polisi Pemadam Kebakaran)
------------------------------------------------------------------------
MAKAN PASTA KONSENTRAT
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi ini memperlihatkan dua orang perwira Luftwaffe yang sedang asyik mencicipi Kaffee Konserve (konsentrat kopi) yang berbentuk pasta, agar membuat mereka tetap terjaga dalam tugas-tugas penerbangan berat ke wilayah musuh. Kaffee Konserve seperti ini dibuat dengan menggunakan tiga bahan: kopi, susu dan gula, dengan kadar 150 kalori per tabung. Penggunaannya bisa disantap secara langsung ataupun dicampur dengan air. Di tabungnya tertera saran penggunaan: "Zum gebrauch bei ermüdungserscheinungen" (digunakan saat mulai terlihat tanda-tanda kelelahan). Pilot-pilot Luftwaffe sendiri sangat menyukai konsentrat kopi seperti ini, dan sering mengkonsumsinya walaupun tidak sedang bertugas. Untuk identifikasi orang dalam foto ini, di sebelah kiri adalah Oberleutnant Johannes Brandenburg (Staffelführer 2.Staffel / I.Gruppe / Sturzkampfgeschwader 2 "Immelmann"), seorang Ritterkreuzträger (peraih Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes) yang mendapatkan medalinya pada tanggal 18 September 1940 setelah skuadron pimpinannya menghancurkan 8 kapal laut Sekutu dalam operasi anti-pelayaran di Samudera Atlantik. Sayangnya, dia tidak sempat merasakan berakhirnya perang, karena keburu gugur dalam sebuah misi pengeboman di selatan Dobrovo, Uni Soviet, pada tanggal 18 Februari 1942. Pada saat itu pangkatnya telah naik satu tingkat menjadi Hauptmann (Kapten)
-----------------------------------------------------------------------
MAKAN ROTI
Para prajurit dari 260. Infanterie-Division menikmati makanan di sela-sela istirahat singkat. Foto ini merupakan koleksi pribadi Stephan Nowak dan berasal dari album foto milik kakeknya yang bernama Heribert Gihr, seorang prajurit yang bertugas di 1.Kompanie / Nachrichten-Abteilung 260 / 260.Infanterie-Division
Oberleutnant Friedrich "Fritz" Schneider adalah perwira veteran dari Panzer-Regiment 35 / 4.Panzer-Division yang telah melewati begitu banyak pertempuran di berbagai front yang dilakoni oleh resimennya, utamanya di Front Timur. Berdasarkan keterangan dari rekan-rekan satu unitnya, dia adalah prajurit paling "rakus" di kompi pertama yang selalu dalam keadaan lapar, bahkan saat bertempur! Dia memulai karirnya dari 1.Kompanie, dan mengakhiri perang sebagai komandan 8.Kompanie. Setidaknya sampai bulan Maret 2014 sang perwira panzer veteran masih hidup dan sehat wal-afiat di usianya yang ke-93 tahun!
Prajurit Heer makan roti (ya iya lah, masak makan lotek?)
------------------------------------------------------------------------
MAKAN SUP
Prajurit Wehrmacht dari 6. Armee menikmati makan siang dengan goreng ayam yang lezat di Stalingrad, musim panas 1942. Sedikit yang menduga nasib apa yang akan menimpa mereka hanya beberapa bulan kemudian!
-----------------------------------------------------------------------
MAKAN KACANG POLONG
Dua orang prajurit DAK (Deutsches Afrikakorps) terlihat sedang memakan ransum mereka di medan perang Afrika Utara. Masalah jatah makanan seperti ini harus lah mendapat penanganan yang serius dari seksi suplai dan perbekalan Wehrmacht, karena tidak hanya berkaitan dengan sekedar memindahkan makanan Eropa lalu memakannya di tempat tropis. Iklim yang panas akan membuat sebagian besar "kudapan bule" tersebut menjadi cepat basi, sehingga makanan-makanan semacam kentang dan roti terpaksa harus digantikan dengan roti hitam terbungkus karton serta kacang polong dan makanan kaleng lainnya. Beras juga sebenarnya ikut dibagikan sebagai jatah, meskipun makanan utamanya tetap lah roti Kommisbrot Jerman ataupun Maisbrot Italia yang dilapisi oleh minyak zaitun sebagai pengganti mentega (karena yang disebut terakhir ini akan cepat memuai di tengah panas yang menyengat). Pada prakteknya, kombinasi roti dan zaitun kurang disukai oleh pasukan Jerman maupun Italia karena rasanya yang dianggap "aneh". Jatah minyak zaitun tentara Axis biasanya dibungkus dalam kaleng produksi Italia bertuliskan AM, yang merupakan singkatan dari "Administrazione Militare" (Administrasi Militer). Bagi prajurit-prajurit Jerman, singkatan tersebut sering diartikan secara bercanda sebagai "Alte Mann" (Orang Tua), sementara rekan seperjuangan mereka dari Italia secara bisik-bisik menyebutnya sebagai "Asinus Mussolini" (Pantat Mussolini) karena rasa hambar dan baunya yang tengik, sementara sebagian lainnya - lebih sadis lagi - menamainya sebagai "Arabio Morte" (Mayat Orang Arab)! Kaleng-kaleng makanan hasil rampasan dari Inggris yang berisi daging kornet, roti putih, selai, biskuit dan buah kalengan dianggap sebagai sebuah makanan mewah karena begitu sulit untuk mendapatkannya, dan merupakan sebuah tambahan yang didamba-dambakan oleh prajurit-prajurit Afrikakorps di luar jatah ransum mereka yang monoton. Konyolnya, tentara-tentara Inggris sendiri menganggap bahwa ransum mereka kurang menarik dan lebih menyukai jatah makanan milik musuh mereka Jerman! Di luar dari makanan kaleng, terkadang pasukan Jerman menikmati daging segar yang berasal dari sembelihan kambing atau babi. Jenis makanan satu ini terbilang sulit didapatkan karena persediaannya yang terbatas dan, yang lebih penting lagi, menyimpannya tak bisa lama-lama. Dari semuanya, komoditas paling penting di wilayah gurun pasir tentunya adalah air. Karena sangat vital dalam menyambung kehidupan dan membuat kendaraan perang tetap bergerak, maka sangat penting untuk membawanya kemanapun dalam jumlah yang memadai. Untuk mengakomodasinya, maka tentara Jerman menggunakan kontainer khusus yang dijuluki orang-orang Inggris sebagai "Jerrycan" (Kaleng Jerman), dan yang kemudian menyebar penggunaannya di Indonesia dengan nama yang hampir sama: "jerigen". Satu jerigen rata-rata mampu menampung 17 liter air, bahan bakar atau oli, dan penampung versi Jerman dianggap lebih baik kualitasnya dibandingkan kaleng minyak Inggris yang rentan bocor. Untuk membedakan apakah jerigen tersebut diisi air atau minyak, maka pasukan Afrikakorps secara khusus menandai kaleng air mereka dengan "X" putih besar. Tanda ini sekaligus membuat tentara-tentara Hitler tidak salah saat harus menuang air atau minyak ke jerigen kosong yang tersedia, karena apabila terjadi kesalahan semacam itu maka airnya pun akan terbuang karena tak dapat diminum (sebuah pelajaran berharga yang baru ditemukan oleh pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Kongo pada tahun 1960-an!)
-----------------------------------------------------------------------
MAKAN MANISAN
Foto hasil jepretan Kriegsberichter Fritz Moosmüller dari Propaganda-Kompanie "Afrika" ini memperlihatkan Generaloberst Erwin Rommel (Oberbefehlshaber Panzerarmee "Afrika") yang sedang menyantap buah kalengan sambil berdiri di atas Sd.Kfz. 250/3 leichter Funkpanzerwagen Ausf.A "Greif" (Grifon) plat nomor WH 37036, yang dilengkapi dengan MG 34 (Maschinengewehr 34). Laras senapan mesin tersebut telah ditutupi dengan kain tebal untuk mencegahnya dimasuki oleh debu dan kotoran. Di sebelah Rommel - yang kini wajahnya telah menjadi coklat akibat terpapar oleh debu dan sinar matahari - adalah Oberst Fritz Bayerlein (Chef des Generalstabes Panzerarmee "Afrika"). Sang Kepala Staff terlihat sedang sama-sama sibuk melahap kaleng berisi buah persik... yang beberapa waktu sebelumnya telah dirampas dari stok ransum milik pasukan Inggris dan Australia yang mempertahankan wilayah Tobruk! Foto ini sendiri diambil pada tanggal 19-20 Juni 1942, pada saat jatuhnya kota pantai Libya yang strategis tersebut ke tangan Jerman. BTW, dalam peperangan di Afrika Utara, tentara-tentara Afrikakorps Jerman biasa menggunakan kendaraan, perlengkapan, amunisi serta makanan hasil rampasan dari musuh. Di latar belakang kita bisa melihat mobil pengintai lapis baja Humber buatan Inggris (kiri), sementara lebih belakang lagi adalah truk CMP Chevrolet atau Ford model awal buatan Kanada
Seorang perwira Jerman di reruntuhan kota Saarbrücken, ibukota Saarland, awal musim panas tahun 1945. Foto ini diambil di Schillerplatz dengan puing-puing Staatstheater di latar belakang. Caption asli dari AP (Associated Press) berbunyi: "Perwira Nazi ini memakan jatah makanannya serta sekaleng C-Ration (Ransum C) di reruntuhan Saarbrücken. Hari dimana kita menjemur cucian kita di Siegfried Line, adalah hari dimana Seventh Army bertemu dengan Third Army di barat Kaiserslautern". Schirmmütze dan sculterklappen-nya mengindikasikan bahwa dia adalah anggota Feuerschutzpolizei (Polisi Pemadam Kebakaran)
------------------------------------------------------------------------
MAKAN PASTA KONSENTRAT
Foto koleksi pribadi Akira Takiguchi ini memperlihatkan dua orang perwira Luftwaffe yang sedang asyik mencicipi Kaffee Konserve (konsentrat kopi) yang berbentuk pasta, agar membuat mereka tetap terjaga dalam tugas-tugas penerbangan berat ke wilayah musuh. Kaffee Konserve seperti ini dibuat dengan menggunakan tiga bahan: kopi, susu dan gula, dengan kadar 150 kalori per tabung. Penggunaannya bisa disantap secara langsung ataupun dicampur dengan air. Di tabungnya tertera saran penggunaan: "Zum gebrauch bei ermüdungserscheinungen" (digunakan saat mulai terlihat tanda-tanda kelelahan). Pilot-pilot Luftwaffe sendiri sangat menyukai konsentrat kopi seperti ini, dan sering mengkonsumsinya walaupun tidak sedang bertugas. Untuk identifikasi orang dalam foto ini, di sebelah kiri adalah Oberleutnant Johannes Brandenburg (Staffelführer 2.Staffel / I.Gruppe / Sturzkampfgeschwader 2 "Immelmann"), seorang Ritterkreuzträger (peraih Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes) yang mendapatkan medalinya pada tanggal 18 September 1940 setelah skuadron pimpinannya menghancurkan 8 kapal laut Sekutu dalam operasi anti-pelayaran di Samudera Atlantik. Sayangnya, dia tidak sempat merasakan berakhirnya perang, karena keburu gugur dalam sebuah misi pengeboman di selatan Dobrovo, Uni Soviet, pada tanggal 18 Februari 1942. Pada saat itu pangkatnya telah naik satu tingkat menjadi Hauptmann (Kapten)
-----------------------------------------------------------------------
MAKAN ROTI
Para prajurit dari 260. Infanterie-Division menikmati makanan di sela-sela istirahat singkat. Foto ini merupakan koleksi pribadi Stephan Nowak dan berasal dari album foto milik kakeknya yang bernama Heribert Gihr, seorang prajurit yang bertugas di 1.Kompanie / Nachrichten-Abteilung 260 / 260.Infanterie-Division
Oberleutnant Friedrich "Fritz" Schneider adalah perwira veteran dari Panzer-Regiment 35 / 4.Panzer-Division yang telah melewati begitu banyak pertempuran di berbagai front yang dilakoni oleh resimennya, utamanya di Front Timur. Berdasarkan keterangan dari rekan-rekan satu unitnya, dia adalah prajurit paling "rakus" di kompi pertama yang selalu dalam keadaan lapar, bahkan saat bertempur! Dia memulai karirnya dari 1.Kompanie, dan mengakhiri perang sebagai komandan 8.Kompanie. Setidaknya sampai bulan Maret 2014 sang perwira panzer veteran masih hidup dan sehat wal-afiat di usianya yang ke-93 tahun!
Prajurit Heer makan roti (ya iya lah, masak makan lotek?)
Feldgendarmerie Fallschirmjäger di Normandia tahun 1944
Hauptmann Gebirgsjäger sedang memakan jatah ransumnya
Hauptmann Gebirgsjäger sedang memakan jatah ransumnya
------------------------------------------------------------------------
MAKAN SUP
Para pilot pemburu terkemuka Luftwaffe menikmati sup hangat yang nikmat di sela-sela acara berburu yang diorganisasi oleh Reichsmarschall Hermann Göring dan diadakan di tempat berburu pribadinya di Reichsjägerhof Rominten, tanggal 8 Januari 1941. Dari kiri ke kanan: Hauptmann Gerhard Schöpfel (Gruppenkommandeur III.Gruppe / Jagdgeschwader 26 "Schlageter"), Oberstleutnant Karl Viek (Kommandeur Jagdfliegerschule 4), Oberstleutnant Adolf Galland (Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 26 "Schlageter"), Oberstleutnant Günther Freiherr von Maltzahn (Geschwaderkommodore Jagdgeschwader 53 "Pik-As"), dan Oberleutnant Kurt Ebersberger (Staffelkapitän 4.Staffel / II.Gruppe / Jagdgeschwader 26 "Schlageter")
Memasak makanan panas di tengah salju dan musim dingin yang ganas
Perwira Heer berpangkat Heer mencoba makanan dari sebuah gulaschkanone
------------------------------------------------------------------------
MAKAN TELUR
Kalau yang ini kebalikannya: menggoreng telur di tengah padang pasir Afrika. Uniknya, mereka melakukannya tanpa menggunakan api, melainkan hanya bermodalkan seng panas dan sinar terik matahari!
--------------------------------------------------------------------------------
Sumber :Perwira Heer berpangkat Heer mencoba makanan dari sebuah gulaschkanone
------------------------------------------------------------------------
MAKAN TELUR
Kalau yang ini kebalikannya: menggoreng telur di tengah padang pasir Afrika. Uniknya, mereka melakukannya tanpa menggunakan api, melainkan hanya bermodalkan seng panas dan sinar terik matahari!
--------------------------------------------------------------------------------
Buku "German Fighter Ace Hans-Joachim Marseille: The Life Story of the Star of Africa" karya Franz Kurowski
Buku "Luftwaffe at War: Luftwaffe Aces of the Western Front" karya Robert Michulec
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman
Buku "Luftwaffe at War: Luftwaffe Aces of the Western Front" karya Robert Michulec
Foto koleksi pribadi Bill C. (12thPanzer)
Foto koleksi pribadi Hans-Jürgen Zeis
Foto koleksi pribadi William "Bill" Petz
www.deutsches-afrikakorps.blogspot.com
www.en.wikipedia.org
www.forum-der-wehrmacht.de
www.fritz-schneider.blogspot.com
www.histomil.com
www.humus.livejorunal.com
www.wehrmacht-awards.com
www.wehrmachtss.blogspot.com
www.ww2incolor.com
No comments:
Post a Comment