Para Partisan yang terluka dari 7.Banija brigade dalam Pertempuran Neretva
Film tentang Pertempuran Neretva keluaran tahun 1969 berjudul "Battle of Neretva" (di Yugoslavia diedarkan dengan judul "Bitka na Neretvi"). Film ini merupakan kerjasama antara Hollywood dengan pemerintah Yugoslavia dan tercatat dalam sejarah sebagai film Yugoslavia dengan bujet termahal! Dibintangi oleh aktor-aktor terkenal masa itu seperti Yul Brynner, Hardy Kruger, Curt Jürgens, Franco Nero dan Orson Welles
Jembatan yang melintasi sungai Neretva (yang menjadi salah satu pusat pertempuran) ini telah dibangun dan dua kali dihancurkan selama berlangsungnya pertempuran. Kini kondisinya dibiarkan seperti itu sebagai monumen dari pertempuran dahsyat yang pernah terjadi di tempat tersebut
Film tentang Pertempuran Neretva keluaran tahun 1969 berjudul "Battle of Neretva" (di Yugoslavia diedarkan dengan judul "Bitka na Neretvi"). Film ini merupakan kerjasama antara Hollywood dengan pemerintah Yugoslavia dan tercatat dalam sejarah sebagai film Yugoslavia dengan bujet termahal! Dibintangi oleh aktor-aktor terkenal masa itu seperti Yul Brynner, Hardy Kruger, Curt Jürgens, Franco Nero dan Orson Welles
Jembatan yang melintasi sungai Neretva (yang menjadi salah satu pusat pertempuran) ini telah dibangun dan dua kali dihancurkan selama berlangsungnya pertempuran. Kini kondisinya dibiarkan seperti itu sebagai monumen dari pertempuran dahsyat yang pernah terjadi di tempat tersebut
Oleh : Alif Rafik Khan
Pertempuran Neretva (dikenal dengan nama Bitka na Neretvi oleh orang-orang Kroasia, Serbia, Bosnia dan Slovenia), dengan kode nama Fall Weiss, adalah rencana strategis Jerman untuk serangan serentak yang dilakukan bersama oleh kekuatan Poros di awal tahun 1943 demi menghancurkan kekuatan kaum Partisan Yugoslavia pimpinan Josip (Iosif) Broz Tito. Nama untuk ofensif ini diambil dari nama sungai yang menjadi salah satu ajang pertempuran kedua belah pihak.
Operasi ini dikenal juga dengan nama ‘Ofensif Anti-Partisan Keempat’, sementara di sumber-sumber ex-Yugoslavia dikenal dengan nama ‘Ofensif Musuh Keempat’ (Kroasia, Serbia, Bosnia: Četvrta neprijateljska ofenziva/ofanziva. Slovenia: četrta sovražnikova ofenziva) atau Pertempuran Orang-Orang Terluka (Bitka za ranjenike).
Tujuan Jerman adalah untuk menghancurkan pusat komando gerakan Partisan, yaitu Komite Pusat Partai Komunis Yugoslavia, juga rumah sakit utama Partisan. Pihak Poros mengerahkan sembilan divisi (enam Jerman dan tiga Italia), ditambah dengan dua divisi Kroasia dan beberapa formasi Chetnik dan Ustasha. Diperkirakan 150.000 orang tentara Poros berperan serta melawan kekuatan Partisan yang jauh lebih kecil.
Operasi ini melalui tiga tahap:
Weiss I dimulai tanggal 20 Januari 1943 dengan serangan terhadap wilayah-wilayah yang dikuasai Partisan di barat Bosnia dan beberapa bagian Kroasia tengah.
Weiss II menyusul tanggal 25 Februari, dengan pertempuran sengit di barat dan barat-daya Bosnia yang membuat Partisan mundur ke arah tenggara sampai mencapai sungai Neretva.
Weiss III diluncurkan bulan Maret, dan berpusat di sekitar wilayah Herzegovina utara. Kekuatan Partisan yang menjadi sasarannya berhasil melarikan diri dengan menerobos kepungan pasukan Poros dan kabur ke arah utara Montenegro. Karenanya, tahap ketiga ini tidak seluruhnya terselesaikan.
Selama berlangsungnya pertempuran, pihak Partisan terjebak dalam kantong pengepungan dengan punggung mereka menghadap sungai Neretva. Di wilayah mereka, di arah Barat, adalah pasukan lengkap Jerman yang ditambah dengan beberapa unit elite yang mendapat dukungan penuh brigade-brigade panzer. Sementara di arah berlawanan (wilayah timur) hanya dijaga oleh beberapa formasi Chetnik, yang bertindak melalui koordinasi dengan pihak Jerman. Kedua wilayah ini dipisahkan oleh sebuah jembatan tunggal. Bila kaum Partisan dapat melewati jembatan ini, maka dapat dikatakan mereka telah aman. Hanya saja, mereka hanya mempunyai sedikit waktu untuk melakukannya karena pihak Poros telah bersiap-siap untuk mengerahkan serangan penghabisan. Untuk menghadapi situasi “skak-mat” strategis ini, panglima Partisan, Marsekal Josip Broz Tito, mempersiapkan muslihat yang rumit (sampai disini tolong para pembaca yang kebetulan berprofesi sebagai hansip, kamra atau banpol untuk menyimaknya baik-baik!). Dia memerintahkan pasukan zeni untuk menghancurkan satu-satunya jembatan penyelamat di Neretva! Whuat the wadon bae ble’e-ble’e????
Disinilah terletak keunggulan srategi “kepepet” Tito. Ketika pengintai udara Jerman membawa informasi ini ke markasnya, jenderal-jenderal Wehrmacht berkesimpulan bahwa pastinya para Partisan sialan sedang berusaha untuk melakukan usaha penerobosan terakhir ke arah utara dari posisi mereka sekarang (di sepanjang tepi barat sungai Neretva), dan tindakan meledakkan jembatan yang luar biasa pentingnya tersebut dilakukan sebagai tambahan kekuatan moral demi mencegah desersi! Karenanya, pihak Jerman langsung mengerahkan pasukan yang terkonsentrasi di wilayah-wilayah utara yang sekiranya akan dilalui Partisan. Yang ada adalah, Jerman telah memberi para zeni Partisan waktu yang berharga untuk memperbaiki jembatan itu kembali sekaligus memusnahkan pasukan Chetnik yang mempertahankan wilayah di seberangnya! Pihak Jerman, dengan karakternya, cepat melihat kesalahan fatal yang dilakukan oleh pihaknya dan langsung memutar pasukan utama untuk melakukan serangan yang ditunggu-tunggu. Sayangnya, tindakan ini keburu terlambat karena tidaklah mudah untuk menggerakkan pasukan sebanyak itu dalam waktu yang cepat dari lokasi yang telah dirubah sebelumnya. Dengan pasukan penjaga sibuk menghadapi pergerakan pasukan Jerman yang makin menguat dari waktu ke waktu, pasukan utama Partisan menyeberangi jembatan di tengah bombardir udara yang tak henti-henti (pihak Poros mengerahkan formasi Luftwaffe secara besar-besaran). Sayangnya bagi pihak Jerman dan untungnya bagi Partisan, wilayah yang bergunung-gunung membuat penghancuran jembatan darurat secara akurat sulit dilaksanakan. Setelah usaha penyelamatan tersebut berhasil, jembatan yang dibuat oleh kaum Partisan itu akhirnya dianggap tidak berguna digunakan untuk mencegah pengejaran! Meskipun secara kasat mata Jerman telah berhasil dengan usahanya (karena musuh telah terusir dan jumlah korban yang banyak di pihak Partisan), tapi secara strategis Tito lah pemenangnya. Dia telah menyelamatkan inti kekuatan pasukannya sekaligus tetap menjaga sumpahnya yang terkenal untuk membawa yang terluka lengkap dengan rumah sakit lapangan utama bersamanya kemanapun dia pergi! Ini wajar saja dilakukannya, karena untuk menghindari eksekusi langsung di tangan Poros apabila ada Partisan yang tertangkap (seperti yang kemudian benar-benar terjadi setelah pertempuran Sutjeska di waktu kemudian).
Pada akhir bulan Maret, pihak Poros telah membunuh sekitar 8.000 Partisan dan menangkap 2.000 lainnya. Meskipun mengalami kehilangan sebesar ini dan kalah secara taktis, tapi formasi-formasi Partisan mampu mempertahankan komando utama mereka plus rumah sakitnya, sehingga mampu tetap melakukan operasi-operasi gerilya yang merepotkan Jerman. Bahkan pada kenyataannya, setelah mereka mencapai bagian timur wilayah Bosnia dan Herzegovina, yang harus mereka hadapi kini hanyalah para Chetnik yang bermoral rendah dan tidak mempunyai persenjataan selengkap Jerman. Jelas saja, Chetnik-Chetnik ini dengan cepat “digulung” dalam pertempuran lanjutan di sebelah barat sungai Drina.
Ofensif utama selanjutnya yang dilakukan Jerman untuk melawan Partisan adalah Operation Schwarz.
Pertempuran Neretva diabadikan dalam film nominasi Oscar buatan tahun 1969 berjudul ‘The Battle of Neretva’, sementara novel thriller ‘Force 10 From Navarone’ (1968) karya Alistair MacLean (yang juga kemudian difilmkan dengan aktor Harrison Ford sebagai pemerannya), juga mengambil setting usaha kaum Partisan dalam melawan pihak Jerman dan Chetnik yang berkekuatan jauh lebih besar sekaligus peristiwa penghancuran jembatan Neretva. Hanya saja ini sepenuhnya adalah kisah fiksi yang mengambil latar belakang kejadian nyata.
Kekuatan Partisan Yugoslavia:
- Korps Kroasia ke-1 (16.000 orang)
- Korps Bosnia ke-1 (11.500 orang)
- Grup Operasional Utama (14.500 orang) yang terdiri dari:
- Divisi Proletarian ke-1
- Divisi Proletarian ke-2
- Divisi Serang ke-3
- Divisi Banija ke-7 (bergabung kemudian)
- Divisi Dalmatia ke-9 (bergabung kemudian)
- Total kekuatan diperkirakan 20.000 orang
Kekuatan Poros:
- Divisi Gunung Sukarelawan SS ke-7 ‘Prinz Eugen’ Jerman
- Divisi Infanteri ke-369 Jerman
- Divisi Infanteri ke-714 Jerman
- Divisi Infanteri ke-717 Jerman
- Satu resimen dari Divisi Cadangan ke-187 Jerman
- Divisi Infanteri ke-12 ‘Sassari’ Italia
- Divisi Infanteri ke-13 ‘Re’ Italia
- Divisi Infanteri ke-57 ‘Lombardia’ Italia
- Brigade Rumah Penjaga Gunung ke-2 Kroasia
- Brigade Rumah Penjaga Gunung ke-3 Kroasia
- Chetnik (berperan secara nominal sebagai Milisi Sukarelawan Anti-Komunis Italia)
- Sekitar 20.000 orang pasukan tambahan
- Total kekuatan adalah 150.000 orang ditambah 200 pesawat terbang
Komandan:
Partisan: Marsekal Josip Broz Tito
Poros: Generaloberst Alexander Löhr
Sumber :
www.en.wikipedia.org
www.militaryphotos.net
www.moviegoods.com
3 comments:
jika saja seluruh rakyat Yugoslavia lebih bsatu padu serta tiada kolaborator/minimal , mungkin hasilnya akan lain ,. spt di Yunani & Kreta ,. perlawanan lbh seru untuk si agresor
itulah jelas kelihatan bedanya antara Stalin dgn anak buahnya dengan Josip Broz Tito bsama partisannya , jauh beda antr mereka perlakuan terhadap prajurit serta rakyatnya ,. khusus dlm hal ini Broz Tito layak diakui ,..jauh lbh humanis visioner ,.
perlucutan kesenjataan pask Italia oleh partisan setlh mereka kapitulasi ,.bhasil merebut senjata serta logistik darah segar bagi kaum partisans ,.
Post a Comment