Foto ini diambil di Kiel, Jerman, tanggal 20 September 1943 dan memperlihatkan tiga orang awak U-861. Dari kiri ke kanan: Obermaschinist Karl Fink (Elektromotor), Kapitänleutnant (Ing.) Herbert Panknin (Leiter-Ingenieur), serta Obermaschinist Hans Bandy (Dieselmotor). Panknin mengenakan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes (4 September 1943) serta Deutsches Kreuz in Gold (14 Februari 1942), sementara Bandy mengenakan Abzeichen des Wachhabenden Offiziers (Kriegsmarine Watch Officer Badge / Medali Perwira Pengawas Kriegsmarine) di kerah lapelnya
Kapal selam Monsun U-861 berada dalam kondisi super butek saat tiba di pangkalannya di Trondheim, Norwegia, tanggal 19 April 1945. Wajar saja, karena kapal tersebut telah mengarungi pelayaran selama 13 ½ minggu sejak pertama berangkat dari pelabuhan di Surabaya tanggal 15 Januari 1945! Kapal selam dari tipe besar IX D2 ini sebelumnya telah meninggalkan Kiel dalam patroli pertamanya tanggal 20 April 1944 di bawah pimpinan Ritterkreuzträger (peraih Ritterkreuz) Kapitänleutnant Jürgen Oesten. Pada awalnya dia ditugaskan di wilayah sekitar pantai Brazil sebelum dipindahkan ke pantai timur Afrika. U-861 tercatat menenggelamkan empat kapal dengan total tonase 22.040 GRT serta merusakkan kapal tanker “Daronia” yang berbobot 8.139 GRT sebelum tiba di pangkalan pulau Penang (Malaysia) tanggal 23 September 1944. Pada saat itu U-861 telah berlayar di lautan selama lima bulan nonstop! U-boat tersebut mendekam di Penang sampai dengan tanggal 1 November 1944 untuk menjalani perbaikan yang diperlukan dan memberi kesempatan pada para awaknya yang kelelahan untuk beristirahat. Pada tanggal 1 November 1944 U-861 meninggalkan Penang menuju Surabaya dan tiba disana tanggal 5 November 1944 setelah transit sebentar di Singapura. Kapal tersebut tetap tinggal disana sebelum diperintahkan untuk balik ke Jerman tanggal 15 Januari 1945. Dalam perjalanan pulang dia membawa banyak bahan perang yang berharga semacam biji molybdenum, yang disimpan dalam kontainer seng yang terletak di lunas pemberat, serta karet mentah. Jadinya, persenjataannya terbatas hanya pada dua buah torpedo untuk membela diri bila diserang (keselamatan di jalan menjadi prioritas utama dan bukannya penghancuran kapal musuh). Hal keselamatan ini mendapat tantangan terberat justru di tahap akhir perjalanan saat U-861 berpapasan dengan “segerombolan” es di selatan Greenland. Karena kehandalan kapten kapal ditambah dengan awak yang berpengalaman, akhirnya kerusakan lapisan baja kapal bisa diminimalisir dan U-861 bisa tiba kembali di pangkalannya dengan selamat meskipun tinggal menyisakan 800 liter solar di tangki penampung bahan-bakarnya. Perhatikan wilayah yang dicat ulang di sekitar logo Panther! Georg Högel dalam bukunya “Embleme, Wappen, Malings” menerangkan bahwa emblem tersebut sebenarnya menggambarkan seekor panther yang sedang mendaki sebuah bola dunia. Hal ini berlawanan dengan keterangan dari Jürgen Oesten yang menyatakan bahwa bola dunia yang diklaim Högel tidaklah pernah menjadi bagian dari emblem panther. Yang terakhir adalah yang paling menarik: ingat motto Yamaha “Selalu di depan” yang terpampang di balapan MotoGP? Ternyata U-861 telah “jauh di depan” dalam hal ini: sebagian dari kata “Lekas” terpampang di menara pengawas bagian depan. Kata ini, tentu saja, berasal dari bahasa Melayu yang berarti “cepat” atau “segera”!
Sumber :
Majalah "U-Boot im Focus" edisi no.2 tahun 2007
www.historicalwarmilitariaforum.com
No comments:
Post a Comment