“Aku mati untuk tanah airku. Aku mempunyai kesadaran penuh atas apa yang kulakukan. Aku hanya menjalankan tugas untuk negaraku ketika mencoba untuk melawan ketololan kriminal yang dilakukan oleh Hitler”
- Wilhelm Canaris -
Oleh : Alif Rafik Khan
Wilhelm Canaris dilahirkan di Aplerbeck (sekarang merupakan bagian dari Dortmund) di Westphalia tanggal 1 Januari 1887, dan merupakan anak seorang industrialis kaya-raya Carl Canaris bersama istrinya Auguste Popp. Pada tahun 1938 penelitian membuktikan bahwa nenek moyangnya berasal dari Italia Utara (asalnya bernama Canarisi), dan telah tinggal di Jerman dari sejak abad ke-17. kakeknya sendiri telah berpindah keyakinan dari Katolik ke Lutheranisme.
Pada tahun 1905, di usianya yang ke-17, Canaris bergabung dengan Angkatan Laut Kekaisaran Jerman dan pada awal pecahnya Perang Dunia Pertama bertugas di atas SMS Dresden sebagai petugas intelijen. Penjelajah ini adalah satu-satunya kapal yang mampu menembus blokade armada Inggris selama berlangsungnya Pertempuran Pulau Falkland pada bulan Desember 1914, yang sebagiannya merupakan hasil dari taktik tipu-menipunya. Ketika sedang berlabuh di Cumberland Bay, Robinson Crusoe Island, kapal Dresden terperangkap sehingga terpaksa harus ditenggelamkan oleh awaknya sendiri setelah bertempur melawan Inggris disana. Kebanyakan awaknya menjadi tawanan perang di Chile bulan Maret 1915. Canaris berhasil melarikan diri pada bulan Agustus 1915 dengan menggunakan keahlian berbahasa Spanyolnya. Dengan menggunakan bantuan beberapa pedagang Jerman dia mampu kembali lagi ke tanah airnya pada bulan Oktober 1917 melalui rute ke berbagai negara, yang salah satunya adalah Inggris!
Dia kemudian diberikan tugas di urusan intelijen dan dikirimkan ke Spanyol, dimana dia berhasil selamat dari usaha percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh pihak Inggris. Setelah kembali ke tugas aktif, dia mengakhiri perang sebagai seorang komandan U-boat yang disegani (dari akhir tahun 1917) di wilayah Mediterania, setelah berhasil menenggelamkan 18 buah kapal. Canaris mampu berbahasa Inggris dengan fasih (juga empat bahasa asing lainnya!), dan sebagai seorang perwira Angkatan Laut konservatif, dia mempunyai kekaguman yang mendalam terhadap Royal Navy meskipun negaranya jelas-jelas bermusuhan dengan Inggris.
Selama berlangsungnya revolusi di Jerman tahun 1918-1919, canaris membantu pembentukan pasukan siap-siaga yang bertugas menghancurkan setiap gerakan revolusioner. Dia juga tercatat sebagai anggota pengadilan militer yang bertugas menyidangkan (walaupun kemudian sebagian besarnya dibebaskan) orang-orang yang dituduh terlibat pembunuhan terhadap Karl Liebknecht dan Rosa Luxembourg, tokoh-tokoh Komunis Jerman. Dia kemudian ditunjuk sebagai ajudan dari Menteri Pertahanan Gustav Noske.
Pada tahun 1919 Canaris menikah dengan Erika Waag, yang juga sama-sama anak seorang industrialis. Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan yang bernama Eva dan Brigitte.
Canaris tetap bertugas di kemiliteran setelah perang usai, pertama sebagai anggota Freikorps dan kemudian sebagai bagian dari Reichsmarine. Dia mendapat kenaikan pangkat dengan cepatnya, dan telah menjadi seorang Kapitänleutnant pada tahun 1931. penempatan yang pernah dijalaninya di antaranya adalah menjadi seorang perwira eksekutif di kapal penjelajah Berlin dan kemudian menjadi perwira komandan di kapal perang Schlesien. Pada saat inilah dia kembali terlibat dalam bidang intelijen. Dia menjalin serangkaian hubungan dengan perwira-perwira tinggi Jerman, para politisi dan industrialis demi menjalin keteraturan dalam dunia politik Jerman yang carut-marut setelah perang usai. Selama periode bergabungnya di Freikorps, dia berhubungan dekat dengan orang-orang semacam Horst von Pflugk-Harttung yang dituduh terlibat pembunuhan politik pemimpin-pemimpin golongan “kiri”. Canaris sendiri bahkan sempat dituduh terlibat dalam beberapa pembunuhan dan kejahatan lain (semacam keterlibatan ilegalnya dalam “persidangan” Rosa Luxembourg). Selama periode 1930-1933, karir Canaris berada dalam jalur yang paralel dengan yang diikuti oleh calon-calon pemimpin partai Nazi, walaupun dia sendiri tidak pernah bergabung dengan partai tersebut. Secara tidak langsung dia nantinya malah mendukung pembentukan sebuah organisasi yang kemudian menjadi bagian dari struktur kekuasaan Nazi itu sendiri!
Setelah naiknya Adolf Hitler ke tampuk kekuasaan di tahun 1933, Canaris dijadikan sebagai kepala Abwehr (kantor intelijen militer resmi Jerman) tanggal 1 Januari 1935. di akhir tahun itu pula dia dinaikkan pangkat menjadi Vizeadmiral. Selama periode 1935-1936, Canaris menjalin kontak di Spanyol demi mengorganisasi jaringan mata-mata Jerman disana. Ini semata karena kemampuan berbahasa Spanyolnya yang tak diragukan lagi. Dia pula yang menjadi pendorong utama di balik keputusan Jerman untuk mendukung Francisco Franco selama berlangsungnya Perang Saudara Spanyol, meskipun pada awalnya Hitler tidak berminat untuk terlibat dalam ‘petualangan’ semacam itu.
Pada tahun 1937 Canaris masih menjadi pendukung setia Hitler, dan beranggapan bahwa sang Führer adalah satu-satunya solusi terhadap masalah Komunisme dan perwujudan dari harapan bangkitnya kembali Jerman. Pada tahun 1938 barulah dia menyadari bahwa kebijakan Hitler dan rencana-rencananya akan menggiring Jerman pada bencana kehancuran sehingga dia mulai bekerja secara rahasia melawan pemerintahannya sendiri. Gaya pribadinya yang gentleman murni sungguh berbeda dengan sikap kebanyakan anggota partai Nazi yang petantang-petenteng. Sebuah surat dari jaringan kontaknya di Spanyol pada masa itu telah dibuka untuk publik dan dari sana sudah terlihat bagaimana pandangan-pandangan ekstrimnya tentang rezim Nazi.
Dia berusaha untuk menghalangi usaha Hitler menganeksasi Cekoslowakia, dan dia jugalah yang memberi saran pada Franco untuk tidak mengizinkan pasukan Jerman melintasi wilayah Spanyol dalam usahanya menduduki Gibraltar. Argumen-argumen yang diutarakan oleh Franco untuk menolak tuntutan Hitler agar Jerman diberi akses masuk Spanyol sebagian besar merupakan saran langsung dari Canaris, yang sebelumnya telah bertemu dengan para penasihat tinggi Franco. Di luar itu, sejumlah besar uang telah dimasukkan oleh Inggris ke rekening Swiss untuk Franco demi menjamin Spanyol tetap netral dalam konflik antara Sekutu dan Poros!
Dia juga terlibat penuh dalam dua rencana penggulingan Hitler, pertama di tahun 1938 dan kemudian di tahun 1939. Selama berlangsungnya krisis Cekoslowakia tahun 1939 yang berujung pada Perjanjian Münich, Canaris bekerja keras mencegah niat Hitler menguasai negara tersebut. Dia bekerja erat bersama dengan Kepala Staff Angkatan Darat Generaloberst Ludwig Beck dan Sekretaris Negara Kantor Kementerian Luar Negeri Ernst von Weizsäcker (pemimpin grup “anti-perang” dalam tubuh pemerintahan Jerman). Mereka yakin banget bahwa seandainya Hitler tetap bersikeras dengan niatnya, maka Jerman akan terjatuh dalam kancah perang melawan Inggris dan Prancis, dan sudah pasti Jerman lah yang kalah! Untunglah hal tersebut kemudian tidak terjadi.
Kelompok ini tidaklah 100% berkomitmen menggulingkan rezim Hitler, tapi bekerjasama secara lepas dengan grup lain yang lebih radikal, yaitu faksi “anti-Nazi” yang dipimpin oleh Oberst Hans Oster dan Hans Bernd Gisevius. Mereka bermaksud menggunakan krisis Cekoslowakia untuk mendukung niat mereka melaksanakan kudeta terhadap Hitler.
Usahanya yang paling berani adalah rencana (bersama dengan Ewald von Kleist-Schmenzin) untuk menangkap dan menghabisi Hitler dan seluruh pejabat penting Nazi sebelum invasi ke Cekoslowakia. Pada saat itu von Kleist (bukan nama jenderal terkemuka Jerman!) mengunjungi Inggris secara rahasia dan mendiskusikan situasi yang terjadi dengan M16 dan politisi-politisi terkemuka negara tersebut. Disinilah nama Canaris mengemuka sebagai tangan kanan von Kleist. Para pemimpin tinggi militer Jerman percaya bahwa bila Hitler jadi menginvasi Cekoslowakia (atau negara lainnya), maka Inggris sudah pasti akan menyatakan perang terhadap Jerman. M16 juga mempunyai keyakinan yang sama. Deklarasi perang akan memberikan kesempatan dan alasan kepada Staff Jenderal Jerman untuk menggulingkan Hitler dari tampuk kekuasaan, setidaknya itulah yang mereka percayai.
Ternyata yang terjadi kemudian, reaksi Inggris dalam menyikapi tuntutan Hitler terhadap Sudetenland jauh lebih berhati-hati dari yang diperkirakan. Dalam pertemuan dengan Hitler di Münich, Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain dan Perdana Menteri Prancis Édouard Daladier lebih memilih jalur diplomasi daripada perang. Münich merupakan sebuah kekecewaan yang besar bagi Kleist dan Canaris. Yang ada malahan, nama Hitler semakin mengemuka secara internasional karena dua alasan: pertama, dia mampu menjalankan peran secara sempurna sebagai orang yang kuat hati tapi selalu siap berkompromi; dan kedua, dia membuktikan secara tepat prediksinya sendiri bahwa Inggris dan Prancis tidak akan mendeklarasikan perang terhadap Jerman. Dari sejak saat itulah Canaris, yang luar biasa shock terhadap “keputusan yang bodoh dan tidak jujur ini” (kata-katanya sendiri), memutuskan untuk lebih berhati-hati dan menunggu kesempatan terbaik untuk bertindak melawan Hitler.
Pada bulan Januari 1939, Canaris memproduksi “Ketakutan Perang Belanda” yang mencekam pemerintah Inggris. Pada tanggal 23 Januari 1939 itu pemerintah Inggris menerima informasi bahwa Jerman berniat untuk menyerbu Belanda bulan Februari 1939 dengan maksud untuk menggunakan lapangan udara negara tersebut demi melancarkan ofensif pemboman strategis yang bertujuan untuk melakukan hantaman “knock-out” terhadap Inggris melalui pemusnahan kota-kotanya. Semua informasi ini kenyataannya adalah palsu belaka, dan hanya dimaksudkan oleh Canaris untuk membuat perubahan kebijakan luar negeri dalam tubuh Inggris! Dalam hal ini, usaha Canaris berjalan dengan sukses, dan “Ketakutan Perang Belanda” memegang peran utama yang mempengaruhi Chamberlain untuk membuat “komitmen benua” (pengiriman pasukan darat Inggris dalam jumlah besar untuk mempertahankan Prancis) di bulan Februari 1939.
Tapi memang hubungan Canaris dengan M16 tetap berjalan dengan baik bahkan setelah Perjanjian Münich ditandatangani tanggal 30 September 1938. Ketika Winston Churchill naik ke tampuk kekuasaan setelah pengunduran diri Chamberlain di bulan Mei 1940, harapan Canaris timbul kembali setelah melihat Perdana Menteri baru ini sangat dalam kebenciannya terhadap Hitler dan Nazi.
Sementara itu Reinhard Heydrich, yang sebelumnya adalah kadet Kriegsmarine yang pernah bertugas di bawah pimpinan Canaris dan kini menjadi pimpinan Sicherheitsdeinst (SD), telah berubah menjadi menjadi saingan utama sang Admiral (meskipun sebelumnya keduanya mempunyai hubungan yang baik sebagai sahabat dan “tetangga”). Sebenarnya pula, penempatan Canaris dalam tubuh Abwehr telah mendapat persetujuan rahasia dari Heydrich yang dinamis, yang lebih memilih dia daripada pendahulunya, Komandan Pfatz, yang tidak sejalan dengan anggota-anggota Partai Nazi. Heydrich menginginkan sebuah Abwehr yang dapat ia kontrol sehingga benar-benar mengawasi Canaris secara ketat. Di luar sih memang Canaris terlihat begitu dekat dengan mantan anakbuahnya ini, tapi itu dilakukannya supaya Abwehr diberikan kesempatan untuk tumbuh lebih besar lagi dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Berdasarkan keterangan dari buku karangan Bassett, Canaris benar-benar frustasi oleh briefing yang dilakukan oleh Hitler sebelum penyerbuan Polandia. Selama briefing tersebut, dia diberitahu tentang kebijakan Nazi yang akan diambil nantinya terhadap orang-orang yang dianggap sebagai “Untermenschen” (Yahudi, Gipsi, Slav) di daerah pendudukan, dan Canaris diperintahkan untuk mencatatnya. Catatan ini, kata buku tersebut pula, kemudian dikirimkan ke M16. Setelah pecahnya peperangan antara Jerman dan Polandia di bulan September 1939, Canaris mengunjungi front dan melihat dengan mata kepala sendiri kejahatan-kejahatan perang yang dilakukan oleh SS-Einsatzgruppen. Dia juga menerima laporan dari agen-agen Abwehr tentang insiden-insiden serupa di seluruh wilayah Polandia yang telah diduduki. Canaris tetap menyimpan catatan detailnya tentang hal ini dalam buku harian pribadinya yang dia percayakan kepada Werner Schrader, salah seorang bawahan sekaligus sesama anggota gerakan perlawanan bawah tanah.
Setelah menerima laporan dan melihat sendiri kejahatan-kejahatan perang yang dilakukan di Polandia, Canaris tidak tahan lagi. Pada tanggal 12 September 1939 dia melakukan kunjungan ke kereta api pribadi Hitler yang saat itu sedang berada di wilayah Oberschlessien, dengan maksud untuk mengemukakan keberatannya secara terang-terangan terhadap kebrutalan pemerintahan pendudukan Jerman. sebelum bertemu Hitler dia bertemu dengan jenderal Wilhelm Keitel, dimana dia kemudian berkata: “Saya menerima informasi bahwa pembantaian massal saat ini sedang direncanakan untuk dilakukan di Polandia, dengan sasarannya adalah keluarga bangsawan Polandia dan para pendeta juga uskup Katolik Roma.” Keitel melarang Canaris untuk melanjutkan protesnya dengan alasan bahwa perintah tersebut datangnya dari Hitler langsung.
Kejadian ini makin menambah kebencian Canaris terhadap Hitler dan Nazisme, dan dia semakin aktif bekerja (dengan resiko yang juga makin bertambah) untuk menyingkirkan rezim Hitler. Untuk menutupi perbuatannya, Canaris tetap bekerjasama dengan SD. Hal ini memungkinkannya untuk menjadi orang “terpercaya” selama beberapa waktu. Dia lalu dipromosikan menjadi Laksamana penuh (Admiral) bulan Januari 1940. Bersama dengan bawahannya Erwin Lahousen, dia membentuk sebuah lingkaran perwira-perwira Wehrmacht yang berpikiran sama (yang kebanyakannya nanti akan dieksekusi atau dipaksa bunuh diri setelah kegagalan kudeta 20 Juli!). Di sebuah pertemuan para perwira yang diselenggarakan di Berlin pada bulan Desember 1941, Canaris disebut-sebut telah berkata bahwa “Abwehr tidak ada kaitannya dengan penyiksaan orang-orang Yahudi... dan bukanlah urusan kita. Kita harus tetap menjaga jarak dari masalah ini” (M16 Sub-seksi Vf file NA HW 1/327). Ada spekulasi pula bahwa Canaris telah menjalin kontak dengan intelijen Inggris dalam waktu ini, meskipun kedua negara sedang dalam keadaan berperang! Diberitakan bahwa selama berlangsungnya invasi Jerman ke Rusia, canaris menerima laporan detail semua posisi musuh yang hanya diketahui oleh Inggris. Kepala M16 Stewart Menzies, yang sama-sama sangat membenci komunis seperti halnya Canaris, memuji keberanian dan keteguhan hati sang Admiral setelah perang usai. Sementara itu, Reinhard Heydrich dan Heinrich Himmler telah menginvestigasi secara menyeluruh sumber-sumber informasi yang diterima Canaris berkaitan dengan Operasi Barbarossa, dan mempunyai kesimpulan bahwa telah terjadi kontak antara dia dengan pihak Inggris.
Setelah tahun 1942, kunjungan Canaris ke Spanyol makin bertambah sering dan kemungkinan disana dia menjalin kontak dengan agen-agen Inggris dari Gibraltar. Pada tahun 1943, saat sedang berada di wilayah Prancis yang diduduki, Canaris juga diberitakan menjalin kontak dengan agen Inggris: dia dibawa dengan mata tertutup ke Convent of the Nuns of the Passion of our Blessed Lord, 127 Rue de la Santé, dimana dia bertemu dengan kepala pelayanan intelijen Inggris lokal yang mempunyai nama kode “Jade Amicol” (aslinya adalah Kolonel Claude Olivier). Canaris ingin mengetahui perjanjian perdamaian seperti apa yang diberikan bila Jerman mengenyahkan Hitler dari tampuk kekuasaan. Balasan Churchill, yang disampaikan kepadanya dua minggu kemudian, sederhana saja: “Penyerahan tanpa syarat”.
Selama penempatan Heydrich di Praha, Cekoslowakia, sebuah insiden serius membuat dia dan Canaris terlibat konflik terbuka. Seorang agen Ceko - Paul Thümmel – telah ditangkap oleh Heydrich, tapi Canaris campur tangan menyelamatkannya dengan beralasan bahwa dia adalah seorang agen ganda yang sebenarnya bekerja untuk Abwehr. Heydrich curiga bahwa Thümmel sesungguhnya adalah salah satu kontak M16 Canaris. Heydrich lalu meminta agar Canaris membiarkan Abwehr berada di bawah kontrol SD dan SS. Pada saat itu Canaris tampaknya mundur dari tuntutannya dan lebih memilih menangani perkembangan situasi yang terjadi secara diplomatik, meskipun tetap tak ada perubahan atas status Abwehr (setidaknya untuk sementara). Pada kenyataannya, Canaris telah menjalin dua link lain dengan M16 – satu melalui Zurich, dan lainnya melalui Spanyol dan Gibraltar. Kontak Vatikannya juga kemungkinan besar menjadi rute ketiga jalur hubungannya dengan Inggris!
Canaris juga campur tangan untuk menyelamatkan beberapa korban penyiksaan Nazi, termasuk kaum Yahudi, dengan membawa mereka ke Spanyol. Banyak orang-orang semacam ini yang diberikan latihan pura-pura sebagai “agen” Abwehr dan kemudian diberikan surat-surat yang membuat mereka diizinkan meninggalkan Jerman. Salah satu orang yang diselamatkan dengan cara ini adalah Lubavitcher Rebbe di Warsawa, yaitu Rabbi Yosef Yitzchok Schneersohn. Hal ini telah membuat Chabad Lubavitch berkampanye untuk menempatkan Canaris sebagai “Orang Non-Yahudi Budiman” melalui Yad VaShem holocaust memorial setelah perang usai.
Pembunuhan terhadap Reinhard Heydrich di Praha yang diorganisasi oleh M16 sendiri bertujuan untuk, salah satunya, membuat Canaris tetap berada di posisi pentingnya.
Anak dari Oberst Wessel von Freytag-Loringhoven yang bernama Niki telah mengeluarkan kesaksian di Münich tahun 1972 bahwa Canaris ikut terlibat dalam menggagalkan usaha Hitler menculik Paus Pius XII. Oberst Freytag-Loringhoven adalah salah satu bawahan Canaris, sementara anaknya (Niki von Freytag-Loringhoven) mengatakan bahwa beberapa hari setelah penangkapan Benito Mussolini atas perintah Raja Victor Emmanuel III, sang Führer memberi perintah kepada Reichssicherheitshauptamt (Markas Besar Keamanan Third Reich) untuk membalas perbuatan orang-orang Italia dengan cara menculik atau membunuh Paus Pius XII beserta Raja Victor Emmanuel.
Niki von Freytag-Loringhoven, yang saat tulisan ini dibuat berusia 72 tahun, baru-baru ini mengeluarkan kembali detail baru tentang rencana tersebut, dan memberitahukan bahwa antara tanggal 29 dan 30 Juli 1943 ayahnya dan Erwin von Lahousen, yang bekerja di dinas keamanan Jerman Jerman bagian sabotase, mengikuti sebuah pertemuan di Venesia saat Canaris memberitahukan kepada jenderal Italia Cesare Amè tentang plot ini. Jenderal Amè kemudian menyiarkan berita yang diterimanya sehingga plot tersebut gagal. Surat kabar Italia Avvenire mendukung klaim Freytag-Loringhoven muda dengan mengatakan bahwa kesaksiannya berkesesuaian benar dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh von Lahousen dalam pengadilan penjahat perang Nürnberg.
Bukti-bukti bahwa Canaris berperan sebagai agen ganda semakin mengemuka sehingga, atas saran dari Heinrich Himmler yang telah mencurigainya sejak lama, Hitler mencopot Canaris dari jabatannya di Abwehr bulan Februari 1944 dan menggantikannya dengan Walter Schellenberg. Tidak hanya itu, Abwehr pun dimasukkan ke dalam tubuh Sicherheitsdienst (SD). Beberapa minggu setelahnya, Canaris dimasukkan ke dalam penjara rumah, sehingga mencegahnya dari keikutsertaan secara langsung dalam usaha percobaan pembunuhan terhadap Hitler tanggal 20 Juli 1944.
Sebenarnya sih, dari sejak bencana Stalingrad Canaris telah merencanakan sebuah ‘kudeta’ terhadap seluruh rezim Nazi dimana rencananya banyak pejabat tinggi Third Reich akan didakwa sebagai penjahat perang, sementara Hitler akan ditangkap sebagai orang gila (karena pengalamannya terkena gas beracun dalam Perang Dunia Pertama) dan kemudian dipenjarakan seumur hidup! Setelah Plot 20 Juli, saingan lama Canaris yaitu Reichsführer-SS Heinrich Himmler menemukan bahwa salah seorang perwira yang terlibat dalam plot tersebut adalah teman Canaris (yang kemudian bunuh diri) yang telah menyimpan detail rencana kudeta dalam sebuah boks metal. Investigasi yang kemudian dilakukan juga mengungkapkan rencana-rencana pembunuhan lain (kemungkinan antara 10 sampai 15) yang telah diaktivasi tapi kemudian gagal (meskipun tidak terungkap karena ditutup-tutupi di menit terakhir). Kebanyakan yang terlibat dalam rencana-rencana ini adalah orang-orang yang dikenal baik oleh Canaris. Pada akhirnya, Gestapo tidak menemukan bukti-bukti langsung yang mengarahkan Canaris pada Plot 20 Juli, tapi hubungan dekatnya dengan banyak pelaku yang terlibat telah cukup untuk menentukan takdirnya.
Himmler tetap membiarkan Canaris hidup untuk beberapa waktu karena ia berencana untuk menggunakannya secara rahasia sebagai jalur penghubung dengan Inggris di masa depan demi mencari kesepakatan yang akan menempatkannya sebagai pemimpin Jerman di akhir perang. Hitler juga menginginkannya tetap hidup agar dapat mengungkapkan konspirator tambahan selain dari yang sudah diketahui. Ketika rencana Himmler gagal terlaksana, dia menerima persetujuan dari Hitler untuk mengirimkan Canaris ke sebuah mahkamah militer SS yang diketuai oleh Otto Thorbeck dengan Walter Huppenkothen sebagai jaksa penuntut. Putusannya sudah dipastikan: hukuman modar!
Bersama dengan wakil setianya Hans Oster (kini pangkatnya sudah Generalmajor), ahli hukum militer Karl Sack, teologis Dietrich Bonhoeffer dan Ludwig Gehre, Canaris dipermalukan di depan para saksi mata dan kemudian dieksekusi tanggal 9 April 1945 di kamp konsentrasi Flossenbürg, hanya beberapa minggu sebelum perang usai! Dia dibawa ke tiang gantungan dengan bertelanjang kaki dan bugil. Beberapa saat sebelum dieksekusi dia sempat menepuk-nepukkan pesan dalam kode morse, yang kemudian didengar oleh para tawanan lain, yang isinya mengklaim bahwa dia bertindak semata-mata untuk kebaikan Jerman dan menolak segala tuduhan bahwa dia adalah seorang pengkhianat.
Selama karir militernya Canaris telah cukup berhasil dengan menerima medali dan penghargaan seperti Iron Cross Kelas Pertama dan Kedua, German Cross in Silver, Cross of Honour dan Wehrmacht Twelve and Twenty-Five Year Long-Service Ribbons.
Erwin von Lahousen dan Hans Bernd Gisevius, dua orang mantan bawahan Canaris, selamat sampai perang usai dan ikut bersaksi di Pengadilan Nürnberg tentang keberanian Canaris dalam usahanya menentang Hitler. Lahousen mengingat percakapan yang terjadi antara Canaris dan Wilhelm Keitel dimana Canaris mengingatkan Keitel tentang militer Jerman yang akan dituntut pertanggungjawabannya untuk segala kejahatan yang dilakukan di Polandia. Keitel menjawabnya bahwa semua itu merupakan perintah Hitler langsung. Keitel sendiri, yang juga selamat sampai akhir perang, divonis bersalah atas tuduhan kejahatan perang yang didakwakan kepadanya di Nürnberg dan kemudian dihukum mati dengan cara digantung.
Canaris dalam media:
· Film Canaris keluaran tahun 1954 dibuat berdasarkan biografinya.
· Pada novel Es muss nicht immer Kaviar sein keluaran tahun 1961 karya pengarang Jerman Johannes Mario Simmel, Canaris diceritakan sebagai pelindung utama agen Thomas Lieven selama karirnya sebagai mata-mata Jerman dalam Perang Dunia II. Sang pengarang menyebutkan bahwa isi novelnya adalah otentik.
· Pada novel The Heights of Zervos keluaran tahun 1970 karya Colin Forbes, nama Canaris disebut-sebut bersama dengan Abwehr.
· Pada film The Eagle Has Landed keluaran tahun 1976, Canaris diperankan oleh aktor Anthony Quayle.
· Pada novel The Odessa File karya Frederick Forsyth yang bersetting tahun 1960-an, sang lalakon berhasil menginfiltrasi organisasi para mantan anggota SS dengan mengklaim bahwa dia adalah bekas salah seorang regu tembak yang mengeksekusi Canaris. Padahal aslinya Canaris tidaklah mati dengan ditembak, melainkan digantung!
· Pada novel The Paladin keluaran tahun 1980 karya Brian Garfield, Canaris diceritakan mendapat kunjungan dari seorang agen Inggris yang mendapat perintah langsung dari Churchill.
· Pada novel The Unlikely Spy keluaran tahun 1996 karya Daniel Silva, Canaris adalah kepala Abwehr yang mengeluarkan inisiatif untuk masuk ke dalam tubuh SHAEF demi menemukan rencana invasi Sekutu ke Normandia.
No comments:
Post a Comment