15. Panzer-Division dibentuk pada bulan November 1940 dari elemen-elemen 33. Infanterie-Division. Pada bulan April-Mei 1941 divisi baru ini dikirim ke Libya dan ikut ambil bagian dalam pertemuran melawan pasukan Sekutu di Afrika Utara bersama dengan Erwin Rommel sebagai salah satu dari dua divisi panzer Afrikakorps (lainnya adalah 21. Panzer-Division). Unit Nachrichten-Abteilung 33 (Detasemen Sandi 33) musnah saat kapal mereka ditenggelamkan dalam perjalanan ke Afrika sehingga kemudian digantikan oleh Nachrichten-Abteilung 78. 15. Panzer-Division menyerah bersama dengan ratusan ribu Pasukan Poros lainnya yang tertinggal di Afrika pada tanggal 13 Mei 1943. Elemen-elemen dari divisi tersebut yang tidak berada di Afrika kemudian direorganisasi ulang untuk membentuk Division Sizilien, yang kemudian dirubah namanya menjadi 15. Panzergrenadier-Division. Selama eksistensinya, 23 orang anggota 15. Panzer-Division mendapatkan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes, 54 orang mendapatkan Deutsches Kreuz in Gold, dan 10 orang mendapatkan Ehrenblattspange des Heeres und Waffen-SS
Daftar peraih penghargaan dari 15. Panzer-Division bisa dilihat DISINI
--------------------------------------------------------------------------
DIVISIONSKOMMANDEUR (KOMANDAN DIVISI)
Friedrich Weber (28 Mei 1943 - 9 Juni 1943)
Generalleutnant Friedrich Weber (31 Maret 1892 - 2 September 1974) memasuki dinas kemiliteran sebagai seorang sukarelawan pada bulan Agustus 1914 saat Perang Dunia Pertama pecah. Setelah perang usai dia bergabung dengan Freikorps Epp dan kemudian Reichswehr. Perwira berputra empat orang ini telah menjadi seorang Regimentskommandeur pada saat Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, dan bersama dengan resimennya ikut berpartisipasi dalam penyerbuan pasukan Jerman ke Polandia dan Belanda. Atas jasa-jasanya dalam menaklukkan Benteng Rotterdam, Weber dianugerahi medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 8 Juni 1940 sebagai Oberstleutnant dan Kommandeur Infanterie-Regiment 481 / 256.Infanterie-Division. Dia kemudian diberi kepercayaan sebagai Komandan 256. Infanterie-Division (12 Januari 1942 - 14 Februari 1942), dilanjutkan dengan posisi sebagai Komandan 334. Infanterie-Division di medan perang Afrika Utara (13 November 1942 - 15 April 1943). Berturut-turut jabatan Weber sebagai Divisionskommandeur setelahnya: Komandan Division Sizilien (28 Mei 1943 - 9 Juni 1943), Komandan 296. Infanterie-Division (7 Desember 1943 - 26 Desember 1943), dan Komandan 131. Infanterie-Division (15 Januari 1944 - 10 Desember 1944). Pada tanggal 15 Desember 1944 dia ditunjuk sebagai Komandan Festung Warschau (Benteng Warsawa) yang dikepung oleh Tentara Merah, hanya untuk dipecat sebulan kemudian karena menarik mundur pasukannya tanpa izin! Weber kemudian menjadi tawanan Amerika Serikat sampai dengan tahun 1947. Dia melanjutkan karir setelahnya sebagai Kepala Sekolah Volkshochschule Deggendorf. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Königlichen Bayerische Militär-Verdienstkreuz II.Klasse mit Schwertern; 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (19 April 1915) und I.Klasse (18 Juni 1917); Königlichen Bayerische Militär-Verdienstorden IV.Klasse mit Schwertern (23 Desember 1916); Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914-1918 (18 Januari 1935); Wehrmacht-Dienstauszeichnung IV. bis II.Klasse (2 Oktober 1936); Wehrmacht-Dienstauszeichnung I.Klasse (Agustus 1939); Medaille zur Erinnerung an den 13. März 1938; Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938 mit Spange Prager Burg; 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (11 Mei 1940) und I.Klasse (17 Mei 1940); Verwundetenabzeichen in Schwarz und Silber; Anerkennungsurkunde des Oberbefehlshabers des Heeres (3 Juli 1941); Deutsches Kreuz in Gold (22 April 1942); Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42 (14 Juli 1942); Infanterie-Sturmabzeichen in Silber (14 Juli 1942); Silberne Italienische Tapferkeitsmedaille (10 Maret 1943); Großoffizierkreuz des Tunesischer Orden Nischan-el-Iftikhar (13 April 1943); Deutsch-Italienische Erinnerungsmedaille (28 April 1943); Ärmelband “Afrika”; Bundesverdienstkreuz I.Klasse (15 Oktober 1959); Bayerischer Verdienstorden; serta Goldene Bürgermedaille der Stadt Deggendorf
--------------------------------------------------------------------------
DIVISIONSKOMMANDEUR (KOMANDAN DIVISI)
Friedrich Weber (28 Mei 1943 - 9 Juni 1943)
Generalleutnant Friedrich Weber (31 Maret 1892 - 2 September 1974) memasuki dinas kemiliteran sebagai seorang sukarelawan pada bulan Agustus 1914 saat Perang Dunia Pertama pecah. Setelah perang usai dia bergabung dengan Freikorps Epp dan kemudian Reichswehr. Perwira berputra empat orang ini telah menjadi seorang Regimentskommandeur pada saat Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, dan bersama dengan resimennya ikut berpartisipasi dalam penyerbuan pasukan Jerman ke Polandia dan Belanda. Atas jasa-jasanya dalam menaklukkan Benteng Rotterdam, Weber dianugerahi medali Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 8 Juni 1940 sebagai Oberstleutnant dan Kommandeur Infanterie-Regiment 481 / 256.Infanterie-Division. Dia kemudian diberi kepercayaan sebagai Komandan 256. Infanterie-Division (12 Januari 1942 - 14 Februari 1942), dilanjutkan dengan posisi sebagai Komandan 334. Infanterie-Division di medan perang Afrika Utara (13 November 1942 - 15 April 1943). Berturut-turut jabatan Weber sebagai Divisionskommandeur setelahnya: Komandan Division Sizilien (28 Mei 1943 - 9 Juni 1943), Komandan 296. Infanterie-Division (7 Desember 1943 - 26 Desember 1943), dan Komandan 131. Infanterie-Division (15 Januari 1944 - 10 Desember 1944). Pada tanggal 15 Desember 1944 dia ditunjuk sebagai Komandan Festung Warschau (Benteng Warsawa) yang dikepung oleh Tentara Merah, hanya untuk dipecat sebulan kemudian karena menarik mundur pasukannya tanpa izin! Weber kemudian menjadi tawanan Amerika Serikat sampai dengan tahun 1947. Dia melanjutkan karir setelahnya sebagai Kepala Sekolah Volkshochschule Deggendorf. Medali dan penghargaan lain yang diterimanya: Königlichen Bayerische Militär-Verdienstkreuz II.Klasse mit Schwertern; 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (19 April 1915) und I.Klasse (18 Juni 1917); Königlichen Bayerische Militär-Verdienstorden IV.Klasse mit Schwertern (23 Desember 1916); Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914-1918 (18 Januari 1935); Wehrmacht-Dienstauszeichnung IV. bis II.Klasse (2 Oktober 1936); Wehrmacht-Dienstauszeichnung I.Klasse (Agustus 1939); Medaille zur Erinnerung an den 13. März 1938; Medaille zur Erinnerung an den 1. Oktober 1938 mit Spange Prager Burg; 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (11 Mei 1940) und I.Klasse (17 Mei 1940); Verwundetenabzeichen in Schwarz und Silber; Anerkennungsurkunde des Oberbefehlshabers des Heeres (3 Juli 1941); Deutsches Kreuz in Gold (22 April 1942); Medaille Winterschlacht im Osten 1941/42 (14 Juli 1942); Infanterie-Sturmabzeichen in Silber (14 Juli 1942); Silberne Italienische Tapferkeitsmedaille (10 Maret 1943); Großoffizierkreuz des Tunesischer Orden Nischan-el-Iftikhar (13 April 1943); Deutsch-Italienische Erinnerungsmedaille (28 April 1943); Ärmelband “Afrika”; Bundesverdienstkreuz I.Klasse (15 Oktober 1959); Bayerischer Verdienstorden; serta Goldene Bürgermedaille der Stadt Deggendorf
--------------------------------------------------------------------------
AFRIKA UTARA (1941-1943)
Tiga orang prajurit dari 15. Panzer-Division bersantai di barak mereka di Jerman sambil mengenakan tropenhelm "Niederlande" (helm tropis "Belanda"), musim semi 1941. Mereka telah diberitahui mengenai penugasan selanjutnya ke Afrika Utara, hanya saja belum mendapat pembagian seragam tropis untuk digunakan disana. Salah satu item pertama yang mereka terima adalah helm tropis hasil rampasan dari Belanda pada tahun 1940 yang sebenarnya diperuntukkan bagi pasukan Afrika Selatan, hanya saja keburu direbut oleh pihak Jerman sebelum sempat dikapalkan
Para perwira dan staff dari Panzer-Regiment 8 berkumpul untuk melakukan foto grup sebelum keberangkatan mereka ke Afrika Utara, musim semi tahun 1941. Duduk paling tengah adalah Regimentskommandeur Oberstleutnant Hans Cramer (pangkat terakhir General der Panzertruppe). Secara berangsur-angsur, dari tanggal 26 Maret s/d 10 April 1941, para personil dan kendaraan perang Panzer-Regiment 8 tiba di Afrika Utara untuk bergabung dengan unit induknya, 15. Panzer-Division, yang merupakan bagian dari Afrikakorps pimpinan Erwin Rommel
Tiga orang prajurit dari 15. Panzer-Division bersantai di barak mereka di Jerman sambil mengenakan tropenhelm "Niederlande" (helm tropis "Belanda"), musim semi 1941. Mereka telah diberitahui mengenai penugasan selanjutnya ke Afrika Utara, hanya saja belum mendapat pembagian seragam tropis untuk digunakan disana. Salah satu item pertama yang mereka terima adalah helm tropis hasil rampasan dari Belanda pada tahun 1940 yang sebenarnya diperuntukkan bagi pasukan Afrika Selatan, hanya saja keburu direbut oleh pihak Jerman sebelum sempat dikapalkan
Para perwira dan staff dari Panzer-Regiment 8 berkumpul untuk melakukan foto grup sebelum keberangkatan mereka ke Afrika Utara, musim semi tahun 1941. Duduk paling tengah adalah Regimentskommandeur Oberstleutnant Hans Cramer (pangkat terakhir General der Panzertruppe). Secara berangsur-angsur, dari tanggal 26 Maret s/d 10 April 1941, para personil dan kendaraan perang Panzer-Regiment 8 tiba di Afrika Utara untuk bergabung dengan unit induknya, 15. Panzer-Division, yang merupakan bagian dari Afrikakorps pimpinan Erwin Rommel
Foto bersama para anggota Stabskompanie II.Abteilung / Panzer-Regiment 8 / 15.Panzer-Division pada Hari Paskah tanggal 12 April 1941, sebulan sebelum keberangkatan mereka dari Jerman ke Afrika Utara untuk bertempur bersama dengan Afrikakorps-nya Erwin Rommel. Mereka semua sudah mulai "beradaptasi" dengan mengenakan tropenuniform (seragam tropis), meskipun belum ditambah dengan pin Totenkopf di kerah seperti yang nanti menjadi penanda unit Panzertruppen di Afrika. Tropenhelm (helm tropis) yang mereka kenakan bukanlah dari jenis Tropenhelm M40 keluaran Oberkommando der Wehrmacht seperti pada umumnya, melainkan Tropenhelm "Niederlande" hasil rampasan dari Belanda pada tahun 1940
Dua
foto yang diambil di sebuah studio di Jerman pada tanggal 13-14 April
1941 dan memperlihatkan anggota Panzer-Regiment 8 / 15.Panzer-Division
yang mengenakan kelengkapan tropis yang baru mereka terima sebelum
keberangkatan ke Afrika Utara sebulan setelahnya. Selain tropenuniform
(seragam tropis) berwarna coklat dengan tambahan pin Totenkopf
(tengkorak di bagian kerah), mereka juga mengenakan tropenhelm "Belanda"
hasil rampasan dari tahun 1940. Uniknya,
penamaan helm tropis jenis ini bukan karena dia dipakai oleh militer
Belanda, melainkan karena dibuat di Belanda berdasarkan lisensi dari
SAPHI (South African Pith Helmet Industries of Pretoria) sebagai
peruntukan tentara Afrika Selatan. Sayangnya, sebelum sempat dikirimkan
ke benua Afrika, negara penjajah Indonesia tersebut keburu diduduki oleh
pasukan Jerman pada tahun 1940 dan helm-helm yang masih fresh belum
dipakai kemudian dibagikan kepada para anggota 15. Panzer-Division yang
dikirimkan ke Afrika Utara bulan Mei 1941 dengan tambahan panji
Hoheitsabzeichen dan shield berbahan metal di bagian samping. Ini karena
pada waktu itu pihak Wehrmacht masih kekurangan stok tropenhelm untuk
dipakai oleh prajurit-prajurit mereka di medan perang Afrika yang
beriklim panas sehingga dipakailah apa yang tersedia meskipun
penggunaannya terbatas. Pada awalnya diduga hanya beberapa ratus saja
helm jenis ini yang dibagikan, tapi kemudian diketahui bahwa jumlahnya
mencapai 2000-3000 buah! Perkiraan ini didasarkan pada jumlah unit yang
mengenakan tropenhelm Niederlande di Afrika Utara bulan Mei 1941 yang
menjadi bagian dari 15. Panzer-Division: Panzer-Regiment 8 (kompi ke-2,
5, 6, dan kompi Stab II.Abteilung), Artillerie-Regiment 33,
Aufklärungs-Abteilung 33, dan Panzerjäger-Abteilung 33. Ketika pasukan
Rommel berhasil merebut Tobruk pada bulan Juni 1942, lebih banyak lagi
helm "polo" Afrika Selatan yang berhasil dirampas. Yang membedakan
adalah: mereka bukanlah buatan Belanda (melainkan buatan Inggris), dan
jumlahnya pun tidak sebanyak hasil rampasan tahun 1940
Dua orang prajurit Afrikakorps sedang melakukan Körperpflege (perawatan diri), sebuah usaha untuk tetap bersih di tengah kondisi gurun yang berdebu. Usaha ini seringkali berakhir dengan kesia-siaan, terutama karena jarangnya pasokan air bersih. Di sebelah kiri adalah Heiner Chelius, yang setelah perang pindah ke Melbourne (Australia) dan kemudian menjadi anggota kehormatan organisasi veteran "Rats of Tobruk". Foto ini sendiri diambil di posisi II.Abteilung / Artillerie-Regiment 33 (motorisiert) / 15.Panzer-Division di sekitar Tobruk bulan April 1941
Dua orang prajurit Afrikakorps sedang melakukan Körperpflege (perawatan diri), sebuah usaha untuk tetap bersih di tengah kondisi gurun yang berdebu. Usaha ini seringkali berakhir dengan kesia-siaan, terutama karena jarangnya pasokan air bersih. Di sebelah kiri adalah Heiner Chelius, yang setelah perang pindah ke Melbourne (Australia) dan kemudian menjadi anggota kehormatan organisasi veteran "Rats of Tobruk". Foto ini sendiri diambil di posisi II.Abteilung / Artillerie-Regiment 33 (motorisiert) / 15.Panzer-Division di sekitar Tobruk bulan April 1941
Unteroffizier Helmuth Orschiedt (kedua dari kiri) bersama dengan rekan-rekannya dari Artillerie-Regiment 33 (motorisiert) / 15.Panzer-Division yang berhenti sebentar untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan panjang sejauh 800 kilometer melalui Cyrenaica menuju Tobruk, Mei 1941. Dengan sebab yang tak diketahui mereka diperintahkan untuk keluar dari jalan beraspal Via Balbia dan meneruskan perjalanan melalui jalan pasir berdebu yang meninggalkan bekas kotor di seragam dan wajah! Perhatikan bahwa setidaknya dua orang dalam foto ini (Orschiedt dan rekan di sebelah kanannya) mengenakan tropenhelm "Belanda" di kepala mereka. Foto ini sendiri diambil menggunakan kamera milik Orschiedt yang direkam dengan selftimer
Tak lama setelah tiba di Afrika Utara dan berlabuh di Tripoli/Libya di pertengahan bulan Mei 1941 setelah perjalanan menggunakan konvoy kapal laut dari Napoli/Italia, I.Abteilung / Artillerie-Regiment 33 (motorisiert) / 15.Panzer-Division mengambil posisi sekitar 5km di selatan Benteng Capuzzo di perbatasan Libya-Mesir, tepat di belakang bentangan pagar kawat berduri yang menandai batas kedua negara. Detasemen tersebut sebelumnya berangkat menuju front dengan menggunakan jalan menyusuri pantai menggunakan jalan beraspal Via Balbia yang kemudian dilanjutkan dengan jalan penuh berdebu menuju Tobruk (Detasemen kedua dan ketiga telah tiba terlebih dahulu dan mengambil posisi di sekeliling Tobruk). Untuk memperkuat baterai-baterai artileri, mereka menggunakan dinding pertahanan yang terbuat dari batu. Tempat para penembak meriam pun dibuat dengan menggunakan tumpukan batu karena tanah yang mereka tempati sepenuhnya adalah berbatu! Pada awalnya tidak ada pertempuran yang berlangsung karena pasukan Inggris telah melarikan diri jauh ke Mesir. Untuk melindungi diri dari panas yang menyengat, anggota I. Abteilung mendirikan tenda di belakang posisi artileri yang mereka namakan sebagai "Seelig's Nachtlokal" (Klub Malam Selig), yang namanya diambil dari Ludwig Seelig yang merupakan gunner asal Mainz di I. Abteilung dan merupakan veteran Pertempuran Prancis tahun 1940. Seelig sendiri adalah orang yang selalu ceria di setiap waktu dan tak pernah kehilangan ide untuk menghibur teman-temannya. Foto ini memperlihatkan para anggota I. Abteilung sedang berteduh di "Seelig's Nachtlokal". Orang yang sedang menunduk kedua dari kanan adalah Feldwebel Spang (Geschutz-Führer), sementara yang memakai tropenmütze kedua dari kiri adalah Unteroffizier Helmuth Orschiedt (Kanonier). Foto ini sendiri diambil menggunakan kamera milik Orschiedt
Generalleutnant
Erwin Rommel (Kommandierender General Deutsches Afrikakorps)
bersama dengan staff-nya dalam inspeksi ke posisi meriam-meriam artileri
milik I.Abteilung / Artillerie-Regiment 33 (motorisiert) /
15.Panzer-Division di Front Sollum, Mei/Juni 1941. Persis di belakang
Rommel menghadap kamera sambil nyengir
kecoak adalah Major Lucius Günther Schrivenbach (kelahiran 12 September
1911). Dia bertugas mendampingi sang "Rubah Gurun" di sepanjang kampanye
di Afrika Utara, dilanjutkan dengan Prancis tahun 1944. Setelah itu
Schrivenbach ditempatkan sebagai Stabsoffizier untuk
Generalfeldmarschall Gerd von Rundstedt sampai dengan akhir perang. Foto
oleh Fritz Sturm
Unteroffizier Helmuth Orschiedt (Kanonier in der I.Abteilung / Artillerie-Regiment 33 [motorisiert] / 15.Panzer-Division) menulis surat untuk keluarganya di tanah air Jerman, perbatasan Libya-Mesir di bulan Mei 1941. Dia mengenakan tropenhelm (helm tropis) "Niederlande" hasil rampasan dari Belanda pada tahun 1940. Meskipun suplai perbekalan menjadi masalah besar bagi Afrikakorps karena gangguan konstan Sekutu dari laut dan udara, tapi bisa dibilang bahwa pengiriman surat dan parsel tidak terlalu banyak berpengaruh dan tetap berjalan secara rutin (kemungkinan karena kebanyakan dikirim lewat udara yang lebih aman). Orschiedt bahkan mengenang bahwa ibunya biasa mengirim kue-kue kering yang selalu datang dalam keadaan bagus dan renyah! Foto ini diambil oleh temannya yang menggunakan kamera milik Orschiedt
Bersama dengan para perwira staffnya, pada tanggal 2 Juli 1941 General der Panzertruppe Erwin Rommel (kiri, Kommandierender General Deutsches Afrikakorps) melakukan kunjungan ke markas I.Bataillon / Schützen-Regiment 104 / 15.Panzer-Division di wilayah Sollum, yang berada di perbatasan Libya-Mesir. Dalam kunjungan ini, secara khusus "Der Wüstenfuchs" (Sang Rubah Gurun) memberi selamat kepada komandan batalyon tersebut, Hauptmann der Reserve Wilhelm Bach (berjalan paling depan bersama Rommel), yang dalam pertempuran satu bulan sebelumnya berhasil menahan serbuan pasukan tank Inggris yang berusaha menerobos Halfaya Pass demi untuk membebaskan rekan-rekan mereka yang terkepung di Tobruk, dalam sebuah serangan massal yang dinamakan Operation Battleaxe (15-17 Juni 1941). Diantara Rommel dan Bach adalah Oberst Maximilian von Herff (Kommandeur Schützen-Regiment 115). Selama tiga hari penuh Bach dan anakbuahnya menahan serangan bergelombang musuh, dengan hanya bermodalkan satu peleton meriam Flak 88 sebagai senjata utama mereka. Meskipun Rommel sendiri telah memerintahkan agar sang Bataillonskommandeur mundur ke lokasi pertahanan yang lebih memadai "bila memungkinkan", Bach menginterpretasikan kata-kata terakhir dengan tindakan sebaliknya: melakukan serangan balasan yang berhasil memukul mundur pasukan Inggris! Atas prestasi fenomenal tersebut, Bach - yang merupakan mantan pendeta (!) - dianugerahi medali bergengsi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 9 Juli 1941, hanya berselang seminggu setelah foto ini diambil. Flak 88 sendiri aslinya adalah meriam anti pesawat terbang, tapi bisa sama bagusnya saat digunakan untuk menghantam target tank di darat. BTW, di bulan April 1941 - yang hanya berselang satu bulan setelah Rommel tiba di Afrika Utara - pasukan Jerman berhasil mengalahkan tentara penyerbu Inggris dan mengusirnya dari Libya, kecuali satu garnisun ANZAC keras kepala yang tetap bertahan di kota pelabuhan Tobruk (meskipun dikepung oleh gabungan pasukan Italia dan Afrikakorps Jerman). Selama satu tahun berikutnya, penguasaan kembali Tobruk menjadi obsesi terbesar Rommel karena tanpanya maka semua usaha pihak Jerman untuk menguasai Mesir akan sia-sia belaka. Ketika kota pelabuhan tersebut akhirnya diduduki pada bulan Juni 1942, Hitler yang berterimakasih mengganjar Rommel dengan kenaikan pangkat luar biasa menjadi Generalfeldmarschall
15. Panzer-Division di Afrika Utara: Prajurit-prajurit Afrikakorps dari Panzer-Pionier-Bataillon 33 menaiki sebuah Panzerkampfwagen III Ausf.G "632" milik 6.Kompanie / II.Abteilung / Panzer-Regiment 8 untuk ikut berpartisipasi dalam serangan pendahulu ke pertahanan Sekutu di sekitar Tobruk, Libya, bulan Oktober 1941. Satuan zeni tempur ini melengkapi diri dengan senjata yang lebih beragam dibandingkan dengan unit infanteri standar, diantaranya adalah penggunaan penyembur api dari jenis Flammenwerfer 35, drum amunisi senapan mesin, tabung berisi cadangan laras MG 34, dan kantong pengangkut stielhandgranate. Di sebelah kanan kita bisa melihat prajurit lain, yang kemungkinan adalah komandan skuad, yang menyimpan senapan mesin MP-40 atau 38 di atas kubah tank sebelum memanjatnya. Uniknya, para prajurit ini masing-masing dilengkapi dengan dua pelples air dan bukannya satu seperti biasanya! Mereka juga mengenakan cover helm berwarna pasir untuk meminimalisir efek pantulan saat terkena sinar matahari
Unteroffizier Helmuth Orschiedt (Kanonier in der I.Abteilung / Artillerie-Regiment 33 [motorisiert] / 15.Panzer-Division) menulis surat untuk keluarganya di tanah air Jerman, perbatasan Libya-Mesir di bulan Mei 1941. Dia mengenakan tropenhelm (helm tropis) "Niederlande" hasil rampasan dari Belanda pada tahun 1940. Meskipun suplai perbekalan menjadi masalah besar bagi Afrikakorps karena gangguan konstan Sekutu dari laut dan udara, tapi bisa dibilang bahwa pengiriman surat dan parsel tidak terlalu banyak berpengaruh dan tetap berjalan secara rutin (kemungkinan karena kebanyakan dikirim lewat udara yang lebih aman). Orschiedt bahkan mengenang bahwa ibunya biasa mengirim kue-kue kering yang selalu datang dalam keadaan bagus dan renyah! Foto ini diambil oleh temannya yang menggunakan kamera milik Orschiedt
Bersama dengan para perwira staffnya, pada tanggal 2 Juli 1941 General der Panzertruppe Erwin Rommel (kiri, Kommandierender General Deutsches Afrikakorps) melakukan kunjungan ke markas I.Bataillon / Schützen-Regiment 104 / 15.Panzer-Division di wilayah Sollum, yang berada di perbatasan Libya-Mesir. Dalam kunjungan ini, secara khusus "Der Wüstenfuchs" (Sang Rubah Gurun) memberi selamat kepada komandan batalyon tersebut, Hauptmann der Reserve Wilhelm Bach (berjalan paling depan bersama Rommel), yang dalam pertempuran satu bulan sebelumnya berhasil menahan serbuan pasukan tank Inggris yang berusaha menerobos Halfaya Pass demi untuk membebaskan rekan-rekan mereka yang terkepung di Tobruk, dalam sebuah serangan massal yang dinamakan Operation Battleaxe (15-17 Juni 1941). Diantara Rommel dan Bach adalah Oberst Maximilian von Herff (Kommandeur Schützen-Regiment 115). Selama tiga hari penuh Bach dan anakbuahnya menahan serangan bergelombang musuh, dengan hanya bermodalkan satu peleton meriam Flak 88 sebagai senjata utama mereka. Meskipun Rommel sendiri telah memerintahkan agar sang Bataillonskommandeur mundur ke lokasi pertahanan yang lebih memadai "bila memungkinkan", Bach menginterpretasikan kata-kata terakhir dengan tindakan sebaliknya: melakukan serangan balasan yang berhasil memukul mundur pasukan Inggris! Atas prestasi fenomenal tersebut, Bach - yang merupakan mantan pendeta (!) - dianugerahi medali bergengsi Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes pada tanggal 9 Juli 1941, hanya berselang seminggu setelah foto ini diambil. Flak 88 sendiri aslinya adalah meriam anti pesawat terbang, tapi bisa sama bagusnya saat digunakan untuk menghantam target tank di darat. BTW, di bulan April 1941 - yang hanya berselang satu bulan setelah Rommel tiba di Afrika Utara - pasukan Jerman berhasil mengalahkan tentara penyerbu Inggris dan mengusirnya dari Libya, kecuali satu garnisun ANZAC keras kepala yang tetap bertahan di kota pelabuhan Tobruk (meskipun dikepung oleh gabungan pasukan Italia dan Afrikakorps Jerman). Selama satu tahun berikutnya, penguasaan kembali Tobruk menjadi obsesi terbesar Rommel karena tanpanya maka semua usaha pihak Jerman untuk menguasai Mesir akan sia-sia belaka. Ketika kota pelabuhan tersebut akhirnya diduduki pada bulan Juni 1942, Hitler yang berterimakasih mengganjar Rommel dengan kenaikan pangkat luar biasa menjadi Generalfeldmarschall
15. Panzer-Division di Afrika Utara: Prajurit-prajurit Afrikakorps dari Panzer-Pionier-Bataillon 33 menaiki sebuah Panzerkampfwagen III Ausf.G "632" milik 6.Kompanie / II.Abteilung / Panzer-Regiment 8 untuk ikut berpartisipasi dalam serangan pendahulu ke pertahanan Sekutu di sekitar Tobruk, Libya, bulan Oktober 1941. Satuan zeni tempur ini melengkapi diri dengan senjata yang lebih beragam dibandingkan dengan unit infanteri standar, diantaranya adalah penggunaan penyembur api dari jenis Flammenwerfer 35, drum amunisi senapan mesin, tabung berisi cadangan laras MG 34, dan kantong pengangkut stielhandgranate. Di sebelah kanan kita bisa melihat prajurit lain, yang kemungkinan adalah komandan skuad, yang menyimpan senapan mesin MP-40 atau 38 di atas kubah tank sebelum memanjatnya. Uniknya, para prajurit ini masing-masing dilengkapi dengan dua pelples air dan bukannya satu seperti biasanya! Mereka juga mengenakan cover helm berwarna pasir untuk meminimalisir efek pantulan saat terkena sinar matahari
Wachtmeister
(Sersan Artileri) Horst Fargel dari Bruchsal/Jerman menggosok punggung
Wachtmeister Hans Waechter dari Hassloch/Jerman menggunakan air dan
sabun. Suasana sedang sepi di sekitar Front El Alamein di bulan Oktober 1942 dan para anggota 5.Batterie /
II.Abteilung / Panzer-Artillerie-Regiment 33 / 15.Panzer-Division
memanfaatkan momen langka tersebut untuk membersihkan diri menggunakan
air yang dibawa oleh truk. Foto diambil oleh Fahnenjunker-Wachtmeister Helmuth
Orschiedt yang merupakan Vorwärtser Beobachter (Pengamat Depan/Forward Observer) di 5. Batterie
Oberst
Ernst-Günther Baade (Kommandeur Schützen-Regiment 115 /
15.Panzer-Division) berdiri di atas Panzerbefehlwagen III Ausf.F bersama
dengan anakbuahnya di medan perang Afrika Utara tahun 1942. Dia
mengenakan medali Deutsches Kreuz in Gold yang didapatkannya tanggal 2
November 1941, juga Allgemeines-Sturmabzeichen in Silber yang
didapatkannya tanggal 20 Agustus 1940. Foto oleh Kriegsberichter
Valtingojer
Perayaan Natal sederhana para anggota 5.Batterie / II.Abteilung / Panzer-Artillerie-Regiment 33 / 15.Panzer-Division, 25 Desember 1942. Walaupun mereka dalam keadaan mundur teratur dari Mesir setelah kekalahan di Front El Alamein, tapi prajurit-prajurit Afrikakorps umumnya masih mempunyai mental bertempur yang tinggi karena menganggap mereka kalah bukan karena masalah kualitas melainkan kalah kuantitas. Untuk merayakan hari itu dibagikan jatah ransum istimewa yang berisi roti tambahan, coklat, anggur merah (Meggy Z. kalee!), dan makanan-makanan lain yang biasanya sulit didapatkan dalam keadaan normal. Petugas yang berwenang sedang bermurah hati karena depot perbekalan sedang dikosongkan dan barang-barang yang tertinggal dimusnahkan dengan cara dibakar demi mencegah jatuh ke tangan musuh yang mengejar. Orang yang nyengir di tengah sambil memegang roti adalah Fahnenjunker-Wachtmeister Helmuth Orschiedt (Vorwärtser Beobachter alias Pengamat Depan/Forward Observer), sementara kedua dari kiri adalah Schütze Heimann asal Panrod/Taunus (Jerman) yang merupakan supir Orschiedt. Foto ini diambil dengan cara self-timer menggunakan kamera milik Orschiedt
Foto ini diambil di tempat latihan Panzer-Regiment 8 / 15.Panzer-Division di Sagan, Silesia (Jerman), dan memperlihatkan gambar menawan Panzerkampfwagen V Panther Ausf.D dari depan, yang memperlihatkan kekuatan serta keanggunannya. Meriam utama KwK42 L/70 kaliber 75mm yang dimilikinya bisa dibilang benar-benar mematikan, yang sanggup menembus lapisan baja setebal 88mm dari jarak dua kilometer!
Perayaan Natal sederhana para anggota 5.Batterie / II.Abteilung / Panzer-Artillerie-Regiment 33 / 15.Panzer-Division, 25 Desember 1942. Walaupun mereka dalam keadaan mundur teratur dari Mesir setelah kekalahan di Front El Alamein, tapi prajurit-prajurit Afrikakorps umumnya masih mempunyai mental bertempur yang tinggi karena menganggap mereka kalah bukan karena masalah kualitas melainkan kalah kuantitas. Untuk merayakan hari itu dibagikan jatah ransum istimewa yang berisi roti tambahan, coklat, anggur merah (Meggy Z. kalee!), dan makanan-makanan lain yang biasanya sulit didapatkan dalam keadaan normal. Petugas yang berwenang sedang bermurah hati karena depot perbekalan sedang dikosongkan dan barang-barang yang tertinggal dimusnahkan dengan cara dibakar demi mencegah jatuh ke tangan musuh yang mengejar. Orang yang nyengir di tengah sambil memegang roti adalah Fahnenjunker-Wachtmeister Helmuth Orschiedt (Vorwärtser Beobachter alias Pengamat Depan/Forward Observer), sementara kedua dari kiri adalah Schütze Heimann asal Panrod/Taunus (Jerman) yang merupakan supir Orschiedt. Foto ini diambil dengan cara self-timer menggunakan kamera milik Orschiedt
Foto ini diambil di tempat latihan Panzer-Regiment 8 / 15.Panzer-Division di Sagan, Silesia (Jerman), dan memperlihatkan gambar menawan Panzerkampfwagen V Panther Ausf.D dari depan, yang memperlihatkan kekuatan serta keanggunannya. Meriam utama KwK42 L/70 kaliber 75mm yang dimilikinya bisa dibilang benar-benar mematikan, yang sanggup menembus lapisan baja setebal 88mm dari jarak dua kilometer!
--------------------------------------------------------------------------
Unteroffizier Helmuth Orschiedt dari I.Abteilung / Artillerie-Regiment 33 (motorisiert) / 15.Panzer-Division dalam sebuah foto yang diambil pada tahun 1941, tak lama setelah kedatangannya di Afrika Utara. Dia mengenakan tropenuniform (seragam tropis) M40 versi awal dengan soutache merah artileri, termasuk dasi dan ikat pinggang khusus berbahan kanvas. Pemuda kelahiran 9 Mei 1923 ini adalah veteran pertempuran di Afrika yang bertugas sebagai Kanonier (penembak meriam). Dia berpangkat sebagai Gefreiter pada tahun 1940, Unteroffizier tahun 1940-1942, Fahnenjunker-Wachtmeister tahun 1942-1943, dan Feldwebel tahun 1944-1945
Sumber :
Buku "Panther" karya Thomas Anderson
Foto koleksi ECPAD Archive
Foto koleksi pribadi Blanluet Christophe www.afrika-korps.de
www.axishistory.com
www.deutsches-afrikakorps.blogspot.com
www.facebook.com
www.forum.axishistory.com
www.wehrmacht-awards.com
www.ww2awards.com
www.ww2colorfarbe.blogspot.com
No comments:
Post a Comment