Setiap divisi Wehrmacht mempunyai satu kompi medis (Sanitäts-Kompanie
atau Divisionsärzte) dengan satu orang Zahnarzt (dokter gigi) yang
biasanya berpangkat Leutnant sampai Hauptmann, meskipun kadang di satu
Divisionsärzte ada juga dua orang Zahnarzt yang bertugas. Bila di satu
divisi terdapat dua kompi medis, maka jumlah Zahnarzt-nya tetap satu
(atau dua, tergantung jumlah anggota divisi). Para dokter gigi ini
bekerja dibantu dengan asisten medis yang biasanya berpangkat bintara.
Selain itu, setiap Feldlazarett (Rumahsakit lapangan) juga mempunyai
seorang Zahnarzt-nya sendiri yang dibantu oleh asisten medis yang
dilatih khusus mengenai masalah kedokteran gigi. Markas dari
Feldlazarett batalyon mempunyai sampai 12 orang Zahnarzt berpangkat
perwira, sementara lebih jauh lagi ke garis belakang atau di heimat
(tanah air), rumah sakit militer atau sipil dilengkapi oleh ahli bedah
yang mengambil spesialisasi bedah gigi, bedah rahang, atau disiplin ilmu
"kegigian" lainnya, dan mereka pun mempunyai asisten medisnya
tersendiri. Waffen-SS mempunyai organisasi yang menginduk ke Wehrmacht,
meskipun di pertengahan dan akhir perang mereka juga mempunyai
organisasi kompi medis yang independen dan terpisah dari Wehrmacht
Foto ini pertama kali dipublikasikan dalam buku keluaran tahun 1943 yang berjudul "Balkenkreuz Über Wüstensand: Falbbirderwerk des Deutschen Afrikakorps" (Salib Balkan di Atas Pasir Gurun: Buku Gambar Berwarna dari Afrikakorps Jerman) karya Gerhard Stalling. Dia memperlihatkan seorang perwira Luftwaffe dengan pangkat Oberleutnant sedang bermain kartu di padang pasir Afrika Utara sambil merokok. Cukup ironis mengingat bahwa dia sebenarnya adalah seorang petugas medis yang berhubungan erat dengan kesehatan (perhatikan simbol ular kadut melilit tongkat di schulterklappen-nya)! Untuk seorang perwira medis (Sanitätsoffizier), pangkat yang setara dengan Oberleutnant (Letnant Satu) adalah Oberarzt. Tampaknya dia telah ikut dalam aksi pertempuran, yang terlihat dari pita Eisernes Kreuz II.Klasse di kancing seragamnya. Dia juga mengenakan "knautschmütze" (crusher cap) versi Luftwaffe, yang pada dasarnya adalah schirmmütze (visor cap) yang diremas sampai lemas (pikirannya jangan kemana-mana!)
Foto ini pertama kali dipublikasikan dalam buku keluaran tahun 1943 yang berjudul "Balkenkreuz Über Wüstensand: Falbbirderwerk des Deutschen Afrikakorps" (Salib Balkan di Atas Pasir Gurun: Buku Gambar Berwarna dari Afrikakorps Jerman) karya Gerhard Stalling. Dia memperlihatkan seorang perwira Luftwaffe dengan pangkat Oberleutnant sedang bermain kartu di padang pasir Afrika Utara sambil merokok. Cukup ironis mengingat bahwa dia sebenarnya adalah seorang petugas medis yang berhubungan erat dengan kesehatan (perhatikan simbol ular kadut melilit tongkat di schulterklappen-nya)! Untuk seorang perwira medis (Sanitätsoffizier), pangkat yang setara dengan Oberleutnant (Letnant Satu) adalah Oberarzt. Tampaknya dia telah ikut dalam aksi pertempuran, yang terlihat dari pita Eisernes Kreuz II.Klasse di kancing seragamnya. Dia juga mengenakan "knautschmütze" (crusher cap) versi Luftwaffe, yang pada dasarnya adalah schirmmütze (visor cap) yang diremas sampai lemas (pikirannya jangan kemana-mana!)
Foto
yang memperlihatkan seorang prajurit RAD (Reichsarbeitsdienst)
berpangkat Feldmeister dengan perban di kepalanya yang terluka yang
diambil di Rusia tanggal 6 September 1941 ini dijual di ebay Jerman
dengan harga gila-gilaan: 465 Euro! Orang yang memotretnya bernama
Klinzy, dan saya tidak tahu apakah dia seorang Kriegsberichter
(Koresponden Perang) atau bukan, meskipun kemungkinan besar dia adalah
prajurit biasa karena keamatirannya terlihat dengan adanya bayangan dia
yang "ngebelegedeg" di foto ini!
Seorang Hauptmann Heer dengan tangan yang terbebat perban di Front Timur selama berlangsungnya Operasi Barbarossa tahun 1941. Karena lukanya dirasa tidak terlalu berat, dia memutuskan untuk tetap mendampingi anakbuahnya di front dan tidak pergi ke garis belakang untuk mendapatkan perawatan lanjutan
Foto berwarna asli masa Perang Dunia II ini diambil di Front Timur pada tahun 1942 dan memperlihatkan seorang prajurit Heer (Angkatan darat Jerman) yang putus lengan kirinya oleh ledakan bom. Rekan-rekannya berusaha membantu melakukan pertolongan pertama, termasuk seorang anggota Sanitäter (medis) yang memakai pita lengan dengan lambang palang merah. Untuk mencegah infeksi di lokasi luka biasanya digunakan bubuk sulfa karena pada masa Perang Dunia II Jerman tidak memakai Penisilin (meskipun Penisilin telah ditemukan bertahun-tahun sebelumnya oleh Alexander Fleming saat bekerja di rumah sakit London). Seorang Sanitäter Wehrmacht - apalagi di Front Timur yang terkenal brutal - rata-rata dibekali dengan pistol yang akan digunakan untuk bertempur hanya dalam keadaan darurat alias kepepet. Meskipun secara resmi dilabeli sebagai "bukan prajurit tempur" oleh Konferensi Jenewa (selain dari Pendeta Militer), tapi di tengah-tengah kontak-senjata yang berkecamuk biasanya sulit dibedakan antara prajurit biasa atau prajurit medis (meski telah dilengkapi oleh pita lengan atau tanda palang merah di helm)
Seorang Hauptmann Heer dengan tangan yang terbebat perban di Front Timur selama berlangsungnya Operasi Barbarossa tahun 1941. Karena lukanya dirasa tidak terlalu berat, dia memutuskan untuk tetap mendampingi anakbuahnya di front dan tidak pergi ke garis belakang untuk mendapatkan perawatan lanjutan
Sumber :
www.forum.leslufteaux.com
www.wehrmacht-awards.com
www.ww2colorfarbe.blogspot.com
No comments:
Post a Comment