Thursday, May 8, 2014

Operasi Paukenschlag (Januari 1942 - Agustus 1942) alias "Masa-Masa Bahagia Kedua"



 Oleh : Steve Edpin

"Masa-masa bahagia kedua" merupakan istilah yang digunakan oleh para awak kapal selam Jerman dalam keberhasilannya di Samudera Atlantik untuk yang kedua kalinya. Namun, kali ini target mereka adalah kapal-kapal musuh di perairan Amerika Serikat. Periode masa-masa bahagia kedua ini beraneka ragam dari sumber-sumber yang ada. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ‘kebahagiaan’ ini berlangsung dari tahun 1942 sampai dengan 1943. Sedangkan sumber lain menyatakan periode ini hanya berlangsung delapan bulan dari Januari sampai Agustus 1942.

Keberhasilan tersebut merupakan bagian dari rencana darurat Operasi Paukenschlag, operasi ofensif terhadap jalur pelayaran di pesisir Atlantik Amerika Serikat. Operasi ini dijalankan hanya beberapa waktu setelah pernyataan perang terhadap Amerika Serikat dikumandangkan. Paukenschlag, secara harafiah berarti ‘pukulan genderang’. Maksud dari kata tersebut adalah, bahwa operasi ini dilakukan dalam beberapa gelombang yang mampu memukul kekuatan musuh berkali-kali layaknya pukulan genderang. Dalam operasi ini Angkatan Laut Jerman mempersiapkan 250 kapal selam yang siap tugas, namun hanya sembilan puluh yang dapat beroperasi. Sayangnya, dari sembilan puluh kapal ini, sekitar enam puluh telah disebar di Samudera Atlantik. Diperparah lagi dengan operasi jarak jauh, hanya kapal selam Tipe IX* yang dapat digunakan dengan efektif. Sebanyak dua belas kapal selam Tipe IX yang diminta untuk menjalankan operasi ini, tapi hanya enam yang dialokasikan. Enam kapal selam tersebut adalah: U-66, U-109, U-123, U-125, U-128, dan U-130. Namun U-128 mengalami gangguan yang menyebabkannya tidak layak operasi, sehingga tersisa lima kapal selam yang operasional.

Kelima kapal yang siap operasi ini diisi penuh dengan bahan bakar, makanan, amunisi dan berlayar dari pangkalannya di Lorient, Prancis seminggu sebelum Hari Natal 1941. Setiap kapal memiliki perintah yang disegel dan baru boleh dibuka setelah melintasi 20° BB, di mana tiap kapal mengambil jalurnya masing-masing ke pantai utara Amerika. Stasiun pemantau Inggris mendapatkan sinyal gerombolan kapal selam tersebut. Setelah membaca arah mereka, Inggris langsung memberikan peringatan bahaya ke Amerika Serikat. Namun pihak Amerika Serikat tidak melakukan apa-apa. Perjalanan ditempuh dalam waktu dua minggu lebih untuk mencapai perairan Amerika.

Tugas utama dari kapal-kapal selam ini adalah perbatasan pesisir Atlantik Utara yang terbentang dari perairan Maine sampai Carolina Utara. Pada saat itu kekuatan Angkatan Laut AS dan Angkatan Udara AS tidak memiliki kapasitas yang baik dalam pertempuran melawan kapal selam. Lampu-lampu navigasi kapal yang seharusnya dimatikan tetap dalam keadaan menyala. Saran dari Inggris untuk menghindari rute-rute yang umum digunakan diabaikan. Kegiatan untuk melakukan patroli anti-kapal selam menggunakan kapal-kapal dan pesawat-pesawat yang tersedia pun tidak dilaksanakan. Hanya sedikit, atau bahkan tidak ada sama sekali upaya yang dilakukan Amerika Serikat dalam melawan ancaman kapal selam Jerman ini. Beberapa di antaranya karena alasan yang bersifat politik dan tidak dijelaskan di sini untuk mempersingkat cerita. Bahkan setelah jatuhnya korban pun, tidak ada upaya untuk melakukan investigasi lokasi kapal selam Jerman. Sebagai contoh, pada tanggal 14 Januari 1942 U-123 berhasil menenggelamkan sasaran keduanya dalam operasi ini, sebuah kapal tanker Panama seberat 9500 ton di dekat Long Island di negara bagian New York. Namun, tidak ada upaya yang dilakukan kapal-kapal perang untuk menginvestigasi lokasi. Padahal ada tiga belas kapal perusak yang sedang berlabuh di New York. Di hari berikutnya, U-123 menenggelamkan kapal tanker milik Inggris di Tanjung Sandy Hook dan melanjutkan perjalanannya ke New Jersey.

Kapal-kapal selam ini mendapatkan mangsa-mangsa empuk selama Operasi Paukenschlag. Saat hari terang mereka berlayar di bawah permukaan air. Saat hari gelap mereka naik ke permukaan untuk menghabisi mangsanya. Dalam menjalankan operasi ini, seringkali kapal selam berada hanya beberapa meter dari dasar laut. Saat melancarkan serangan, mereka juga diterangi oleh cahaya dan bayang-bayang perkotaan karena dekatnya medan operasi dengan perkotaan di sepanjang pesisir Atlantik Amerika. Dengan sedikitnya perlawanan, seringkali kapal musuh diserang dari permukaan menggunakan meriam dek dan menghemat persediaan torpedo.

Keberhasilan dari gelombang pertama operasi ini adalah sebagai berikut (diurutkan sesuai dengan jumlah tonase dari yang terbesar):
- U-123 (Reinhard Hardegen) berhasil menenggelamkan tujuh kapal dengan total 46.744 ton sampai kehabisan torpedo dan kembali ke pangkalan. Sumber lain menyebutkan sembilan kapal dengan total 53.173 ton (kemungkinan dua di antaranya berhasil dirusak).
- U-130 (Ernst Kals) berhasil menenggelamkan enam kapal dengan total 36.988 ton.
- U-66 (Robert-Richard Zapp) berhasil menenggelamkan lima kapal dengan total 33.456 ton.
- U-109 (Heinrich Bleichrodt) berhasil menenggelamkan empat kapal dengan total 27.651 ton.
- U-125 (Ulrich Folkers) dalam patroli pertamanya menenggelamkan satu kapal yang memiliki berat hanya 6.666 ton, dan mendapat teguran dari Dönitz.

Setelah meraih keberhasilan ini, pada tanggal 6 Februari mereka berlayar kembali menuju pangkalan di Lorient. Banyak komandan kapal selam berpengalaman yang terlibat di gelombang-gelombang berikutnya, seperti Erich Topp dan Adalbert Schnee. Gelombang berikutnya juga dilancarkan dengan kapal selam tambahan termasuk kapal selam Tipe VII. Sebagian varian dari Tipe VII efektif digunakan untuk menyerang konvoi namun tidak cocok digunakan untuk operasi jarak jauh. Akibatnya, kapal-kapal selam Tipe VII ini digunakan untuk operasi jarak jauh dengan melakukan tindakan yang tidak biasa: ruang-ruang yang tersedia dipenuhi dengan persediaan makanan, beberapa tanki-tanki udara segar diisi dengan bahan bakar, dan perjalanan menyeberangi Samudera Atlantik dilakukan dengan kecepatan lambat menggunakan satu mesin. Karena bertambahnya jumlah kapal selam, medan operasi dapat diperluas sampai ke Teluk Meksiko dan Laut Karibia, dengan sasaran utamanya adalah kapal tanker yang berkeliaran antara Venezuela dan Amerika Serikat.

Dalam operasi di perairan Amerika, Kriegsmarine kehilangan tujuh kapal selam selama enam bulan pertama. Lima di antaranya hilang bersama seluruh awak kapal.

Berikut adalah sebuah artikel mengenai operasi ofensif kapal selam kekuatan Poros di Pantai Timur Amerika sebagai salah satu bagian dari Operasi Paukenschlag. Foto-foto dalam artikel ini diambil oleh koresponden perang yang terlibat dalam operasi tersebut, dan belum pernah secara resmi didokumentasikan atau dipublikasikan.

Di bawah ini adalah terjemahan artikel ke bahasa Indonesia.

Judul: Kapal-kapal selam di Pantai Timur Amerika

Kapal-kapal selam Jerman menghantam dengan keras jalur perkapalan musuh. Kapal-kapal selam kekuatan Poros beroperasi di Pantai Timur Amerika, di Laut Karibia, di Teluk Meksiko, dan bahkan di muara sungai St. Lorenz, dan membuat persediaan kapal musuh menyusut. Pertempuran di laut terus mengikis Inggris dan Amerika Serikat, dan menjadi bencana untuk mereka.



KETERANGAN ILUSTRASI
Kiri Atas: Meriam dek sebuah kapal selam Italia dalam penyerangannya dari permukaan air** terhadap kapal barang musuh.

Kiri Bawah: Dua torpedo mengenai sebuah kapal uap yang terisi penuh dengan perlengkapan perang. Beberapa menit kemudian, kapal tersebut dilalap api yang menerangi gelapnya laut di malam hari.

Kanan Atas: Dua kapal selam Jerman bertemu satu sama lain di luasnya Samudera Atlantik. Kapal-kapal tersebut berlayar berdekatan, saling bertukar salam, berbagi pengalaman, dan setelah itu mengambil arahnya masing-masing untuk melanjutkan perburuannya.

Kanan Tengah: Sebuah kapal tanker Amerika ditorpedo dan tenggelam di negara bagian New Jersey, 18 mil laut dari Pantai Amerika.

Kanan Bawah: “Tepat sasaran di buritan!” Kumpulan asap, air, dan bensin yang terbakar – menyerupai air mancur – memancar dari kedalaman air.

SUMBER FOTO
- koleksi pribadi, ‘Wiener Illustrierte Zeitung’, no. 31, tahun edisi 61, terbitan 5 Agustus 1942

CATATAN KAKI
* Varian pertama dari kapal selam Tipe IX, Tipe IXA, merupakan pengembangan lebih lanjut dari kapal selam Tipe IA. Kapal selam Tipe IX merupakan kapal selam yang khusus didesain untuk operasi jarak jauh. Jangkauan dan potensi kinerja didongkrak agar mampu beroperasi dengan maksimal. Dalam pertempuran, Tipe IX memiliki persenjataan yang lebih baik karena mampu membawa torpedo sebanyak 22 buah, dibanding dengan Tipe VII yang hanya mampu membawa sebelas sampai empat belas buah torpedo saja. Kecepatan Tipe IX di permukaan lebih baik dibandingkan Tipe VII, namun sebaliknya untuk kecepatan bawah air.

** Dalam menyerang kapal musuh, ada dua taktik utama yang digunakan kapal selam: dari bawah permukaan air dan dari permukaan air. Dibutuhkan kesabaran ekstra dalam melakukan taktik penyerangan tersebut, khususnya untuk taktik penyerangan dari permukaan air. Kapal selam harus terus membuntuti dan memasang mata pada targetnya. Saat matahari terbenam, barulah kapal selam naik ke permukaan untuk melancarkan serangannya, yang bisa diserang dengan torpedo atau dengan meriam dek. Serangan harus dilakukan dengan cepat. Setelah itu, kapal selam harus kembali menyelam sebelum matahari terbit dan kapal perusak musuh datang ke lokasi. Taktik ini tidak dapat digunakan jika targetnya adalah konvoi yang dikawal karena minimnya sistem pertahanan kapal selam. Selain itu, taktik ini hanya efektif dilakukan selama periode 1939-1942, karena setelah itu kapal selam kekuatan Poros benar-benar lumpuh dengan semakin meningkatnya taktik penyerangan anti-kapal selam yang dilakukan Sekutu (seperti taktik bergerombol dalam menyerbu kapal selam) dan sistem persenjataan anti-kapal selam Sekutu yang semakin efektif (seperti mortar Hedgehog).


Sumber :



No comments: