Saya share sedikit topik yang cukup jarang disentuh, yaitu peranan wanita-wanita Jerman dalam Angkatan Bersenjatanya. Sekaligus juga sebagai selingan di panasnya pertempuran. Tapi untuk memperpendek artikel, saya hanya akan menceritakan satu bagian dari pasukan wanita tersebut. Silahkan dinikmati.
SEJARAH SINGKAT PERANAN PARA WANITA DALAM ANGKATAN BERSENJATA JERMAN
Wanita-wanita Jerman tidak diperkenankan dalam pertempuran layaknya para pria karena hal ini bertentangan dengan ide nasional sosialis Jerman. Bahkan di akhir tahun peperangan, pada tanggal 5 September 1944, sebuah perintah (Departemen Umum Komando Tinggi Angkatan Bersenjata Jerman Urutan 26/27 Nomor 1694/44 Rahasia) dikeluarkan yang menyatakan bahwa pada dasarnya, wanita tidak ikut berpartisipasi dalam pertempuran menggunakan senjata api, dan status mereka sebagai kombatan terbatas hanya untuk menyampaikan perintah atau berdinas sebagai kru persenjataan atau peralatan, seperti pembantu sinyal* dan pembantu persenjataan anti-udara.
Bahkan dalam hal keperawatan pun, Angkatan Bersenjata Jerman tidak memiliki korps perawatnya sendiri, melainkan diambil dari Palang Merah Jerman di bawah pengawasan Pelayanan Medis Angkatan Bersenjata Jerman. Namun ada satu pengecualian ketika wanita digunakan Luftwaffe sebagai kru persenjataan anti-udara bersama-sama dengan para prajurit dalam tugasnya melindungi tanah air.
Para perencana sebelum perang tidak pernah mempertimbangkan untuk membentuk satuan wanita dalam tubuh Angkatan Bersenjata Jerman. Baru setelah pertempuran di Prancis berakhir di tahun 1940, administrasi wilayah Eropa Barat diberikan kepada Angkatan Darat, yang akhirnya juga meluas ke wilayah Eropa Utara, Timur, dan Tenggara. Karenanya, perekrutan personil wanita secara besar-besaran dirasa perlu untuk menjalankan tugas-tugas administrasi, sekaligus untuk mengurangi jumlah pria dalam tugas administrasi sehingga dapat digunakan untuk bertempur. Pada tanggal 1 Oktober 1940 Korps Wanita Pembantu Sinyal didirikan, diikuti dengan Korps Pembantu Perawatan pada tahun 1941 untuk menjalankan tugas kesejahteraan sosial, Korps Pembantu Staf pada tahun 1942 untuk menjalankan tugas administrasi dan kesekretariatan, dan Wanita Penjinak Kuda pada tahun 1943 untuk melatih kuda agar dapat digunakan dalam pertempuran.
Akan tetapi perekrutan dengan cara sukarela tidak memenuhi jumlah yang dibutuhkan. Akibatnya, di tahun 1941 negara mengeluarkan peraturan (Hukum Dinas Tempur dan Hukum Dinas Tempur Darurat) yang mewajibkan semua wanita yang berumur 18 sampai 40 tahun tanpa komitmen keluarga (contoh: belum menikah) untuk wajib masuk ke dalam satuan-satuan wanita. Baru pada tahun 1944, tepatnya pada tanggal 29 November, seluruh satuan pembantu wanita dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, berhasil diintegrasikan ke dalam Korps Wanita Pembantu Angkatan Bersenjata.
Di akhir tahun 1944 sebuah rencana dibuat untuk mengoptimalkan satuan wanita dan tambahan personil sebanyak 150.000 wanita dibutuhkan. Tepat satu hari sebelum penyerahan Jerman, pada tanggal 7 Mei 1945, satuan pembantu wanita dibubarkan, dan seluruh wanita di dalamnya dibebastugaskan, yang juga menyelamatkan mereka dari penangkapan dan kamp-kamp tahanan perang.
NACHRICHTENHELFERINNEN DES HEERES
Nachrichtenhelferinnen des Heeres (Para Pembantu Sinyal Wanita Angkatan Darat) dibentuk berdasarkan perintah Angkatan Darat pada tanggal 1 Oktober 1940 (Informasi Angkatan Darat Umum, Tahun 1940 Nomor 1085). Sebagian besar anggotanya diambil dari para sukarelawati Palang Merah Jerman. Mereka lalu disatukan ke dalam Angkatan Darat dan dilatih khusus untuk menjadi para pembantu sinyal.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pertama-tama pendaftaran dilakukan secara sukarela. Namun cara ini tidak dapat memenuhi jumlah yang dibutuhkan, sehingga pada akhirnya, di tahun 1941, diberlakukan wajib ‘militer’ bagi para wanita berumur 18 sampai 40 tahun tanpa komitmen keluarga, sesuai dengan peraturan negara (Hukum Dinas Tempur dan Hukum Dinas Tempur Darurat).
Sekolah pelatihan didirikan di Giessen, di wilayah bagian Hesse. Para wanita ini dilatih di bawah pengawasan langsung dari para pria dari satuan sinyal. Setelah terlatih, umumnya mereka disebar untuk bekerja di negara-negara yang telah dikuasai. Tugas mereka mencakup operator telepon, operator radio, operator papan hubung, penulis telex, dan penerima telex. Mereka juga memiliki tugas yang berhubungan dengan kantor-kantor pusat Angkatan Darat, pusat-pusat administrasi Angkatan Darat, dan lain sebagainya yang menjalankan berbagai jaringan komunikasi. Mereka juga dapat digunakan untuk bekerja di tanah air Jerman, hanya jika pekerja biasa tidak dapat dipekerjakan karena alasan keamanan negara. Dengan demikian, para wanita ini diorganisir secara militer dan tinggal di akomodasi-akomodasi/barak-barak yang dikenal dengan Kameradschaftsheimen**.
Di bawah ini adalah terjemahan sebuah artikel mengenai para pembantu wanita dalam Angkatan Darat dan Angkatan Laut:
GAMBAR KIRI
Judul: Pertama kalinya dalam seragam dinas. Para pembantu wanita dalam Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
GAMBAR KANAN
Judul: Kami membantu Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
KETERANGAN ILUSTRASI
Atas: Hari Natal. Para pembantu wanita Angkatan Laut yang masih muda memberikan mainan untuk anak-anak dari rekan-rekan mereka di waktu luang.
Tengah: Siap bertugas pada lensa. Sebuah pesan penting. Dia diam-diam mengamati, dan dengan suara tegas dia memberikan pesannya.
Bawah: Kontrol dengan stopwatch! Tidak gugup dan respon cepat adalah prasyarat. Pemimpin pelatihan memeriksa calon-calon staf tambahan Angkatan Darat dan Angkatan Laut, sebelum mereka disebar dalam formasi yang berbeda. Di dalam Kameradschaftsheim ini, para wanita merasa tangkas seperti di rumah sendiri. Disiplin keprajuritan tampak tidak hanya dengan cara mereka berseragam, tetapi juga dalam kepatuhan dan kesiapan dalam memenuhi tanggung jawab mereka.
SUMBER FOTO
- koleksi pribadi, ‘Kölnische Illustrierte Zeitung’, no. 49, tahun edisi 18, terbitan 9 Desember 1943
CATATAN KAKI
* Kata ‘sinyal’ merupakan terjemahan langsung dari Bahasa Jerman ‘Nachrichten’ yang memiliki banyak arti. Di antaranya adalah ‘sinyal’, ‘intelijen’, ‘berita’, ‘laporan’, dan ‘komunikasi’. Kata ‘sinyal’ sebenarnya tidak begitu tepat jika digunakan dalam Bahasa Indonesia, sehingga kata ‘komunikasi’ dapat digunakan sebagai pengganti.
** Kameradschaftsheim (jamak –heimen) secara harafiah berarti Rumah Persahabatan. Ini berasal dari kata Kameradschaft. Satu Kameradschaft Pembantu Sinyal Wanita Angkatan Darat terdiri dari sebelas orang pembantu di bawah satu orang pimpinan wanita.
Sumber :
www.facebook.com
No comments:
Post a Comment