389. Infanterie-Division dibentuk pada bulan Januari 1942 di Truppenübungsplatz Milowitz sebagai sebuah “Rheingold” - Divisi (1) yang dibentuk dalam 18. Welle (Gelombang ke-18). Divisi ini ikut menjadi bagian dari 6. Armee dalam pertempuran yang berubah menjadi bencana di Stalingrad. Setelah menyerah pada pasukan Soviet pada bulan Januari 1943, 389ID dibentuk ulang sebagai sebuah Kampfgruppe pada bulan Februari 1943 dan menjadi divisi penuh pada bulan April 1943. Untuk kedua kalinya dia terkepung dalam Kantong Cherkassy pada bulan Februari 1944, hanya kali ini berhasil melarikan diri dari sana. 389ID kemudian ditarik dari front dan dipersenjatai ulang sebagai bagian 24. Welle dari Schatten-Division Milowitz. Divisi ini akhirnya menyerahkan diri pada pasukan Soviet di Semenanjung Hela pada bulan April 1945
------------------------------------------------------------------------------
DIVISIONSKOMMANDEUR
Erich Magnus (1 November 1942 - 19 Januari 1943)
Generalmajor Erich Magnus (31 Juli 1892 - 6 Agustus 1979) pertama kali bergabung dengan Angkatan Darat Kekaisaran Jerman pada tanggal 1 April 1911. Dia ikut bertempur dalam Perang Dunia Pertama dan kemudian meneruskan karirnya di Reichswehr dan Wehrmacht. Pada saat Perang Dunia II pecah pada bulan September 1939, Magnus sudah berpangkat Oberstleutnant dan Kommandeur III.Bataillon / Infanterie-Regiment 12, yang dilanjutkan jabatan sebagai Kommandeur Infanterie-Regiment 131 (28 Oktober 1939 - 9 Juli 1940), Kommandeur Lehr-Abteilung II in der Infanterieschule (9 Agustus 1940 - 15 Juni 1942), dan Kommandeur Schule V für Offizieranwärter in der Infanterieschule Döberitz (15 Juni 1942 - 1 Agustus 1942). Pada tanggal 1 Oktober 1942 dia dipromosikan menjadi Generalmajor dan kemudian pada tanggal 1 November 1942 diangkat sebagai Kommandeur 389. Infanterie-Division yang sedang bertempur melawan Tentara Merah di Stalingrad. Ternyata kondisi pertempuran yang berat tidak cocok untuk Magnus, dan tak lama kemudian dia menderita keruntuhan mental (nervous breakdown) pada awal bulan Januari 1943 sehingga posisinya sebagai Divisionskommandeur digantikan oleh Generalmajor Martin Lattmann (yang juga rangkap jabatan sebagai Komandan 14. Panzer-Division). Beberapa sumber menyebutkan bahwa Magnus bahkan pura-pura sakit agar bisa diterbangkan keluar dari Stalingrad yang terkepung! Pada akhirnya dia tetap tinggal di kota tersebut, dan kemudian ditangkap oleh tentara Soviet bersama dengan sebagian besar pasukan Wehrmacht lainnya dari 6. Armee setelah kejatuhan kantong utara Stalingrad pada tanggal 2 Februari 1943. Dalam kamp tawanan, Magnus ditawari untuk bergabung dengan Nationalkomitee Freies Deutschland (NKFD), sebuah organisasi anti-Nazi yang dibentuk oleh Soviet untuk para tawanan Jerman berpangkat tinggi, tapi dia menolak dengan keras sehingga baru dilepaskan dari kamp tawanan pada tanggal 6 Oktober 1955 setelah menjadi tawanan selama 12,5 tahun! Istri tercintanya meninggal saat dia berada dalam penjara, dan dia menikah lagi pada tahun 1957 serta tinggal bersama dengan istri barunya di Hamburg. Mereka berdua terkenal sebagai penyuka musik dan merupakan pengunjung setia Hamburger Staatsopera. Medali dan penghargaan yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (12 Juni 1917) und I.Klasse (3 Juli 1918); Verwundetenabzeichen 1918 in Schwarz; Ritterkreuz des königlichen Hausordens von Hohenzollern mit Schwertern (20 Agustus 1918); Hamburg Hanseatenkreuz; Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918; Dienstauszeichnung der Wehrmacht IV.Klasse bis I.Klasse - 25 Jahre (Juli 1938); serta 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse
Erwin Gerlach (1 April 1943 - 12 November 1943)
Generalmajor Erwin Gerlach (29 Juni 1894 - 3 Desember 1957) adalah perwira artileri yang merupakan veteran Perang Dunia Pertama (1914-1918). Ketika perang usai dia melanjutkan karir militernya di Reichswehr, dan telah menjadi perwira staff dengan pangkat Oberstleutnant saat Perang Dunia II pecah di bulan September 1939. Penugasan lapangan pertamanya adalah sebagai Komandan Jäger-Regiment 83 (5 Januari 1943 - 31 Maret 1943), yang dilanjutkan dengan jabatan sebagai Komandan 389. Infanterie-Division (1 April 1943 - 12 November 1943). Setelah itu, Gerlach balik menempati posisi sebagai staff kantoran sampai dengan akhir perang, dengan jabatan terakhirnya adalah sebagai perwira di 1. Panzerarmee (2 Mei 1945 - 8 Mei 1945). Selama karir militernya yang panjang, tidak ada medali bergengsi yang diraihnya (Pour le mérite, Ritterkreuz atau Deutsches Kreuz in Gold). Foto ini sendiri diambil pada tahun 1944, dan memperlihatkan Generalmajor Gerlach di ruang kerjanya. Dari Weißer Dienstrock yang dikenakannya, kita bisa mengetahui bahwa foto ini diambil pada musim panas
------------------------------------------------------------------------------
"Ich hatt' einen Kameraden" (Saya punya Rekan Seperjuangan) adalah sebuah lagu sendu yang berasal dari tahun 1809 dan biasanya dinyanyikan di upacara pemakaman. Lagu ini masih dinyanyikan oleh Angkatan Bersenjata Jerman sampai saat ini. Bekas perban dan kain yang berserakan menunjukkan bahwa sebelumnya telah dilakukan upaya untuk menyelamatkan nyawa si prajurit malang, tapi... dran sein (waktunya telah tiba). Di dekatnya sekelompok prajurit dari 389. Infanterie-Division sedang menunggu perintah untuk bergerak. Di akhir bulan September 1942, 6. Armee telah kehilangan 7.700 orang prajuritnya yang terbunuh dan 31.000 lainnya luka-luka. Paulus telah kehilangan 10% dari anakbuahnya, dan tetap dia masih belum bisa menyingkirkan secara tuntas perlawanan gigih pasukan Rusia yang terkepung di Stalingrad. Padahal yang terburuk belum lagi dimulai: perebutan distrik industri di kota tersebut
------------------------------------------------------------------------------
DIVISIONSKOMMANDEUR
Erich Magnus (1 November 1942 - 19 Januari 1943)
Generalmajor Erich Magnus (31 Juli 1892 - 6 Agustus 1979) pertama kali bergabung dengan Angkatan Darat Kekaisaran Jerman pada tanggal 1 April 1911. Dia ikut bertempur dalam Perang Dunia Pertama dan kemudian meneruskan karirnya di Reichswehr dan Wehrmacht. Pada saat Perang Dunia II pecah pada bulan September 1939, Magnus sudah berpangkat Oberstleutnant dan Kommandeur III.Bataillon / Infanterie-Regiment 12, yang dilanjutkan jabatan sebagai Kommandeur Infanterie-Regiment 131 (28 Oktober 1939 - 9 Juli 1940), Kommandeur Lehr-Abteilung II in der Infanterieschule (9 Agustus 1940 - 15 Juni 1942), dan Kommandeur Schule V für Offizieranwärter in der Infanterieschule Döberitz (15 Juni 1942 - 1 Agustus 1942). Pada tanggal 1 Oktober 1942 dia dipromosikan menjadi Generalmajor dan kemudian pada tanggal 1 November 1942 diangkat sebagai Kommandeur 389. Infanterie-Division yang sedang bertempur melawan Tentara Merah di Stalingrad. Ternyata kondisi pertempuran yang berat tidak cocok untuk Magnus, dan tak lama kemudian dia menderita keruntuhan mental (nervous breakdown) pada awal bulan Januari 1943 sehingga posisinya sebagai Divisionskommandeur digantikan oleh Generalmajor Martin Lattmann (yang juga rangkap jabatan sebagai Komandan 14. Panzer-Division). Beberapa sumber menyebutkan bahwa Magnus bahkan pura-pura sakit agar bisa diterbangkan keluar dari Stalingrad yang terkepung! Pada akhirnya dia tetap tinggal di kota tersebut, dan kemudian ditangkap oleh tentara Soviet bersama dengan sebagian besar pasukan Wehrmacht lainnya dari 6. Armee setelah kejatuhan kantong utara Stalingrad pada tanggal 2 Februari 1943. Dalam kamp tawanan, Magnus ditawari untuk bergabung dengan Nationalkomitee Freies Deutschland (NKFD), sebuah organisasi anti-Nazi yang dibentuk oleh Soviet untuk para tawanan Jerman berpangkat tinggi, tapi dia menolak dengan keras sehingga baru dilepaskan dari kamp tawanan pada tanggal 6 Oktober 1955 setelah menjadi tawanan selama 12,5 tahun! Istri tercintanya meninggal saat dia berada dalam penjara, dan dia menikah lagi pada tahun 1957 serta tinggal bersama dengan istri barunya di Hamburg. Mereka berdua terkenal sebagai penyuka musik dan merupakan pengunjung setia Hamburger Staatsopera. Medali dan penghargaan yang diterimanya: 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse (12 Juni 1917) und I.Klasse (3 Juli 1918); Verwundetenabzeichen 1918 in Schwarz; Ritterkreuz des königlichen Hausordens von Hohenzollern mit Schwertern (20 Agustus 1918); Hamburg Hanseatenkreuz; Ehrenkreuz für Frontkämpfer 1914/1918; Dienstauszeichnung der Wehrmacht IV.Klasse bis I.Klasse - 25 Jahre (Juli 1938); serta 1939 spange zum 1914 Eisernes Kreuz II.Klasse und I.Klasse
Erwin Gerlach (1 April 1943 - 12 November 1943)
Generalmajor Erwin Gerlach (29 Juni 1894 - 3 Desember 1957) adalah perwira artileri yang merupakan veteran Perang Dunia Pertama (1914-1918). Ketika perang usai dia melanjutkan karir militernya di Reichswehr, dan telah menjadi perwira staff dengan pangkat Oberstleutnant saat Perang Dunia II pecah di bulan September 1939. Penugasan lapangan pertamanya adalah sebagai Komandan Jäger-Regiment 83 (5 Januari 1943 - 31 Maret 1943), yang dilanjutkan dengan jabatan sebagai Komandan 389. Infanterie-Division (1 April 1943 - 12 November 1943). Setelah itu, Gerlach balik menempati posisi sebagai staff kantoran sampai dengan akhir perang, dengan jabatan terakhirnya adalah sebagai perwira di 1. Panzerarmee (2 Mei 1945 - 8 Mei 1945). Selama karir militernya yang panjang, tidak ada medali bergengsi yang diraihnya (Pour le mérite, Ritterkreuz atau Deutsches Kreuz in Gold). Foto ini sendiri diambil pada tahun 1944, dan memperlihatkan Generalmajor Gerlach di ruang kerjanya. Dari Weißer Dienstrock yang dikenakannya, kita bisa mengetahui bahwa foto ini diambil pada musim panas
------------------------------------------------------------------------------
"Ich hatt' einen Kameraden" (Saya punya Rekan Seperjuangan) adalah sebuah lagu sendu yang berasal dari tahun 1809 dan biasanya dinyanyikan di upacara pemakaman. Lagu ini masih dinyanyikan oleh Angkatan Bersenjata Jerman sampai saat ini. Bekas perban dan kain yang berserakan menunjukkan bahwa sebelumnya telah dilakukan upaya untuk menyelamatkan nyawa si prajurit malang, tapi... dran sein (waktunya telah tiba). Di dekatnya sekelompok prajurit dari 389. Infanterie-Division sedang menunggu perintah untuk bergerak. Di akhir bulan September 1942, 6. Armee telah kehilangan 7.700 orang prajuritnya yang terbunuh dan 31.000 lainnya luka-luka. Paulus telah kehilangan 10% dari anakbuahnya, dan tetap dia masih belum bisa menyingkirkan secara tuntas perlawanan gigih pasukan Rusia yang terkepung di Stalingrad. Padahal yang terburuk belum lagi dimulai: perebutan distrik industri di kota tersebut
Dengan
mendapat perlindungan dari sebuah senjata serang StuG III 75mm, pasukan
infanteri dari 389. Infanterie-Division bergerak menuju distrik pabrik
yang merupakan pusat perlawanan pasukan Soviet di Stalingrad. Pada
tanggal 3 Oktober 1942 pihak Jerman menyerbu Pabrik Traktor "Krasny
Oktyabr" (Oktober Merah) menggunakan tiga divisi infanteri dan dua
divisi panzer dalam front sepanjang lima kilometer. Keesokan harinya
pabrik traktor tersebut diserang kembali secara habis-habisan oleh
pasukan gabungan dari 15. Panzer-Division, 60. Infanterie-Division
(motorisiert) dan 389. Infanterie-Division
Tiga buah foto ini memperlihatkan prajurit-prajurit infanteri dari 389. Infanterie-Division dengan penuh kewaspadaan bergerak di antara pabrik traktor "Krasny Oktyabr" (Oktober Merah) yang telah hancur di Stalingrad bulan Oktober 1942. Dalam pertempuran brutal memperebutkan pabrik tersebut, Divisi Senapan Jaga ke-37 Soviet mampu dipukul mundur oleh pasukan Wehrmacht, tapi mereka bertempur dengan luar biasa fanatik sehingga setiap jengkal dan meter wilayah harus dibayar dengan amat mahal oleh pihak penyerang. Granat tangan menjadi senjata "favorit" oleh kedua belah pihak. Pada sore tanggal 4 Oktober 1942, 389. Infanterie-Division baru berhasil menguasai satu blok flat di wilayah blok apartemen pabrik. Tapi tetap pasukan Soviet yang bertahan menolak untuk menyerah. Di waktu malam mereka akan menyerang balik pihak Jerman dengan roket-roket Katyusha yang memekakkan telinga, dan cukup berhasil dalam usahanya. Selama seminggu selanjutnya pertempuran yang sengit terus berlangsung nonstop. Pada tanggal 14 Oktober 1942, yang disebut-sebut sebagai "ofensif terakhir", General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee) mengirimkan lima divisi yang didukung oleh pesawat-pesawat Luftwaffe untuk menyerbu Krasny Oktyabr. Di sepanjang hari itu pertempuran berdarah-darah berlangsung di wilayah sekitar pabrik dan juga di dalamnya, dan di hari itu juga pasukan Wehrmacht kehilangan 2.000 orang prajurit terbaiknya yang terbunuh serta 40 tank!
Sarang senapan mesin Jerman di bagian dalam reruntuhan pabrik traktor Stalingrad, pertengahan bulan Oktober 1942. Unteroffizier di sebelah kiri bersenjatakan sebuah senapan Mosin-Nagant M-1898/30 7.62mm hasil rampasan dari Soviet, yang biasa disebut prajurit Jerman sebagai Gewehr 252(r). Puing-puing yang berserakan dan semrawut sama-sama memberikan perlindungan bagi pihak penyerang dan yang bertahan, juga perlindungan dari hujan tembakan artileri yang biasa disindir para Landser sebagai "Post Bekommen" (menerima surat)
Foto yang memperlihatkan kehancuran total salah satu pabrik di Stalingrad setelah pertempuran sengit yang terjadi disana. Selain akibat dari kontak senjata, banyak juga pasukan dari kedua belah pihak yang terluka karena kuku copot, lutut keseleo, pergelangan tangan memar-memar, serta tertimpa oleh puing-puing! Di pertengahan bulan Oktober 1942, saat panzer-panzer Wehrmacht berhasil menembus pertahanan kuat pihak Soviet, pasukan infanteri dari 389. Infanterie-Division bergerak masuk untuk menduduki sisa-sisa reruntuhan bangunan pabrik dan toko yang membentang sepanjang 2,5 kilometer!
Seorang perwira (kanan, membelakangi kamera), yang kemungkinan adalah Kompaniechef, dari 389. Infanterie-Division sedang memberikan perintah pada anakbuahnya selama berlangsungnya jeda dalam pertempuran memperebutkan Pabrik Traktor "Krasny Oktyabr" (Oktober Merah), bulan Oktober 1942. Dengan begitu tingginya angka korban di kalangan perwira, maka tidak aneh bila di kancah Stalingrad seorang bintara menjadi komandan kompi atau prajurit memimpin peleton! Dalam foto ini, bintara di tengah memegang sebuah senapan mesin MP 40 9mm (yang biasa dipanggil oleh Landser sebagai "Kugelspritze" alias penyemprot peluru), sementara prajurit di kiri depan membawa senapan semi otomatis SVT-40 7.62mm buatan Soviet - dengan nama Jerman Selbstladegewehr 259(r). Perhatikan muka-muka mereka yang super butek!
Foto ini telah tersebar luas di media internet serta buku yang membahas tentang Pertempuran Stalingrad (23 Agustus 1942 - 2 Februari 1943), dan dikatakan diambil pada tanggal 4 Oktober 1942 saat tentara Jerman berusaha merebut Volgogradski traktorni zavod (pabrik traktor Volgogradski) dari tangan Tentara Merah, yang mempertahankannya sampai titik darah penghabisan. Bagi orang yang mempelajari secara mendalam tentang sejarah Wehrmacht, maka akan didapati beberapa hal janggal - yang membawa pada kesimpulan bahwa foto ini tidaklah dibuat pada tahun 1942 di Stalingrad, melainkan pada periode setelahnya: (1) Prajurit di tengah membawa senjata MP 43 atau StG 44 (bukan prototipe Mkb 42 buatan Haenel/Walther), padahal senjata tersebut baru diproduksi pada tahun 1943; (2) Feldmütze M43 yang dikenakan oleh perwira di kanan yang menggenggam stielhandgranate baru diperkenalkan bulan Juni 1943, sementara foto ini diklaim diambil tujuh bulan sebelumnya; serta (3) Gaiter kaki yang dikenakan oleh perwira yang sama baru secara umum digunakan di akhir-akhir perang. Sebagai tambahan, dalam buku "Winter Storm: The Battle for Stalingrad and the Operation to Rescue 6th Army" karya Hans Wijers (halaman 28), terdapat identifikasi dari ketiga orang prajurit Pionier (Zeni) yang nongtot dalam foto ini, dari kiri ke kanan: Unteroffizier Werner Jattke, Stabsfeldwebel Gawenda, dan Leutnant Alfred Prinz von Habsburg zu Hohenberg. Seusai perang, Von Habsburg (yang merupakan keturunan bangsawan) berimigrasi ke Amerika Serikat dan menetap disana. Dalam wawancara oleh Russ Schalke yang diadakan di acara Weekend of Heroes Gathering pada tahun 2004, Von Habsburg mengakui bahwa itu memang foto dia dan rekan-rekan seperjuangannya, tapi menambahkan bahwa keterangan yang menyatakan bahwa foto tersebut diambil di Stalingrad tidaklah benar (meskipun Von Habsburg sendiri adalah veteran Stalingrad yang tergabung dalam Pionier-Bataillon 389 / 389.Infanterie-Division). Sebagai bukti terakhir bahwa foto ini tidak diambil di Stalingrad pada tahun 1942, cukuplah fakta bahwa dia sebenarnya diambil dari cuplikan "Die Deutsche Wochenschau" - film propaganda Wehrmacht yang dipublikasikan secara berkala - yang memperlihatkan pertempuran di Front Timur di bulan-bulan terakhir Perang Dunia II (Februari-April 1945)
Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Oberstleutnant Alfred Wittmann (Kommandeur Grenadier-Regiment 546 / 389.Infanterie-Division). Wittmann menerima medali tersebut pada tanggal 15 Mei 1944. Foto ini memperlihatkan saat Wittmann berjabat tangan dengan Generalleutnant Walther Hahm (Kommandeur 389. Infanterie-Division), yang juga adalah seorang Ritterkreuzträger dan nantinya menjadi Eichenlaubträger
------------------------------------------------------------------------------
RITTERKREUZTRÄGER (PERAIH RITTERKREUZ)
Hauptmann Walter-Christian Müller (Kommandeur Panzerjäger-Abteilung 389 / 389.Infanterie-Division) terlihat happy tak lama setelah pengalungan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes dan karangan bunga tanggal 27 Juli 1944 walaupun saat itu notabene sedang dirawat di rumah sakit setelah menderita luka-luka dalam pertempuran. Seusai perang dia bergabung dengan Bundeswehr tahun 1959 dan pensiun pada tanggal 31 Maret 1971 dengan pangkat terakhir Oberstleutnant (pangkat terakhirnya di Wehrmacht adalah Major)
------------------------------------------------------------------------------
Unteroffizier Heinrich Schlapp adalah bintara dari Artillerie-Regiment 389 / 389.Infanterie-Division yang ikut serta dalam penyerbuan ke pabrik traktor Dzershinzky di Stalingrad pada tanggal 14 Oktober 1942. Dia, yang selamat sampai akhir perang, mengenang: "Serangan besar-besaran pada tanggal 14 Oktober akhirnya membuat kami bisa menguasai pabrik traktor. Tidak kurang dari 60 pesawat Stuka menukik di depan kami. Sirinenya, yang menimbulkan suara memekakkan telinga dan bisa meruntuhkan mental, bisa terdengar sampai berjam-jam lamanya. Kami hampir-hampir tak dapat bernafas karena tebalnya asap mesiu. Kami akhirnya meraih target yang dibebankan sebelumnya: mencapai pinggiran sungai Volga. Di depan gerbang masuk ke pabrik traktor terdapat patung peringatan untuk pendirinya, Dzershinzky, dan bunga-bunga bertebaran di kakinya. Setelah pertempuran mereda, aku mengambil beberapa bunga tersebut dan lalu menyelipkannya kedalam surat yang kukirim ke kampung halaman."
Tiga buah foto ini memperlihatkan prajurit-prajurit infanteri dari 389. Infanterie-Division dengan penuh kewaspadaan bergerak di antara pabrik traktor "Krasny Oktyabr" (Oktober Merah) yang telah hancur di Stalingrad bulan Oktober 1942. Dalam pertempuran brutal memperebutkan pabrik tersebut, Divisi Senapan Jaga ke-37 Soviet mampu dipukul mundur oleh pasukan Wehrmacht, tapi mereka bertempur dengan luar biasa fanatik sehingga setiap jengkal dan meter wilayah harus dibayar dengan amat mahal oleh pihak penyerang. Granat tangan menjadi senjata "favorit" oleh kedua belah pihak. Pada sore tanggal 4 Oktober 1942, 389. Infanterie-Division baru berhasil menguasai satu blok flat di wilayah blok apartemen pabrik. Tapi tetap pasukan Soviet yang bertahan menolak untuk menyerah. Di waktu malam mereka akan menyerang balik pihak Jerman dengan roket-roket Katyusha yang memekakkan telinga, dan cukup berhasil dalam usahanya. Selama seminggu selanjutnya pertempuran yang sengit terus berlangsung nonstop. Pada tanggal 14 Oktober 1942, yang disebut-sebut sebagai "ofensif terakhir", General der Panzertruppe Friedrich Paulus (Oberbefehlshaber 6. Armee) mengirimkan lima divisi yang didukung oleh pesawat-pesawat Luftwaffe untuk menyerbu Krasny Oktyabr. Di sepanjang hari itu pertempuran berdarah-darah berlangsung di wilayah sekitar pabrik dan juga di dalamnya, dan di hari itu juga pasukan Wehrmacht kehilangan 2.000 orang prajurit terbaiknya yang terbunuh serta 40 tank!
Sarang senapan mesin Jerman di bagian dalam reruntuhan pabrik traktor Stalingrad, pertengahan bulan Oktober 1942. Unteroffizier di sebelah kiri bersenjatakan sebuah senapan Mosin-Nagant M-1898/30 7.62mm hasil rampasan dari Soviet, yang biasa disebut prajurit Jerman sebagai Gewehr 252(r). Puing-puing yang berserakan dan semrawut sama-sama memberikan perlindungan bagi pihak penyerang dan yang bertahan, juga perlindungan dari hujan tembakan artileri yang biasa disindir para Landser sebagai "Post Bekommen" (menerima surat)
Foto yang memperlihatkan kehancuran total salah satu pabrik di Stalingrad setelah pertempuran sengit yang terjadi disana. Selain akibat dari kontak senjata, banyak juga pasukan dari kedua belah pihak yang terluka karena kuku copot, lutut keseleo, pergelangan tangan memar-memar, serta tertimpa oleh puing-puing! Di pertengahan bulan Oktober 1942, saat panzer-panzer Wehrmacht berhasil menembus pertahanan kuat pihak Soviet, pasukan infanteri dari 389. Infanterie-Division bergerak masuk untuk menduduki sisa-sisa reruntuhan bangunan pabrik dan toko yang membentang sepanjang 2,5 kilometer!
Seorang perwira (kanan, membelakangi kamera), yang kemungkinan adalah Kompaniechef, dari 389. Infanterie-Division sedang memberikan perintah pada anakbuahnya selama berlangsungnya jeda dalam pertempuran memperebutkan Pabrik Traktor "Krasny Oktyabr" (Oktober Merah), bulan Oktober 1942. Dengan begitu tingginya angka korban di kalangan perwira, maka tidak aneh bila di kancah Stalingrad seorang bintara menjadi komandan kompi atau prajurit memimpin peleton! Dalam foto ini, bintara di tengah memegang sebuah senapan mesin MP 40 9mm (yang biasa dipanggil oleh Landser sebagai "Kugelspritze" alias penyemprot peluru), sementara prajurit di kiri depan membawa senapan semi otomatis SVT-40 7.62mm buatan Soviet - dengan nama Jerman Selbstladegewehr 259(r). Perhatikan muka-muka mereka yang super butek!
Foto ini telah tersebar luas di media internet serta buku yang membahas tentang Pertempuran Stalingrad (23 Agustus 1942 - 2 Februari 1943), dan dikatakan diambil pada tanggal 4 Oktober 1942 saat tentara Jerman berusaha merebut Volgogradski traktorni zavod (pabrik traktor Volgogradski) dari tangan Tentara Merah, yang mempertahankannya sampai titik darah penghabisan. Bagi orang yang mempelajari secara mendalam tentang sejarah Wehrmacht, maka akan didapati beberapa hal janggal - yang membawa pada kesimpulan bahwa foto ini tidaklah dibuat pada tahun 1942 di Stalingrad, melainkan pada periode setelahnya: (1) Prajurit di tengah membawa senjata MP 43 atau StG 44 (bukan prototipe Mkb 42 buatan Haenel/Walther), padahal senjata tersebut baru diproduksi pada tahun 1943; (2) Feldmütze M43 yang dikenakan oleh perwira di kanan yang menggenggam stielhandgranate baru diperkenalkan bulan Juni 1943, sementara foto ini diklaim diambil tujuh bulan sebelumnya; serta (3) Gaiter kaki yang dikenakan oleh perwira yang sama baru secara umum digunakan di akhir-akhir perang. Sebagai tambahan, dalam buku "Winter Storm: The Battle for Stalingrad and the Operation to Rescue 6th Army" karya Hans Wijers (halaman 28), terdapat identifikasi dari ketiga orang prajurit Pionier (Zeni) yang nongtot dalam foto ini, dari kiri ke kanan: Unteroffizier Werner Jattke, Stabsfeldwebel Gawenda, dan Leutnant Alfred Prinz von Habsburg zu Hohenberg. Seusai perang, Von Habsburg (yang merupakan keturunan bangsawan) berimigrasi ke Amerika Serikat dan menetap disana. Dalam wawancara oleh Russ Schalke yang diadakan di acara Weekend of Heroes Gathering pada tahun 2004, Von Habsburg mengakui bahwa itu memang foto dia dan rekan-rekan seperjuangannya, tapi menambahkan bahwa keterangan yang menyatakan bahwa foto tersebut diambil di Stalingrad tidaklah benar (meskipun Von Habsburg sendiri adalah veteran Stalingrad yang tergabung dalam Pionier-Bataillon 389 / 389.Infanterie-Division). Sebagai bukti terakhir bahwa foto ini tidak diambil di Stalingrad pada tahun 1942, cukuplah fakta bahwa dia sebenarnya diambil dari cuplikan "Die Deutsche Wochenschau" - film propaganda Wehrmacht yang dipublikasikan secara berkala - yang memperlihatkan pertempuran di Front Timur di bulan-bulan terakhir Perang Dunia II (Februari-April 1945)
Upacara penganugerahan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes untuk Oberstleutnant Alfred Wittmann (Kommandeur Grenadier-Regiment 546 / 389.Infanterie-Division). Wittmann menerima medali tersebut pada tanggal 15 Mei 1944. Foto ini memperlihatkan saat Wittmann berjabat tangan dengan Generalleutnant Walther Hahm (Kommandeur 389. Infanterie-Division), yang juga adalah seorang Ritterkreuzträger dan nantinya menjadi Eichenlaubträger
------------------------------------------------------------------------------
RITTERKREUZTRÄGER (PERAIH RITTERKREUZ)
Hauptmann Walter-Christian Müller (Kommandeur Panzerjäger-Abteilung 389 / 389.Infanterie-Division) terlihat happy tak lama setelah pengalungan Ritterkreuz des Eisernen Kreuzes dan karangan bunga tanggal 27 Juli 1944 walaupun saat itu notabene sedang dirawat di rumah sakit setelah menderita luka-luka dalam pertempuran. Seusai perang dia bergabung dengan Bundeswehr tahun 1959 dan pensiun pada tanggal 31 Maret 1971 dengan pangkat terakhir Oberstleutnant (pangkat terakhirnya di Wehrmacht adalah Major)
------------------------------------------------------------------------------
Unteroffizier Heinrich Schlapp adalah bintara dari Artillerie-Regiment 389 / 389.Infanterie-Division yang ikut serta dalam penyerbuan ke pabrik traktor Dzershinzky di Stalingrad pada tanggal 14 Oktober 1942. Dia, yang selamat sampai akhir perang, mengenang: "Serangan besar-besaran pada tanggal 14 Oktober akhirnya membuat kami bisa menguasai pabrik traktor. Tidak kurang dari 60 pesawat Stuka menukik di depan kami. Sirinenya, yang menimbulkan suara memekakkan telinga dan bisa meruntuhkan mental, bisa terdengar sampai berjam-jam lamanya. Kami hampir-hampir tak dapat bernafas karena tebalnya asap mesiu. Kami akhirnya meraih target yang dibebankan sebelumnya: mencapai pinggiran sungai Volga. Di depan gerbang masuk ke pabrik traktor terdapat patung peringatan untuk pendirinya, Dzershinzky, dan bunga-bunga bertebaran di kakinya. Setelah pertempuran mereda, aku mengambil beberapa bunga tersebut dan lalu menyelipkannya kedalam surat yang kukirim ke kampung halaman."
Sumber :
Buku "Stalingrad Inferno: The Infantryman's War" karya Gordon Rottman dan Ronald Volstad
Buku "Winter Storm: The Battle for Stalingrad and the Operation to Rescue 6th Army" karya Hans Wijers
Foto koleksi pribadi Jim Haley
www.forum.axishistory.com
www.wehrmacht-awards.com
Foto koleksi pribadi Jim Haley
www.forum.axishistory.com
No comments:
Post a Comment