Dua buah iklan ohrenschützer (pelindung telinga) yang diambil dari katalog produk-produk Jerman. Katalog pertama keluaran tahun 1931 menampilkan harga dalam satuan Pfenning (Pf), sementara katalog kedua yang terbit di akhir tahun 1930-an menampilkan harga dalam satuan Reichsmark (RM)
Ohrwarmer
(pelindung telinga) Wehrmacht bentuknya seperti headphone yang biasa
kita kenal, hanya tentu saja tidak ada sambungan listrik disini
(boro-boro bisa denger musik!) dan fungsinya pun untuk melindungi
telinga dari terpaan cuaca dingin atau angin kencang. Bahan utama yang
diletakkan di bagian telinga terbuat dari kain tebal dengan pinggir
rajutan sementara gagangnya dari besi lengkung. Biasanya alat ini
dikenakan di dalam topi si pemakai
Ohrenschützer (pelindung telinga) untuk keperluan para anggota NSDAP atau Wehrmacht, yang diperjualkan dalam satuan harga Pfennig (Pf). Alat semacam ini - yang sangat berguna di kala musim dingin melanda - bisa dilipat sehingga bisa dimasukkan ke saku atau tas
Reichsführer-SS Heinrich Himmler dan SS-Gruppenführer und Generalleutnant Theodor Eicke (Kommandeur SS-Division Totenkopf) terlibat dalam sebuah perbincangan ringan di tengah dinginnya cuaca bulan Januari 1942 (saking dinginnya sampai-sampai Eicke mengenakan ohrwarmer alias pelindung telinga!). Saat itu sang Panglima SS sedang mengadakan kunjungan kepada Divisi Totenkopf yang sedang bertempur mati-matian di Front Timur. Foto oleh SS-Kriegsberichter Gerhard Wittmar
SS-Gruppenführer und Generalleutnant der Waffen-SS Theodor Eicke (kiri, Kommandeur SS-Division Totenkopf) dan SS-Standartenführer Hellmuth Becker (kedua dari kiri, Kommandeur SS-Totenkopf-Infanterie-Regiment 3 / SS-Division Totenkopf) bersama dengan para perwira Totenkopf lainnya di Front Timur, musim dingin tahun 1941/42. Divisi Totenkopf menderita korban gila-gilaan dalam pengepungan pasukan Soviet di Demyansk sehingga dia dinamakan sebagai Kampgruppe Eicke
6.
Armee yang terkepung oleh Tentara Merah di Stalingrad tetap mendapat
dukungan suplai dari Luftwaffe, meskipun hal ini tidak pernah mencukupi
kebutuhan para prajurit Wehrmacht yang sedang bertarung mati-matian
disana. Amunisi dan peralatan adalah prioritas utama, meskipun cukup
banyak juga pakaian musim dingin yang berhasil masuk. Perwira di sebelah
kiri ini termasuk diantara yang beruntung dalam menerima jaket musim
dingin keluaran terbaru, lengkap dengan sepatu bulu yang hangat. Seragam
musim dingin biasanya dibuat dalam versi bolak-balik antara putih dan
abu-abu, dimana bagian luar dan dalamnya sama-sama bisa digunakan. Versi
pertama bagian abu-abunya dibuat dari bahan wol sementara versi
selanjutnya berbahan katun (dengan warna yang bermacam-macam dari
abu-abu tikus, abu-abu lapangan, dan bahkan abu-abu biru Luftwaffe).
Dalam usaha untuk menjaga bagian putihnya tetap bersih tidak tersentuh
kotoran, adalah umum melihat parka abu-abu dipadukan dengan celana putih
atau sebaliknya. Sebagai tambahan, para perwira juga kadang mengenakan
ohrwarmer (pelindung telinga) dari berbagai tipe sehingga tinggal
menyisakan satu ciri yang menunjukkan bahwa dia adalah seorang perwira:
topi lapangan yang dikenakan di kepalanya. Bila cuaca bertambah dingin,
terkadang dipakai pula kopfschützer (syal) yang dililitkan di leher
sampai menutupi telinga dan tudung parkanya ditarik ke atas. Sementara
itu, prajurit yang kebagian tugas jaga di sebelah kanan tidak cukup
beruntung dalam menerima pembagian pakaian musim dingin sehingga dia
dipaksa untuk mengenakan wachmantel (jaket jaga) di bagian luar
übermantel-nya (jaket selutut). Bagian terluar terbuat dari bahan
selimut tebal yang kadang dilengkapi dengan tudung kain di bagian
belakang kerahnya yang lebar. Wachmantel mempunyai kantong saku standar,
namun ditambah dengan saku bulu vertikal di atasnya untuk tempat
menghangatkan tangan. Semua perlengkapan lapangan biasanya dipakai di
bagian dalam jaket terluar ini, yang mengindikasikan bahwa pemakaiannya
hanya pada saat kondisi dirasa cukup aman saja. Sarung tangan bulu yang
dipakainya biasa digunakan untuk melapisi sarung tangan standar yang
berbahan karet/kulit, sementara itu wachstiefel (sepatu jaga) berbahan
kulit dan kayu yang berat juga dikenakan di bagian luar sepatu lapangan
standar. Tentu saja, semua "pemberat" yang dikenakan oleh si prajurit
hanya digunakan untuk keperluan tugas jaga saja, karena itu namanya
diembel-embeli dengan awalan "wache" (jaga). Pakaian ini biasanya bukan
milik pribadi dan biasanya diserahterimakan pada prajurit yang kebagian
tugas jaga selanjutnya
Sumber :
Buku "Stalingrad Inferno: The Infantryman's War" karya Gordon Rottman dan Ronald Volstad
Foto koleksi Bundesarchiv Jerman www.commons.wikimedia.org
www.warsendshop.com
www.wehrmacht-awards.com
No comments:
Post a Comment