Bisa dibilang bahwa inilah foto paling terkenal yang memperlihatkan para Fallschirmjäger (pasukan terjung payung) Jerman pemberani dari Sturmgruppe Granit / Sturmabteilung Koch yang menyerbu benteng Eben-Emael (Belgia) pada tahun 1940. Mereka difoto sekembalinya di barak Köln-Delbrück, Jerman, pada tanggal 12 Mei 1940, tak lama sebelum upacara penganugerahan medali Eisernes Kreuz II.Klasse untuk para anggota Sturmabteilung Koch. Tapi siapakah sebenarnya mereka? Dari kiri ke kanan: Edmund 'Eddi' Schmidt (Trupp 4. Meninggal tahun 1991), Gerhard Becker (Trupp 5. Meninggal tahun 1986), Franz Jannowski (Trupp 5. Nasib setelahnya tidak diketahui), Karl Polzin (Trupp 4. Tewas ditembak oleh rekan sendiri saat mabuk-mabukan pada tahun 1941), Wilhelm Stucke (Trupp 1. Terbunuh dalam Pertempuran Kreta tahun 1941), Harm Mülder (Trupp 7. Nasib setelahnya tidak diketahui), Wilhelm Ölmann (Trupp 2. Nasib setelahnya tidak diketahui), dan Peter Zirwes (Trupp 6. Terbunuh di Rusia tahun 1942). Sebagai fotografernya adalah Oberfeldwebel Helmut Wenzel (Trupp 4). Terlihat sebagian muka dan helm mereka dilumuri oleh tanah liat sebagai sebuah tindakan kamuflase sederhana. Para Fallschirmjäger dalam foto ini mengenakan jaket penerjun payung model pertama, dengan dalaman Fliegerbluse. Uniknya, Jäger Schmidt di sebelah kiri mengenakan hoheitsadler (lambang elang) Heer dan bukannya Luftwaffe. Ini karena pada awalnya pasukan penerjun payung Jerman dibentuk oleh Angkatan darat sebelum kemudian dialihtugaskan ke Angkatan Udara. Sebagian anggota awal memilih untuk tetap mengenakan jaket lama dengan adler Heer, sebagai sebuah kebanggaan bahwa mereka termasuk ke dalam generasi pertama Fallschirmjäger Jerman
Seorang bocah anggota HJ (Hitlerjugend) berpose dengan sebuah Panzerfaust. Dari lencana di lengannya diketahui bahwa sang "Hitler-knabe" (bocah Hitler) ini berasal dari Ost Berlin yang bergabung dengan Volkssturm di akhir-akhir perang saat Jerman sudah diambang kekalahan. Panzerfaust sendiri dikenal sebagai salah satu senjata infanteri paling efektif dalam Perang Dunia II. Dia mudah digunakan dan beratnya juga ringan sehingga bisa dipakai oleh siapa saja, baik bocah kecil, orangtua atau wanita... cukup dengan pengenalan selama beberapa menit saja! Bazooka-nya Nazi Jerman ini sangat efektif dalam menghadapi kendaraan perang yang mempunyai lapisan baja tipis seperti ranpur atau tank ringan
Seorang bocah anggota HJ (Hitlerjugend) berpose dengan sebuah Panzerfaust. Dari lencana di lengannya diketahui bahwa sang "Hitler-knabe" (bocah Hitler) ini berasal dari Ost Berlin yang bergabung dengan Volkssturm di akhir-akhir perang saat Jerman sudah diambang kekalahan. Panzerfaust sendiri dikenal sebagai salah satu senjata infanteri paling efektif dalam Perang Dunia II. Dia mudah digunakan dan beratnya juga ringan sehingga bisa dipakai oleh siapa saja, baik bocah kecil, orangtua atau wanita... cukup dengan pengenalan selama beberapa menit saja! Bazooka-nya Nazi Jerman ini sangat efektif dalam menghadapi kendaraan perang yang mempunyai lapisan baja tipis seperti ranpur atau tank ringan
Seorang
anggota Panzer-Regiment 8 / 15.Panzer-Division berfoto di sebuah studio
di Jerman dengan mengenakan tropenhelm "Niederlande" (Belanda) pada
tanggal 13-14 April 1941, kemungkinan besar sebelum berangkat menuju
Afrika Utara untuk bergabung dengan DAK (Deutsches Afrikakorps) pimpinan
Generalleutnant Erwin Rommel.
Uniknya, penamaan helm tropis jenis ini bukanlah karena dia dipakai oleh
militer Belanda sebelumnya, melainkan karena merupakan hasil produksi
MOL NV di Breda Belanda, berdasarkan lisensi
dari SAPHI (South African Pith Helmet Industries of Pretoria), untuk
kepentingan tentara Afrika Selatan. Sayangnya, sebelum sempat dikapalkan
ke benua Afrika, negara penjajah Indonesia tersebut keburu diduduki oleh
pasukan Jerman pada tahun 1940 sehingga helm-helm yang masih fresh
belum
dipakai kemudian dibagikan kepada para anggota Panzer-Regiment 8, yang
nantinya dikirimkan ke Afrika Utara pada bulan Mei 1941, dengan sedikit
modifikasi tambahan panji
Hoheitsabzeichen dan shield berbahan metal di bagian samping. Tentara
Jerman memakainya karena
pada waktu itu mereka masih kekurangan stok tropenhelm untuk
dipakai oleh prajurit-prajuritnya yang ditugaskan di medan perang Afrika
yang
beriklim panas, sehingga dipakailah apa yang tersedia meskipun
penggunaannya pun masih terbatas. Pada awalnya diduga hanya beberapa
ratus saja helm jenis ini yang dibagikan, tapi kemudian diketahui bahwa
jumlahnya mencapai 2000-3000 buah! Perkiraan ini didasarkan pada jumlah
unit yang mengenakan tropenhelm "Niederlande" di Afrika Utara bulan Mei
1941 yang merupakan bagian dari 15. Panzer-Division: Panzer-Regiment 8
(kompi ke-2, 5, 6, dan kompi Stab II.Abteilung), Artillerie-Regiment 33,
Aufklärungs-Abteilung 33, dan Panzerjäger-Abteilung 33. Ketika pasukan
Rommel berhasil merebut Tobruk pada bulan Juni 1942, lebih banyak lagi
helm "polo" Afrika Selatan yang berhasil dirampas. Yang membedakan
adalah: mereka bukanlah buatan Belanda melainkan buatan Inggris, dan
jumlahnya pun tidak sebanyak hasil rampasan pada tahun 1940. Untuk
membedakan tropenhelm buatan Belanda dan Inggris cukup melihat bagian
dalamnya, dimana yang buatan Belanda tertera stempel "MOL NV" dan
"HOLLAND"
-----------------------------------------------------------------------------
Foto ini diambil pada waktu malam tanggal 5 Juni 1944, dan memperlihatkan seorang paratrooper (pasukan terjung payung) Amerika Serikat yang sedang bersiap-siap sebelum menaiki pesawat transport yang akan membawanya ke Normandia. Apakah yang sedang dia pikirkan saat dia memeriksa dan membungkus perlengkapannya, apakah keluarga atau orang-orang terkasih di kampung halaman ataukah harapan bahwa dia akan melalui semuanya dengan selamat? Kita tak akan pernah tahu karena orang ini, Letnan-Kolonel Robert Lee "Bull" Wolverton (Komandan 3rd Battalion / 506th Parachute Infantry Regiment / 101st Airborne Division), akan menemui ajalnya hanya berselang beberapa jam setelah foto ini diambil. Parasutnya tersangkut di sebuah pohon apel beberapa saat sebelum menyentuh daratan di Saint-Côme-du-Mont pada pukul 01:41 sehingga membuatnya terjebak dan tak bisa membebaskan diri. Sialnya lagi, tak lama kemudian datang beberapa prajurit Jerman, yang kemudian menjadikannya sebagai target latihan menembak bahkan setelah nyawa meninggalkan raganya. Ketika jenazahnya akhirnya diturunkan dari pohon, tercatat tidak kurang dari 162 lubang peluru dan bekas tusukan bayonet yang bersarang di tubuhnya! Dari 15 orang paratrooper yang satu pesawat dengan sang Letkol, 5 orang diantaranya terbunuh (termasuk Wolverton), 7 orang tertangkap, dan hanya 3 orang yang berhasil selamat setelah berjuang meloloskan diri. Meskipun terbunuh sebelum sempat beraksi, warisan Wolverton tetap tinggal dalam bentuk doa yang dipanjatkannya di depan 750 orang anggota Batalyon ketiga, beberapa saat sebelum berangkat ke Normandia. Doa ini begitu luar biasa dan menyentuh sehingga dicantumkan dalam begitu banyak buku serta penerbitan, dan bahkan dikutip langsung oleh Presiden Ronald Reagan dalam pidato peringatan D-Day ke-40 pada tahun 1984 di Normandia!
-----------------------------------------------------------------------------
Foto ini diambil pada waktu malam tanggal 5 Juni 1944, dan memperlihatkan seorang paratrooper (pasukan terjung payung) Amerika Serikat yang sedang bersiap-siap sebelum menaiki pesawat transport yang akan membawanya ke Normandia. Apakah yang sedang dia pikirkan saat dia memeriksa dan membungkus perlengkapannya, apakah keluarga atau orang-orang terkasih di kampung halaman ataukah harapan bahwa dia akan melalui semuanya dengan selamat? Kita tak akan pernah tahu karena orang ini, Letnan-Kolonel Robert Lee "Bull" Wolverton (Komandan 3rd Battalion / 506th Parachute Infantry Regiment / 101st Airborne Division), akan menemui ajalnya hanya berselang beberapa jam setelah foto ini diambil. Parasutnya tersangkut di sebuah pohon apel beberapa saat sebelum menyentuh daratan di Saint-Côme-du-Mont pada pukul 01:41 sehingga membuatnya terjebak dan tak bisa membebaskan diri. Sialnya lagi, tak lama kemudian datang beberapa prajurit Jerman, yang kemudian menjadikannya sebagai target latihan menembak bahkan setelah nyawa meninggalkan raganya. Ketika jenazahnya akhirnya diturunkan dari pohon, tercatat tidak kurang dari 162 lubang peluru dan bekas tusukan bayonet yang bersarang di tubuhnya! Dari 15 orang paratrooper yang satu pesawat dengan sang Letkol, 5 orang diantaranya terbunuh (termasuk Wolverton), 7 orang tertangkap, dan hanya 3 orang yang berhasil selamat setelah berjuang meloloskan diri. Meskipun terbunuh sebelum sempat beraksi, warisan Wolverton tetap tinggal dalam bentuk doa yang dipanjatkannya di depan 750 orang anggota Batalyon ketiga, beberapa saat sebelum berangkat ke Normandia. Doa ini begitu luar biasa dan menyentuh sehingga dicantumkan dalam begitu banyak buku serta penerbitan, dan bahkan dikutip langsung oleh Presiden Ronald Reagan dalam pidato peringatan D-Day ke-40 pada tahun 1984 di Normandia!
Sumber :
www.afrikakorps.forumcrea.com
www.facebook.com
www.histlo.com
No comments:
Post a Comment