Oleh : Alif Rafik Khan
Untuk pertempuran jarak dekat biasanya digunakan granat tangan
dari jenis stielhandgranate M1924, meskipun bila dibutuhkan ledakan yang
lebih besar maka yang digunakan adalah menggabungkan enam kepala granat
mengelilingi satu buah granat dengan stiknya (Geballte Ladung alias Peledak Gabungan). Biasanya Geballte Ladung digunakan sebagai sarana peledak bangunan atau mesin perang dan jarang digunakan untuk infanteri lawan. Peledak hasil modifikasi ini juga mampu merusak rangkaian roda rantai tank atau ranpur meskipun tidak cukup kuat untuk menembus lapisan bajanya (kecuali yang mempunyai lapisan tipis).
Untuk mengikat enam kepala peledak ini biasa digunakan kawat baja atau tali. Saat digunakan, granat yang ada di tengah akan memicu ledakan berantai terhadap enam granat lainnya sehingga menimbulkan efek ledakan yang lebih besar bila dibandingkan dengan menggunakan hanya satu granat saja. Penting untuk diketahui bahwa tidak semua kepala granat yang diikat menjadi satu berasal dari jenis peledak yang sama. Kadang-kadang ada beberapa jenis granat yang digunakan, dan malah ada juga granat hasil rampasan dari tangan musuh yang ikut diselipkan.
Pada
tanggal 23 November 1942, Operasi Uranus (rencana Soviet untuk
mengepung 6. Armee di Stalingrad) berhasil terlaksana. Pertempuran yang
sebelumnya dengan pede dikatakan oleh Hitler sebagai "sudah
dimenangkan", kini menjadi jebakan mematikan bagi ratusan ribu prajurit
Jerman yang terperangkap di dalamnya! Tidak hanya itu, musim dingin yang
kejam juga mulai menampakkan pengaruhnya. Tapi setidaknya pasukan
Jerman yang terkepung di Stalingrad dilengkapi oleh mantel hangat yang
memadai. Pakaian jenis ini biasanya dibawa serta oleh bagian perbekalan
unit dan hanya dikeluarkan pada saat dibutuhkan. Tentu saja, mantel
standar Wehrmacht tidak bisa dibilang maksimal dalam menahan bekunya
musim dingin Rusia yang terkenal kejam, tapi setidaknya itulah
satu-satunya yang tersedia. Luftwaffe mati-matian berusaha membawa
pasokan suplai dari udara dan menyediakan tambahan sarung tangan, syal
dan sepatu yang sangat dibutuhkan seperti yang terlihat dipakai oleh
para Grenadier dalam lukisan karya Ron Volstad ini. Kopfschützer
(syal/scarf) biasanya terbuat dari bahan wol yang bisa dipakai di
sekitar leher atau menutupi kepala sebagai usaha sederhana untuk
menambah kehangatan. Beberapa syal dapat digunakan bersamaan pada satu
waktu. Leutnant dengan MP-40 mengenakan topi bulu domba hasil modifikasi
lapangan, sementara penembak senapan mesin dengan MG-34 telah
menanggalkan stahlhelm-nya yang kaku dan menggantikannya dengan
kopfschützer yang dipadukan dengan feldmütze M38 (topi lapangan).
Sulitnya memperoleh pasokan amunisi dan senjata membuat pasukan
Wehrmacht yang terperangkap di Stalingrad memanfaatkan segala sarana
yang tersedia, termasuk peralatan perang hasil rampasan. Adalah umum
untuk melihat Grenadier Jerman menggunakan senapan mesin PPsH-41 buatan
Soviet. Untuk pertempuran jarak dekat biasanya digunakan granat tangan
dari jenis stielhandgranate M1924, meskipun bila dibutuhkan ledakan yang
lebih besar maka yang digunakan adalah menggabungkan enam kepala granat
mengelilingi satu buah granat dengan stiknya (Geballte Ladung). Sebagai
usaha darurat mengkamuflase diri biasanya digunakan seprai putih atau
kain rumahtangga berwarna putih lainnya yang dijahit alakadarnya untuk
menutupi übermantel. Beberapa prajurit juga mencat stahlhelm-nya dengan
warna putih
Sumber :
Buku "Stalingrad Inferno: The Infantryman's War" karya Gordon Rottman dan Ronald Volstad
www.ima-usa.com
www.lexpev.nl
www.ima-usa.com
www.lexpev.nl
No comments:
Post a Comment